PROLOG

19 8 29
                                    

Cerita ini mengandung adegan cringe dengan genre romance fluffy, serta konflik ringan. Bagi yang lebih suka cerita dengan konflik berat, aku nggak nyaranin kalian untuk baca ini.

Selamat membaca^^

start: 10-08-24
finish:??????????

Seorang pria dengan Jersey Dodger menatap kawan se-groupnya sengit. Dia -Cakrawala Aditya Thrishan atau yang kerap disapa Cakra- tengah berkumpul di ruang tengah dorm bersama keenam pria lain.

"Bang Seth, tulungin dedek, bang Cakra kayak mau hajar gua," ucap anggota termuda atau yang kerap disapa Raden sambil mencoba menyembunyikan tubuh bongsornya di lengan Seth si anggota tertua.

"Gua sih yes kalau kak Cakra ngehajar lu," celetuk pemuda dengan lesung pipi di wajahnya.

"Gak boleh gitu, Ham. Kita sebagai manusia berbudi pekerti luhur harus membela yang lemah," balas Raden mencoba membuat Irham berada di pihaknya.

"Ya lagian siapa suruh ngebakar dapur? Untung aja seluruh rumah gak ikut kebakar," seru sang manager, Saguna.

"Gua gak mau tahu, tiga minggu dari sekarang rumah ini harus udah bisa kita tempatin lagi, kasian yang dari luar kota kudu ngekos gara-gara kejadian ini," oceh Cakra panjang lebar.

"Lagian bukan gua aja yang bakar dapur! Kenapa cuma gua yang dihakimi?!" Mata Raden tergulir pada Shivam yang malah asik makan es krim, padahal Raden melakukan aksi kriminal kecil-kecilannya bersama Shivam.

"Ada apa nih ngeliatin pangeran?" Ucap Shivam setelah es krimnya habis.

"Pangeran, pangeran. Gara-gara lu tahu gak?!" Sewot Raden.

"Santai dulu gak sih?"

Cakra rasanya ingin mengamuk mendengar penuturan Shivam. Saat ini pria dengan garis rahang tajam itu tidak bisa membedakan mana lawakan dan serius, dia sudah terlanjur emosi saat dirinya baru sampai rumah, dia malah mendapati dapur dan beberapa area rumah hangus terbakar.

"Santai pala lu pitak? Masalahnya gak cuma dapur yang kebakar! Dana dari mana kita buat renovnya? Belum lagi drum yang dijebolin sama Raden belum kita beli gantinya. Oke lah kalau cuma drum, masih bisa gua handle. Tapi ini rumah? Rumah?! Gimana gua bilang ke Papa biar kasih kita dana renov rumah?"

Dada Cakra naik turun saking emosinya sampai anggota lain menegang termasuk Seth yang merupakan anggota tertua. Tapi itu tidak berlaku bagi Shivam, kalau kata Shivam sih, 'udah biasa.'

Shivam dan Cakra sudah berteman sejak zaman mereka baru menjadi mahasiswa baru hingga sekarang mereka menginjak semester empat.

Segala baik dan buruk Cakra sudah Shivam hafal luar kepala, begitu pula sebaliknya. Makanya Shivam bisa santai dikondisi seperti ini, karena dia tahu kalau Cakra hanya marah sesaat. Kalau Shivam menunjukkan sikap pertanggung jawaban, seperti menanggung biaya renovasi, dijamin Cakra bakal berhenti marah.

"Ya udah, gimana kalau kalian yang dari luar kota tinggal di rumah gua sementara dormnya di renovasi. Terus biaya renovasinya biar gua sama Raden yang tanggung."

"Nah, bener. Gua setuju," balas Raden.

Urat-urat di sekitar pelipis Cakra perlahan mengendur menandakan emosi pria itu perlahan mereda, tepat seperti yang diprediksikan oleh Shivam.

"Nah, karena udah sepakat untuk tinggal di rumah Shivam buat yang dari luar kota, gimana kalau kita gas ke rumah Shivam sekarang?" Usul Zaffar.

"lu mau diem di rumah gua gak, Cak? Jarak rumah lu dari kampus 'kan dua jam, terus jarak dari studio satu jam setengah, diem di rumah gua aja biar gampang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CAKRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang