prolog

6 1 0
                                    

Menahan gejolak emosi memang akan berdampak buruk. Bahkan, dalam jangka pendek, perasaan sesak akan menghantui. Namun, terlalu sungkan diri ini untuk sekadar melepaskan sedikit saja perasaan yang makin lama makin membuncah dalam dada. Di sinilah aku sekarang, berkawan sesak dan menahan air mata.

Mungkin jika ia masih di sini, aku tidak perlu layanan konseling seperti ini. Cukup dia yang akan menenangkanku. Mengelus pelan punggung tanganku. Bahkan sigap menghapus air mata ketika tak mampu kutahan.

"Nona Luna Maharani ...."

Lamunan liarku akan dirinya terhenti saat nama itu disebut. Yah, mungkin untuk saat ini nama itu cukup mewakili diriku. Paling tidak itu nama yang tertera di KTP-ku. Walau, sekarang di tubuh ini bukanlah Luna, apa pula peduli Mbak bagian pendaftaran tadi. Sekarang, aku hanya butuh bertemu dengan Pak Sultan. Hanya dokter itu yang masih menganggapku waras.

 Hanya dokter itu yang masih menganggapku waras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BRIVADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang