30. Home

5.3K 558 5
                                    

Amara pulang dari sekolah tempat ia mengajar dengan pikiran mengambang. Robby Consultant lebih seperti sindikat mafia daripada sekadar kantor konsultan bisnis. Perkataan Satya kemarin dan testimoni dari Mr.Stanton, membuat Amara bertanya-tanya siapa Reynov sebenarnya.

Lalu sesampainya di rumah, tiba-tiba seorang laki-laki mencegatnya.

"Arina Rosalin?" tanya orang itu.

Amara waspada karena orang itu mengetahui nama aslinya. "Anda siapa?"

"Saya pengawalnya Pak Ali Sandi. Beliau menunggu Anda di mobil."

Orang itu menunjuk mobil yang terparkir di seberang rumah Amara. Ia mengkode pengawal lain untuk membukakan pintu mobil. Segera, tampak Ali Sandi dengan seragam militernya duduk berpegang pada tongkat di dalam mobil.

Amara terkejut. "Ayah!"

                                                                         ******

Ali Sandi membawa Amara ke rumahnya. Amara merasa asing dengan rumah megah yang mengintimidasi itu. Tidak hangat dan tidak penuh kasih sayang seperti dulu lagi. Ada banyak pengawal di sana. Amara teringat ketika ia diculik, penculik itu menuduh ayahnya memerintahkan pembunuhan empat pasukan khusus pada dua puluh tahun lalu. Apakah karena itu ayahnya menyewa pengawal  sebanyak ini?

Amara dan ayahnya berbicara di kamar Amara. Kamar itu tidak berubah. Rupanya ayahnya menyuruh orang untuk membersihkan kamar Amara setiap hari.

"Arina! Anakku! Ayah minta maaf, Nak! Ayah meninggalkanmu dan ibumu!" Pejabat senior itu menangis tersedu-sedu. Amara tertegun. Ia pikir ayahnya akan menghina dan membuangnya, seperti saat penculikan kemarin.

Ali Sandi lalu mencium kening Amara. "Waktu kamu diculik, di video call itu Ayah pura-pura tidak peduli sama kamu karena takut mereka akan memanfaatkan kamu kalau tahu kamu anak kandung Ayah. Sebagai gantinya, Ayah kirim pengawal untuk membawamu pulang, tapi pengawal Ayah gagal menyelamatkanmu."

"Pengawal ayah?"

"Ya. Yang ada di pesta manajemen artis Klarisa, ketika kamu jadi pramusaji di stand kopi. Mereka ada tiga orang, menggunakan jas, dan ber-headset HT!"

Amara terkejut. Dulu ia pikir orang-orang berjas itu lawan politik ayahnya. Ternyata itu justru pengawal suruhan ayahnya. Jadi sebenarnya ayahnya mencarinya selama ini? Ayahnya masih peduli padanya? Amara merasa seperti menemukan kembali kasih sayang ayahnya padanya.

"Kamu tahu, Ayah tidak pernah memerintahkan pembunuhan seperti yang penculik itu katakan," Ali Sandi mulai bercerita. "Benar ada kejadian pembunuhan tiga pasukan khusus pada dua puluh tahun lalu. Tapi ayah tidak memerintahkan pembunuhan. Satu-satunya kesalahan ayah adalah ayah tutup mata pada kasus itu."

"Ayah membiarkan kasus itu?"

Ali Sandi mulai kembali menangis. Ia melepas kaca matanya.

"Masa itu masa yang berat. Bisnis batu bara kakekmu hancur. Ayah tidak mau dipecat karena kasus kematian regu pasukan khusus itu. Jabatan ini membuat ayah lebih mudah mendapat koneksi untuk membantu bisnis keluarga kita."

Amara berusaha memahami situasi ayahnya. "Apa berati Ayah tahu siapa pembunuh sebenarnya?"

Ali Sandi menggeleng. "Ayah tidak yakin. Tapi, Ayah tahu dia adalah si Jenderal Tak Berpangkat. Semua pejabat yang butuh dana kampanye, dana naik jabatan, semua berhutang padanya. Dia rentenir yang menagih nyawa."

Ali Sandi melanjutkan, "Ayah bisa naik jabatan karena dia. Ya, dulu Ayah mendapatkan jabatan ini dengan curang. Ayah baru sadar betapa serakahnya Ayah setelah kamu kabur dari rumah. Ayah merasa gagal sebagai orang tua. Pernikahan Ayah dengan Ela Lidia juga tidak berjalan baik. Ayah merasa bersalah telah menjadi serakah. Ayah berusaha menebus kesalahan Ayah. Ayah berusaha menjadi pejabat yang lurus dengan menindak tegas pejabat korup di instansi Ayah. Akibatnya, Ayah punya banyak musuh. Termasuk si Jenderal Tak Berpangkat."

