Jung Jaehyun bukanlah lelaki kaya yang bisa duduk diam sembari menunggu uang datang dengan sendirinya, dia harus bekerja keras, membanting tulang untuk mendapatkan uang dan memenuhi kebutuhan hidup. Seperti saatnya sekarang, di mana ia tengah sibuk mengantar minuman ke meja pelanggan.
Bolak-balik dari dapur ke bagian depan, rasanya amat melelahkan. Hingga Jaehyun memilih untuk menyandarkan tubuhnya di dinding, mengambil napas dan beristirahat sejenak. Sebelum Bibi pemilik restoran memanggil namanya, kembali lelaki Jung tersebut bekerja.
Hingga tak terasa sudah pukul sebelas malam. Saatnya restoran untuk tutup, bertepatan dengan pelanggan terakhir yang baru saja pergi. Jaehyun menarik napas dan mulai membersihkan meja, mengemasi sampah-sampah yang tersisa serta menyapu lantai.
"Kau bekerja keras hari ini, Jaehyun." Bibi pemilik restoran yang tadinya sibuk mencuci gelas kini berdiri menatap Jaehyun, dia tersenyum, "Ayo kita minum sebelum kau pulang."
Lelaki itu membalas senyuman tersebut dan menganggukkan kepala. Lekas membersihkan semuanya dengan cepat kemudian mendekati Bibi Kim yang sudah duduk di meja sudut sana, Jaehyun disuruh untuk mengambil minuman dari kulkas yang langsung ia lakukan.
"Bagaimana menurutmu pekerjaan hari ini?"
"Yang namanya bekerja pasti melelahkan Bibi, tapi aku menikmatinya sekaligus bersyukur."
"Baguslah. Apa kau sudah mengirim lamaran mu?"
Jaehyun mengangguk. Dia memberikan gelas kepala bibi Kim, "Sudah. Tapi, sepertinya aku ditolak lagi."
"Bekerjalah di sini sampai kau benar-benar mendapatkan pekerjaan di perusahaan. Lalu ... Aku tidak pernah melihatmu berkencan. Kau hanya sibuk bekerja dan menghabiskan waktu bersama Bibi tua ini. Katakan, apa kau punya pacar? Atau kau ingin menjadikan aku pacarmu saja?" ujar Bibi Kim menggoda di akhir kalimatnya.
Dia mengangkat gelasnya tinggi setelah Jaehyun mengisinya dengan alkohol, kemudian mereka bersulang. Jaehyun tersenyum kecil seraya menundukkan kepala, memikirkan ucapan Bibi Kim mengenai pacar.
Jujur saja selama hidup Jung Jaehyun tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Jatuh cinta? Pasti pernah, itu terjadi saat SMA dulu bahkan sampai sekarang. Dia masih memiliki perasaan cinta untuk seseorang yang berada di masa lalu, walaupun sekarang Jaehyun tidak tahu bagaimana kabar orang itu, akan tetapi perasaan nya masih tetap sama.
"Hei! Kau tampak begitu frustasi, maafkan aku."
"E-eh ... Bibi tidak apa-apa. Jangan meminta maaf begitu." Jaehyun gelagapan sendiri.
"Kau pasti memikirkan pacar mu bukan, menggemaskan sekali."
"Aku tidak punya pacar Bibi."
"Kau serius?" pekik Bibi Kim terkejut, wajahnya tampak geli. "Tenang saja. Dengan wajah tampan dan sikap yang baik begini, pasti kau akan mendapatkan seseorang yang baik pula."
"Aku harap juga begitu, Bibi. Dan tidak semudah itu untuk mendapatkan pacar."
Bibi Kim tertawa keras, "Tidak ada yang bisa menebak. Mana tahu setelah pulang hari ini kau mendapatkan pacar. Jika tidak dapat, maka kau harus tahu kalau orang tua ini juga mau denganmu."
Bibi Kim kembali tertawa, sedangkan Jaehyun hanya tersenyum canggung mendengar gurauan tersebut. Mereka melanjutkan acara minum itu sambil memakan daging panggang, mengobrol banyak hal mengenai penjualan. Dan saat lewat tengah malam barulah Jaehyun pulang.
Dia merapatkan jaket yang membungkus tubuh, udara malam terasa amat dingin dan menusuk tulang. Bergegas ia berjalan melewati tempat-tempat yang mulai sepi, hingga langkahnya terhenti di dekat sebuah sungai. Entah dorongan dari mana, tapi kaki Jaehyun malah melangkah ke sana.
Berdiri di sebuah jembatan dengan pandangan mata mengarah ke sungai tersebut, dia menghela napas kemudian menghembuskan secara perlahan.
Pacar ya? Pikirnya.
Cukup larut dalam lamunan hingga suara teriakan menyentak kesadaran Jaehyun, tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang, ada seorang lelaki memakai hoodie kebesaran yang tengah berteriak, dia menangis dan juga terisak keras, sepertinya tidak menyadari kehadiran Jaehyun di sana.
Tangisan tersebut terdengar menyakitkan bagi Jaehyun, dia membuang muka, berusaha untuk abai. Karena tidak sopan baginya melihat seseorang yang menangis. Namun, saat melihat sosok itu yang mencoba untuk melewati batas jembatan tanpa pikir panjang Jaehyun berlari mendekat.
Suara deburan terdengar, Jaehyun melepaskan jaketnya kemudian melompat ke dalam sungai. Airnya terasa dingin, menusuk hingga tulang. Jaehyun menggerakkan badannya untuk menggapai sosok yang menceburkan dirinya tadi.
Tak pernah terpikirkan oleh Jaehyun kalau sungai yang terlihat dangkal ini malah sangat dalam. Kakinya bergerak lebih cepat dengan tangan yang terulur untuk menarik tangan lelaki tadi.
Dan berhasil. Jaehyun berhasil menangkap tangan tersebut, dia memeluk lelaki itu dan membawa tubuh mereka keluar. Jaehyun dengan hati-hati membaringkan tubuh lelaki itu, dia menepuk pipi dan menekan dada lelaki tersebut. Tapi, tak kunjung mendapatkan respon, dengan tergesa Jaehyun menyingkap rambut yang menutupi bagian mata lelaki itu, dan berniat untuk memberikan napas buatan.
Namun, matanya membola saat melihat wajah yang tak asing baginya. "Taeyong?"
*****
tbc.