Pria dengan kemeja kancing baju tak terkait tapi dilapisi dengan baju putih polos, rambutnya tampak sedikit berantakan dan munkin basah karena ia basahi dengan air mineral dingin. Sebelah tanggannya dia masukkan kedalam saku celana.dengan santai Zafran berujar kembali. "Iya, itu baju gua."
Azeelia sungguh terkejut dengan penuturan pria itu, ia berusaha menetralkan kembali wajahnya, dia menatap Zafran, entah apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini, baru beberapa hari menjadi murid disini sudah melakukan hal yang sangat memalukan. Bisa-bisanya ia menggunakan baju milik pria yang mengenal dirinya saja tidak, apalagi Zafran sampai kena imbasnya karena ulahnya
seperti tercekat pada tenggorokannya, ia tetap berusaha mengeluarkan suara dengan terbata-bata. "Em ... e ... Z-zafran, sorry? ini beneran punya lu?" mencoba memastikan kembali.
Pria itu menghela nafasnya sembari berjalan ke arah Azeelia, sehingga semakin mendekat membuat Azeelia mundur sedikit. "E-eh?"
dahi Zafran mengerut, "Ngapain?"
"Lu yang ngapain?"
"Makanya lu minggir gua mau lewat,"
Azeelia memberi jalan pada Zafran, Azeelia nampak bingung apa yang di lakukan Zafran. Pria itu hanya menuju bangku paling belakang dengan malas munkin sudah kelelahan akibat menjalankan hukuman. Setibanya di tempat duduknya, ia membuka ransel hitam miliknya seperti memeriksa sesuatu.
yang di cari tak ditemukan, ia menaruh kembali tasnya pada semula dan menatap Azeelia yang sedari tadi hanya diam melihat apa yang dilakukan Zafra. "Tuh liat aja sendiri, beneran kagak ada. Punya gua itu, mah."
Azeelia mengangkat alis sebelahnya. "Yang bener? siapa tau lu ngaku-ngaku aja"
"Dih, ngapain juga gua ngaku-ngaku, Neng. itu beneran punya gua, coba liat tulisan diujung baju."
Azeelia melihat-lihat baju yang melapisi tubuhnya ini, sampai dia menemukan tulisan Babang Zafran
Zafran tersenyum kemenangan. "Gimana? percaya ga bro?"
Dengan jengkel Azeelia berucap, "Iya-iya punya lu, tapi gua ga sengaja, tadi baju gua ketinggalan di atas meja trus gua suruh ambilin sama Naura, dan Naura pikir baju yang di atas meja punya lu itu milik gua, karena satu-satunya baju yang ada di atas meja cuman punya jadi di mikir itu punya gua, dan ternyata gua baru inget kalau baju gua masih di dalam ransel belum gua keluarin." Azelia menjeda perkataannya. Zafran mengangkat alis sebelahnya menunggu kelanjutan ucapan Zelia.
"Gua minta maaf."
Zafran pun mengangguk-anggukan kepalanya. "Okey, gua paham. Tapi, ada syaratnya kalau mau gua maafin," ujar Zafran.
Zelia merasakan firasat yang buruk sepertinya ada sesuatu yang buruk yang akan dilakukan oleh pria didepannya ini. "Apaan? jangan yang aneh-aneh!"
Zafran pun tersenyum kecil seperti mengejek gadis didepannya ini.
•••
Zelia, Naura, dan Salma kini berada di kantin duduk dimeja yang sama sembari menyantap makanan yang mereka pesan.
"Trus lu disini sama siapa?" tanya Naura lalu menyeruput es teh miliknya.
Sebelum menjawab pertanyaan Naura, Zelia mengunyah makanannya terlebih dahulu. "Sendiri"
Naura dan Salma terkejut, mereka berdua pun saling menatap. "Sendiri?" tanya keduanya yang mendapat anggukan santai dari Zelia
Naura dan Salma menetralkan kembali raut wajahnya, lalu kembali melanjutkan melahap makanan mereka, "Terus tinggal dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyembuh Luka
Randomterimakasih, sudah mau melihat ku terimakasih, sudah pulihkan ku terimakasih, ya sudah mencintai ku. tidak ada yang perlu berterima kasih, kamu memang sudah ditakdirkan untuk menjadi bagian dari setengah jiwaku yang sudah hampir rapuh.