Bab 2

379 43 3
                                    

Cahaya matahari masuk melewati celah gorden, membuat tidur seorang lelaki cantik terganggu, mengernyit kemudian membuka mata dengan perlahan. Langit-langit kamar yang berbeda serta aroma asing nan masuk indera penciuman membuat dia tersentak.

Lantas bangkit dari tidurnya, hal terakhir yang dia ingat adalah menangis bak orang gila di pinggir sungai kemudian memutuskan untuk melompat, merasa muak dan lelah dengan hidupnya. Jadi, dirinya mulai berpikiran pendek.

Taeyong membuka selimut yang menutupi tubuh kemudian menatap pakaian yang sudah terganti, mendadak ia mulai merasa was-was. Tanpa pikir panjang ia berdiri dan berjalan menuju pintu.

Kakinya menapak perlahan, mencoba untuk berjalan dengan hati-hati. Hingga suara berisik yang berasal dari arah dapur membuat Taeyong terdiam, perutnya berbunyi saat aroma masakan tercium dengan jelas.

"Aku lapar." Taeyong mengelus perutnya, dan meneguk ludah dengan kasar. Dirinya menjadi bimbang, antara ingin kabur dan makan sesuatu yang beraroma sedap tersebut. Menggelengkan kepala kemudian memilih untuk mengikuti aroma masakan berasal.

Mengintip dari balik dinding, dia melihat punggung lebar seorang laki-laki yang sibuk bolak-balik di depan kompor.

"Kau sudah bangun?"

Taeyong tersentak saat mendengar suara yang mengandung pertanyaan tersebut, lantas ia bersembunyi di balik tembok. Suara langkah kaki terdengar, Taeyong berniat untuk kabur sebelum tangan lelaki tadi menahan niatnya.

"Hei, jangan takut! Aku tidak akan melakukan hal yang buruk. Kau lapar kan?"

Taeyong tak berani menatap, dia hanya menundukkan kepala. Bahkan untuk menjawab pertanyaan lelaki itu saja dia tidak mau.

"Percayalah! Aku bukan orang jahat Taeyong."

Mendengar namanya disebut membuat Taeyong mendongak, dia mengernyit, bertanya-tanya kenapa orang ini bisa tahu namanya, padahal mereka baru pertama kali bertemu.

"Kau pasti tidak mengenal ku bukan? Tak apa, sekarang ayo cuci muka dan kita sarapan. Ayo!"

Tangan Taeyong ditarik menuju kamar mandi, dengan gerakan pelan lelaki cantik itu mencuci muka kemudian mereka berjalan menuju dapur. Duduk berhadapan di sebuah meja makan yang sudah tertata rapi dengan makanan.

Mata bulat lelaki cantik tersebut memperhatikan bagaimana lelaki tampan tadi yang sibuk menyendokkan nasi dan sayur, dia menghidangkan mangkuk tersebut tepat di depan Taeyong.

"Makanlah."

Taeyong terdiam, memandang makanan tersebut penuh bimbang sekaligus takut karena bisa saja orang di depannya ini berniat buruk padanya. Seperti meletakkan sesuatu di dalam makanan, mungkin.

"Jangan khawatir, aku tidak meletakkan racun dan sebagainya di dalam makanan itu. Makan saja," ujar lelaki itu paham.

"Siapa kau? Kenapa aku ada di sini dan kenapa kau bisa tahu namaku?"

Lelaki tampan itu meletakkan sendok dengan pelan, dia menyelesaikan kunyahan nya kemudian tersenyum. "Aku mengenalimu tapi kau tidak mengenalku, mungkin."

"Katakan dengan jelas!"

"Aku Jung Jaehyun, kau pasti tidak asing dengan namaku bukan? Kita satu kelas saat senior high school, aku si culun yang sering duduk di pojok depan. Bagaimana, kau ingat aku sekarang?"

Taeyong terkejut bukan main. Dia menatap sosok di depannya ini tidak percaya, bagaimana mungkin? pikirnya.

Jaehyun tersenyum melihat ekspresi Taeyong, dia kembali menyuapkan nasi ke dalam mulut. Sesekali akan melirik sosok Taeyong yang masih diam dalam keterkejutan.

"Kau terkejut?"

"Sangat. Maksudku bagaimana mungkin kau yang dulunya---- ah maaf, bukan begitu."

"Aku tahu, dulunya aku memang jelek dan terlihat membosankan."

"Maaf."

"Santai saja. Semalam aku berada di dekat sungai juga, aku yang membawamu kemari, dan aku tidak tahu kalau orang yang ku bantu adalah dirimu."

"...."

"Sebenarnya, apa yang terjadi padamu?"

Taeyong menundukkan kepala. Dia hanya diam tak berniat untuk menjawab pertanyaan dari Jaehyun. Yang mana hal tersebut membuat lelaki tampan itu gelagapan.

"Maaf kalau aku sudah lancang bertanya padamu. Aku tidak bermaksud begitu, jika kau tidak mau berbicara tidak apa-apa. Sungguh, aku minta maaf."

"...."

Jaehyun menghela napas kemudian mendorong mangkuk makanan milik Taeyong, "Sekarang makanlah."

"A-ah, terima kasih." Taeyong tersadar, dia mulai mengambil sendok dan makan dengan pelan. Tak ada lagi perbincangan, keduanya sibuk dengan sarapan masing-masing. Taeyong membantu Jaehyun untuk mencuci piring dan membereskan meja makan, Jaehyun sudah melarang akan tetapi dia bersikeras ingin membantu.

"Kau akan pulang?"

Taeyong hanya diam, lelaki cantik itu menundukkan kepala. Dia mengangguk dengan pelan, "Sepertinya iya, terima kasih untuk sarapannya, Jaehyun."

"Sama-sama, perlu aku antar hingga rumah?"

"Tidak usah, aku bisa sendiri." Taeyong menggelengkan kepala, dia membungkukkan badan dan tersenyum.  Kemudian pergi dari kediaman Jaehyun.

*****

Jaehyun mengusap lengannya berkali-kali, cuaca malam hari terakhir ini terasa begitu dingin. Bahkan dia sudah memakai jaket tapi rasa dingin itu masih bisa menyelinap masuk. Memasuki sebuah mini market dan membeli beberapa minuman bersoda, tak lupa mie instan untuk dia makan sambil menonton televisi nanti.

Hingga suara ribut dari arah kasir membuat Jaehyun menoleh, dia melihat wanita berseragam khas kasir itu berteriak dan meminta bantuan untuk mengejar seorang pencuri. Jaehyun menggelengkan kepala dan sibuk dengan belanjaan sendiri. Terlalu malas untuk ikut campur.

Dia membayar semua belanjaan dengan cepat kemudian bergerak menuju rumahnya. Lelaki Jung itu bersenandung kecil saat melewati gang-gang yang gelap, hingga telinganya mendengar suara teriakan, pukulan dan rintihan kesakitan.

Dia terkesiap saat beberapa orang keluar dari gang di depannya, lelaki Jung itu memandang heran.

"Zaman sekarang masih ada orang yang mencuri makanan, seberapa menyedihkan hidupnya. Jika hanya menjadi beban lebih baik enyah saja, bukan?"

"Sudahlah, kita sudah menghajar dan mendapatkan barang curiannya kembali." ujar salah seorang dari mereka, ketiga lelaki itu berjalan menjauh.

Jaehyun mulai paham, kalau ketiga lelaki tadi pasti berhasil menangkap pencuri. Sepertinya itu pencuri di mini market tempat ia berbelanja, Jaehyun menggelengkan kepala dan berniat untuk melanjutkan langkahnya sebelum mendengar isak tangis.

Dia kembali berhenti dan menoleh ke arah kiri, lebih tepatnya ke dalam sebuah gang nan gelap. Bayangan hitam tampak di sana, tangisan itu terdengar lirih tapi sangat menyedihkan.

Dengan rasa penasaran Jaehyun mendekat, mengusir rasa takutnya. Lelaki itu berjalan dengan pelan dan mengeluarkan ponselnya, dia mendekati sosok yang meringkuk tersebut, suara isak tangis makin terdengar jelas, Jaehyun menghidupkan flash dan membulatkan mata setelahnya.

"Siapapun itu ... tolong, perutku sakit sekali ...."

Jaehyun mengenal suara itu, suara seseorang yang tiga hari lalu berada di rumahnya, dengan cepat dia memasukkan ponsel ke dalam saku celana dan menopang kepala lelaki itu dengan pahanya.

"Taeyong! A-apa yang terjadi?!"

"Tolong, perutku sakit sekali ...."








*****

tbc.

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang