Sore ini langit mendung. Pagi tadi pembaca berita cuaca mengatakan jika malam ini akan turun hujan. Semalam pun begitu. Hujan deras mengguyur kota Seoul. Daun-daun yang gugur jadi basah. Bangku di tempat pemberhentian bus juga menjadi dingin. Membuat calon penumpang enggan untuk duduk.
Di cuaca seperti ini paling enak jika berdiam diri di rumah sambil menghangatkan badan dengan makanan yang lezat. Tapi sayangnya tidak untuk Jungwon. Ia harus terus berjalan menuju restoran ayam goreng tempat ia bekerja paruh waktu. Kalau tidak begini, bayangan akan menikmati waktu luang di rumah dengan makanan lezat tidak akan terealisasikan.
Jungwon mempercepat langkahnya ketika ruko restoran ayam itu terlihat. Tapi bukan pintu utama lah yang menjadi akses masuknya. Untuk pegawai seperti dirinya, ia harus berjalan ke gang kecil di samping ruko dan masuk lewat pintu. Gang kecil itu buntu. Digunakan untuk menaruh beberapa peti botol minuman kosong dan juga tempat sampah.
"Fiuh, bisa beku lama-lama di luar." Jungwon menutup pintu dan langsung melepas tas ranselnya. Buru-buru ia berjalan menuju loker penyimpanan barang. Dengan cekatan ia buka jaketnya dan menggantungnya di sana. Lalu mengambil apron berwarna merah dengan tulisan nama restoran ayam tersebut. Ia juga mengambil ponselnya dari saku jaket. Sekilas, ia melihat layar ponsel lalu memasukkannya ke saku celana.
Jungwon sudah telat setengah jam. Profesornya tiba-tiba memanggilnya ke ruangan untuk membicarakan sesuatu. Saat ia ingat ini hari sabtu, buru-buru ia izin untuk pulang lebih awal. Biasanya restoran akan penuh di sabtu sore seperti ini.
"Jungwon! Aduuuh, gue kira lo gak masuk hari ini," ucap seorang wanita dari balik kasir.
"Maaf banget, Kak. Tadi profesor gue manggil. Mau gak mau harus nyamperin. Lo baca chat gue, kan?"
"Iya, tadi gue udah baca chat lo. Tapi, Won ... gawat bangett!"
"Kenapa?" tanya Jungwon panik.
"Soobin gak bisa masuk. Semalem jatoh dari motor bareng temennya. Katanya kakinya patah."
"HAH? Kok bisa? Maksud gue, kok dia gak bilang gue juga sih?"
"Gak tau. Katanya sih emang cuma keluarganya yang tau. Dia bilang ke gue juga karena katanya gue bosnya jadi gak enak."
Jungwon sedikit cemberut. "Terus gimana? Kita bertiga doang? Yang lain udah balik?"
Wanita itu mengangguk. "Udah." Namun sedetik kemudan wajahnya kembali cerah. "Tapi tenang, gue rasa ni restoran punya dewi keberuntungannya sendiri."
"Maksud lo?"
"Kak Irene udah nemuin pengganti sementara buat ngisi tempatnya Soobin, Won. Tadi pagi dia dateng ke sini nanya lowongan buat part time."
Jungwon menoleh ke belakang, seorang pria muncul dari balik pintu. "Kak Mingyu gak apa-apa gak ada Kak Soobin?"
"Nanti lo yang di sini. Itu anak baru yang jaga di depan bareng Kak Irene. Gitu kan, Kak?" tanya Mingyu pada Irene.
Irene mengangguk. "Tapi nanti lo tolong ajarin dia dulu ya, Won. Abis ini gue mau ke rumah sakit ngeliat Soobin. Kalo pada mau jenguk, besok pagi sebelum resto buka kita ke sana.
Jungwon semakin bingung. "Lagian lo baru ketemu tadi pagi terus langsung nerima dia? Gak adil banget, Kak Irene! Gue dulu sampe nunggu seminggu lo baru nerima gue."
Irene hanya meringis. "Ini kan urgent, Won. Malem minggu gini gue gak yakin kita berdua bisa handle restoran. Mingyu markasnya di belakang. Gak mungkin bolak-balik ke depan. Lagian kita juga butuh dia buat beberapa waktu ke depan. Gue udah bilang ke dia, kalo emang kerjaannya bagus, dia bisa terus kerja di sini walaupun Soobin udah balik."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU [jaywon]✔️
FanfictionJay akan terus mengikis jarak sementara Jungwon berusaha untuk menciptakan jarak. Perasaan mereka selaras. Namun tidak dengan logikanya. Menurut Jungwon, dari awal, Jay itu sudah terlalu lebih untuknya yang selalu kurang dalam segala hal. [END] 230...