Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tapi ini beneran enak banget lun, gue tiap hari sarapan disini yaa" Reva memberikan tatapan memohon dan itu berhasil membuat Luna tersenyum.
"Boleh asalkan tiap pagi juga lo anter gue sekolah" Luna tersenyum.
Dan dengan senang hati Reva mewujudkan permintaan itu, membuat kini ia sudah memberikan pose hormat dan tersenyum. "Suap.. eh siap chef" ucapnya berhasil menciptakan tawa di meja makan yang biasanya hening itu.
•••
Tanpa terasa sudah hampir 3 bulan Luna dan Reva berangkat dan pulang bersama. Kadang mereka telat berangkat dan menjalani hukuman bersama, atau bahkan pulang larut untuk mencoba cafe baru yang Luna temukan di social media.
Keduanya perlahan kembali dekat seperti dulu, saling menempel dan saling melengkapi. Luna lebih banyak tersenyum dan Reva perlahan menjauhi dunia malamnya, karna Luna yang melarang.
Pernah ada suatu waktu dimana Reva tertangkap basah oleh Luna akan keluar di malam hari.
Hari itu Reva sedang berjalan mengendap keluar rumah agar tidak ketahuan oleh bunda. Berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun agar kepergiannya tidak disadari oleh orang rumah.
Tapi saat ia sudah keluar rumah dan melewati rumah Luna, langkahnya terhenti karena ada panggilan yang cukup lantang dan langkah kaki yang cepat menghampiri dirinya.
Dan saat itu juga dapat Reva liat Luna berdiri di depannya dengan nafas yang terengah dan pakaian tidur yang cukup minim menurut Reva, sebuah tank top crop hitam dengan celana tidur pendek.
"Mau kemana?" Tanya Luna malam itu.
"Ketemu sama kiya, gue janjian sama dia" Jawab Reva jujur, tanpa menyebutkan tempat tujuannya.
"Club ya?" Tanya Luna lagi.
"Iyaa.. udah gih sana masuk.. nanti digigit nyamuk.." Ucap Reva sambil mendorong bahu Luna lembut.
"IHH ikut.." Jawab Luna yang membuat Reva membelangakkan mata.
Gadis itu menggenggam bajunya erat takut ditinggalkan, dan itu membuat Reva bingung.
"Ngapain ikut? lo mau ngapain?" Reva meraih kedua bahu Luna, membuat kini keduanya saling menatap.
"Kepo aja.. sama tempat main lo" Jawab Luna.
"Ngga boleh, baju lo kurang bahan" Alasan pertama Reva.
"Gue tau disana bahkan ada yang lebih minim dari gue baju nya" Luna tersenyum miring.
Jawaban Luna 100% tepat, banyak yang pakaiannya mungkin lebih minim dan terbuka dibandingkan Luna sekarang. Tapi Reva tidak peduli jika itu orang lain, tapi kalau Luna. Tidak akan ia biarkan seorangpun selain ia, ka Dira, Bibi, dan bunda melihat Luna saat menggunakan pakaian seperti ini.