Birthday Letter

10 3 0
                                    

Birthday Letter


Di hari ulang tahunku, aku mendapat tiga surat. Dari seseorang yang mengaku suamiku di masa depan, sahabatku, dan juga, ayahku. Tiga surat yang tidak akan pernah bisa kubalas sampai kapanpun.

***

"Capek," keluhku pelan. Waktu sudah menunjukan pukul 12 malam tapi pekerjaanku sebagai waiter paruh waktu di sebuah kafe 24 jam belum selesai. Sebenarnya bukan pekerjaannya yang belum selesai, tapi memang waktu pulang masih tersisa setengah jam lagi. Menunggu karyawan sif 1 datang.

Hari ini entah kenapa rasanya sangat melelahkan. Tidak ada hal yang menarik, tak ada satu senyumanpun yang kutarik dengan ikhlas hari ini. Sama sekali. Hanya ada hal menyebalkan saja. Pelanggan pemarah, dosen pembimbing yang susah dihubungi dan ban motor mendadak meletus ketika akan berangkat bekerja. Tidak ada hal baik hari ini. Padahal doa yang selalu kupanjatkan setiap subuh adalah; setidaknya ada satu hal baik setiap harinya. Namun rupanya hari ini doaku itu belum terkabulkan oleh Tuhan. Karena hari ini sudah berakhir sejak 15 menit lalu.

Aku akhirnya pulang. Pegawai sif 1 sudah datang. Tak sabar aku keluar setelah melepas saffron, mengendarai motor untuk pulang ke kamar kos kecil dekat kampus, jauh kalau dari kafe ini. Suasana tengah malam di kota tanpa tidur memang meminimalisir ketakutanku tentang kesepian. Setelah sampai di kamar kos kecilku, aku langsung tidur. Tak memedulikan kondisi kamar yang lebih mirip kandang kerbau.

Jam 5 pagi, aku harus terbangun lagi. Dengan suara alarm nyaring yang kubenci. Usai sholat subuh, aku bersiap-siap untuk kuliah karena ada bimbingan pagi. Namun, ketika aku membuka pintu kamar, sehelai kertas jatuh di kakiku.

Rupanya sebuah amplop bewarna biru muda. Di penutupnya lilin merah dipipihkan berbentuk lingkaran tak beraturan, di cetak dengan motif bunga mawar. Astaga, romantis sekali. Tak kuduga aku akan mendapatkan surat vintage seperti ini. Karena tidak ada waktu untuk membuka atau sekedar membaca nama pengirimnya, akhirnya aku berangkat ke kampus dengan perasaan bahagia. Ya, hari ini aku harus bahagia. Ada seseorang mengirimiku surat, pasti dengan harapan untuk kebahagiaanku.

Duduk di kursi baris ketiga. Ada beberapa mahasiswa, duduk jauh dariku untuk berkumpul pada lingkaran pertemanan yang tak ada aku di dalamnya. Namun, aku tak lagi peduli, aku lebih memilih untuk membuka amplop biru muda itu. Isinya hanya sehelai kertas. Kertasnya pun terbuat dari kertas daur ulang yang di campur dengan bunga mawar. Memberikan kesan romantis, kertas mawar, dan perekat lilin mawar.

Selamat hari lahir. Istriku di masa lalu. Terima kasih telah bertahan di dunia jahat ini selama 21 tahun. Jangan pernah nyerah sebelum bertemu suamimu ini, ya. Aku menunggumu.

Aku menjerit, seisi kelas menatapku serempak. Segera kubungkam mulut dengan malu-malu. Apalagi ketika salah satu orang berceletuk, "Diana lagi seneng, ya. Sampe teriak-teriak gitu."

Hanya kutanggapi senyum kikuk. Lalu kembali terjun pada duniaku sendiri. Kubaca lagi surat itu. Pipiku langsung berat, aku menutup wajah. Menutupi wajah salah tingkah. Kalau kupikir, norak sekali tingkahku saat sebahagia ini. Tunggu, bisa jadi kan surat ini hanya berasal dari orang iseng? Aku tertawa dalam hati, bisa jadi dari salah satu orang di sini yang sengaja mengisengiku.

Tapi dari mana mereka tahu hari lahirku? Aku tidak mencantumkan tanggal lahir di sosial media manapun. Ketika aku membalik amplop, ada dua alamat, alamat dari dan tujuan.

From: 2026. J. Kompleks Hi-House, Jakarta.

To: 2023. Diana. Indekos Jalan Teratai, Jakarta.

Birthday Letter (cerpen tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang