Pagi itu Fiasco Kafe tiba-tiba diserbu kawanan orang-orang berbalut jas. Mereka turun dari mobil dan langsung merangsek masuk ke ruang kerja Reynov. Reynov, Cassie, dan Odi yang sedang berdiskusi di dalamnya dan tidak mempersiapkan senjata apa pun langsung panik. Odi segera menyembunyikan surat-surat dan berbagai dokumen rahasia ke laci meja, sedangkan Reynov dan Cassie melawan sebisa mereka dengan tangan kosong.
"Siapa kalian?!" Reynov berhasil membuat salah satu orang itu berlutut dan mengunci tangannya. Tapi, belum sempat orang itu menjawab, orang lainnya memukul tengkuk Reynov hingga Reynov jatuh menghantam lantai keras-keras.
Sama halnya dengan Cassie, ia sempat berhasil melumpuhkan satu orang tapi orang lainnya dengan mudah mengunci gerakannya. Mereka kalah jumlah. Mereka segera dibuat berlutut di lantai dengan pistol menempel di kepala mereka.
Tak disangka, Ali Sandi dengan seragam militernya datang memasuki ruang kerja Reynov. Pejabat senior itu terperangah melihat ruang kerja Reynov yang penuh dengan peta rencana penculikan dirinya dan putrinya. Ia marah.
"Kalian benar-benar mengincar saya? Kalian mau membunuh saya?"
Reynov, Cassie, dan Odi mulai ketakutan. Apakah Ali Sandi ke sini untuk menangkap dan menyiksa mereka?
"Dia yang kamu tembak waktu itu?" tanya Ali Sandi pada pengawalnya.
Si pengawal itu menyibakkan kemeja Reynov, dan saat dilihatnya ada luka jahitan di perut Reynov, ia mengangguk. "Ya, dia yang datang ke rumah Bapak untuk mengancam Bapak, dan peluru saya mengenai perutnya waktu itu!"
Apa ini? Reynov bertanya-tanya. Waspada. Ia mengira-ngira tujuan Ali Sandi.
"Jadi kamu orang bertopeng yang mengancam saya malam itu?" cecar Ali Sandi. Reynov diam saja. Ia tidak tahu apa tujuan Ali Sandi. Ia masih membaca situasi.
"Itu berati kamu juga yang menculik anak saya di video call itu?" tanya Ali Sandi lagi.
"Ya, kami pelakunya!" teriak Cassie. Ia sudah tidak tahan disuruh berlutut di bawah pistol begini. "Mau apa Anda ke sini? Mau membunuh kami? Mau balas dendam? Anda yang membiarkan regu pasukan khusus itu mati dan tidak mengusut kasus itu! Anda yang berlaku tidak adil pada mereka!"
"DIAM!" Ali Sandi membentak dan menembakkan pistol ke lantai di samping Cassie, hingga keramik di ruangan itu pecah menggores pipi Cassie.
Cassie semakin marah. "Gara-gara Anda tidak mengusut kasus itu, ayah kami meninggal! Mereka adalah orang tua kami. ANDA MEMBUAT KAMI KEHILANGAN ORANG TUA!"
"USIR PEREMPUAN ITU!" perintah Ali Sandi. Pengawalnya langsung menyeret Cassie. Reynov tentu marah melihat temannya diperlakukan kasar.
"STOP! APA MAU ANDA KE SINI?!" teriak Reynov. Ia berdiri hendak menolong Cassie, tapi pengawal itu langsung meninju perutnya hingga kembali terduduk. "Tolong, jangan sakiti teman saya. Hanya saya sendiri yang mengancam Anda dan yang menculik anak Anda! Dan itu juga karena Anda lalai sebagai kepala regu pasukan khusus waktu itu! Anda diam saja atas kematian mereka! ANDA LAYAK DIPERLAKUKAN SEPERTI ITU!"
"CUKUP!" teriak Ali Sandi. Ia mengangkat dagu Reynov dengan kasar. "Kamu mengancam saya, menodongkan pisau ke saya, dan menculik anak saya, tapi kamu juga yang menyelamatkan anak saya di kebakaran waktu itu, kan?" Ali Sandi terus menyelidiki. "Melihat kamu rela susah payah menyelamatkan putri saya, padahal kamu satu komplotan dengan Erik di bawah komando Robby, apa kamu punya hubungan dengan anak saya? Kalian pacaran?" selidik Ali Sandi.
Reynov terkejut Ali Sandi tiba-tiba membahas hubungannnya dengan Amara. Apa Amara sudah cerita ke ayahnya tentang hubungan mereka? Apakah Ali Sandi datang ke sini karena marah jika ia, si penjahat itu, memacari anaknya?
"Kamu pacaran dengan anak saya? Jawab!" Ali Sandi kembali mendesak.
"Bang, takut. Ngaku aja!" Odi sudah ketakutan. Kepalanya terus disodok pistol.
Reynov menelan ludah. "Ya, saya... saya berpacaran dengan putri Bapak," akunya.
"Kurang ajar!" Ali Sandi langsung menempeleng kepala Reynov keras-keras hingga Reynov jatuh. "Kamu pasti hanya memanfaatkan anak saya, kan?!"
"Tidak, Pak! Tidak!" Reynov berusaha bangkit.
"Kenapa kamu memacari anak saya? Padahal saya orang jahat yang tutup mata atas kematian ayahmu, tapi kamu justru berpacaran dengan anak saya. Apa kamu mau menjadikannya alat untuk balas dendam terhadap saya? Kamu pasti hanya memanfaatkan anak saya!"
"Tidak, Pak!"
"Bagaimana saya percaya kalau kamu tidak memperalat anak saya, sedangkan dulu kamu menculiknya!"
"Saya benar-benar tulus ke putri Bapak. Saya berkata jujur! Tolong percaya saya , Pak!" kata Reynov putus asa. Ia sadar diri. Pejabat sekelas Ali Sandi pasti tidak mau putrinya berpacaran dengan kriminal sepertinya.
"Kamu benar tidak main-main dengan anak saya?" tanya Ali Sandi lagi.
"Tidak, Pak!"
"Buktikan!"
"Saya..." Reynov tidak tahu bagaimana cara membuktikannya secara verbal.
"Selamatkan dia sekarang!" perintah Ali Sandi. "Robby menculik anak saya!"
"Apa?"
"Kalau kamu tidak main-main dengan anak saya, SELAMATKAN DIA SEKARANG!" Ali Sandi berteriak panik. Ternyata pejabat senior itu mendatangi Reynov, membawa pengawal, dan menembakkan pistol, karena ia panik putrinya diculik. "Anak saya hilang. Saya sudah kerahkan tim untuk mencarinya, tapi anak saya tidak bisa ditemukan. Robby menculiknya. Kamu kaki tangannya Robby, kamu pasti tahu di mana saja tempat persembunyian Robby!"
Reynov terkejut. Kemarin malam ia masih bertemu dan memeluk Amara. Lalu sekarang Robby menculiknya? Sial, kenapa Robby harus melibatkan Amara?
"Kalian ingin saya mengaku bahwa saya tutup mata atas kasus kematian ayah kalian, kan?" tanya Ali Sandi. "Ya, saya akan mengaku. Jangan kalian kira saya hidup bahagia setelah kasus itu. Saya selalu dihantui rasa bersalah. Saya benar-benar meminta maaf!" Ali Sandi berkata tulus. "Tapi, Robby ingin saya jadi tersangka kasus pembunuhan itu. Dia menculik anak saya supaya saya mengaku. Tapi percayalah, saya bukan pembunuhnya. Tolong percaya, dan tolong selamatkan anak saya! Tolong!" Ia berlutut di hadapan Reynov dan menangis memohon.
Ali Sandi kembali bertanya di sela tangisnya "Kamu anaknya Rudi Setyawan?"
Reynov terkejut nama ayahnya disebut. Ia mengangguk.
"Berarti namamu pasti Reynov. Rudi Setyawan dan Sovia. Nama itu saya yang usulkan," kata Ali Sandi. "Rudi selalu menjadi yang terbaik. Dikirim bertugas di mana pun, dia siap. Dia orang kepercayaan saya. Sekarang, kalau kamu benar-benar tulus ke putri saya, bisakah saya percayakan putri saya ke kamu? Bisakah tolong selamatkan anak saya sekali lagi?"
Reynov melihat sorot mata putus asa seorang ayah. Pejabat senior yang Reynov pikir tidak akan menerimanya karena sederet kejahatan yang ia lakukan, sekarang justru berlutut memohon menangis di hadapannya.
"Tolong selamatkan anak saya. Saya tidak tahu lagi harus meminta tolong kepada siapa!" mohon Ali Sandi.
Reynov tersentuh. "Ya, saya akan selalu menyelamatkan putri Bapak." Ia berikrar.
Cassie yang mendengarnya, sungguh sangat cemburu. Apa yang kurang darinya? Kenapa Reynov tidak memilihnya? Tapi... sepertinya ia masih punya kesempatan mengalahkan Amara, dengan mengikuti Erik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiasco Kafe (END lengkap)
Teen FictionAmara, mahasiswi drop out yang sekarang menjadi barista di Fiasco Kafe. Ia senang bisa bekerja di sana. Tapi, Reynov si pemilik Kafe mulai mencurigai Amara karena Amara bisa berbahasa Belanda, tahu nama senjata, dan tahu hal-hal medis. Siapa Amara...