"Jenderal Tak Berpangkat? Siapa dia?"

"Ya, dia orang yang dulu mempermudah Ayah naik jabatan. Ayah tidak tahu siapa dia. Dia tidak pernah muncul dan hanya mengirim utusannya," kata Ali Sandi. "Dia tidak suka dengan Ayah karena kini Ayah selalu menindak pejabat korup yang ternyata kolega bisnisnya. Termasuk dua penculik yang menculikmu demi tebusan dua juta dolar. Itu pasti suruhannya."

"Dua penculik minta tebusan dua juta dolar?" Amara mengerutkan kening. "Penculik itu cuma satu orang! Erik! Cuma dia pelaku penculikan itu. Kenapa Ayah bilang ada dua orang?"

"Ada dua pelaku!" Ali Sandi menegaskan. "Ayah sudah mengerahkan tim untuk meneliti."

"Ada dua orang?" Amara tak percaya. Reynov bilang Erik pelaku tunggal semua kasus itu.

Amara mengingat-ingat. Dan ia menemukan perbedaan dari pola penculikan pertama dan kedua itu. Metodenya.

Penculik kedua benar-benar kejam. Sedangkan penculik pertama, orang itu tidak benar-benar melakukan kekerasan. Hanya menakut-nakuti. Lalu waktu orang itu menodongkan pisau ke leher Amara hingga berdarah, anehnya Amara tidak terluka sedikit pun. Mungkin... orang itu mengiris jarinya sendiri!

"Ayah, si penculik pertama itu nggak bener-bener melakukan kekerasan!" kata Amara.

"Dia tidak menyakitimu?" Ali Sandi terkejut. Ia tiba-tiba ingat saat seorang laki-laki bertopeng masuk ke rumah megahnya dan mengancamnya. "Penjahat yang mengancam Ayah juga tidak menyakiti ayah. Justru dia terkena tembak oleh pengawal Ayah saat berusaha kabur."

"Ayah sempat diancam juga?"

"Ya. Oleh penjahat bertopeng sama seperti penjahat yang menculik kamu pertama kali. Di tanggal 1 Mei. Ya 1 Mei, Ayah ingat malam itu Ayah terjebak macet demo buruh 1 Mei, lalu sesampainya di rumah, orang itu datang mengancam dan terkena tembak pengawal ayah."

"1 Mei, di saat demo buruh?" Amara ingat hari itu rombongan pendemo lewat di depan kafe membuat macet, hingga kemudian Reynov datang dengan luka tembak di perutnya, yang katanya terkena tembak perampok di kantor papahnya.

"Ayah bilang penjahat yang menyekap ayah terkena luka tembak?"

"Ya."

"Apa pistol yang dipakai penjahat ayah adalah Glock, kayak punya Ayah dulu?"

"Ya."

Amara menelan ludah. Kenapa waktu dan jenis pistol itu sama dengan kasus penembakkan Reynov? Ia lalu ingat Odi pernah menunjukkan sebuah website berita yang meliput perampokan di kantor papahnya Reynov. Amara mengecek ponselnya. Tapi ia ketik dengan berbagai kata kunci pun, berita itu sudah tidak ada.

Amara terkejut. Kenapa semua ini mengerucut pada Reynov? Lantas, jika di penculikan kedua itu Amara yakin pelakunya adalah Erik, berarti di kasus yang pertama...

"Reynov..."

Amara tidak yakin dan tidak sampai hati jika harus menuduh kekasihnya itu. Ia ingin memvalidasi kecurigaannya, tapi bagaimana ia bisa tahu siapa Reynov?

Buku diary!

Amara tiba-tiba ingat buku diary-nya sewaktu SMA. Ia ingat, dulu ia penggemar rahasia laki-laki itu. Ia selalu menulis tentang Reynov.

"Ayah, kamar aku masih sama kayak dulu? Ada buku-buku yang dibuang?"

Ali Sandi menggeleng. "Ayah selalu menyuruh orang untuk merawat kamar ini."

Maka, di kamar itu Amara segera mencari buku diary-nya. Mungkin ia bisa menebak siapa Reynov dengan melihat ke masa lalu.

Fiasco Kafe (END lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang