Hai, Samu.

340 35 5
                                    

"Terima kasih telah menyelamatkanku dari kematian."

~Keys~

~Keys~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

"Berdirilah di sana, aku ingin menyanyikan sebuah lagu untukmu."

Aku meloncat dengan semangat menyambut kedatangan Samu.

Anak-anak kelinci mengiringi lompatanku, menyambut laki-laki berbaju putih yang berjalan dengan kharisma.

"Berdirilah di bawah sinar matahari itu, Samu."

"Baiklah. Sekarang, nyanyikan lagu kesukaanmu." Aku tersenyum, mengangguk, dan mulai bernyanyi.

"Wise men say..
Only fools rush in.."

Samu menatapku dalam, membuat semburan merah merona di wajahku.

Oh Tuhan, Aku mencintai laki-laki ini. Aku mencintainya dalam ketidaktahuanku atas pribadinya.

"But I can't help falling in love with you.."

Ia menemuiku untuk mengembalikan sapu tanganku di malam ketika puncak rasa rinduku untuknya melebihi batas kemampuanku.

"Shall I stay?
Would it be a sin.."

Ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang Atlantis. Aku mengenalnya sebagai sosok yang ceria. Atlantis suka sekali bercerita.

Tetapi tepat setelah satu bulan kami saling mengenal, Atlantis tiba tiba saja menghilang.

Entah kemana.

Dan kembali menemuiku satu minggu kemudian, dengan perubahan yang tidak dapat aku mengerti.

Ia membawa seikat bunga yang terselip sebuah kalimat di dalamnya. 'terima kasih telah menyelamatkanku dari kematian.'

Terima kasih telah menyelamatkanku dari kematian.

Saat itu aku belum mengerti...

"If I can't help falling in love with you?"

Bahwa ia memang bukan Atlantis.

Ia tidak tersenyum manis kepadaku, tidak juga membagi ceritanya denganku.

Tetapi matanya selalu menatapku. Manik hitam legam yang memekat itu selalu kutemui di dalam pandanganku. Mengunciku, selalu.

"Take my hand
Take my whole life, too.."

Kugenggam tangannya, menatap mata hitam legam yang terlihat memiliki kehidupan di dalamnya akibat cahaya matahari.

Sebab manik hitam legam itu terlalu kelam tanpa cahaya..

"For I can't help falling in love with you.."

Aku tersipu malu ketika mendapati sorot matanya yang tetap mengunciku, bahkan ketika nyanyian telah usai.

"Kamu tahu, Samu, mengapa aku menyukaimu berdiri dibawah sinar matahari?"

"Mengapa, Sayang? Aku tidak tahu."

"Karena di bawah cahaya matahari ini, manik hitam legam itu terlihat hidup." Aku menunjuk bola matanya, dan berucap dengan antusias.

Ia menggeleng, "Kamu salah, Keys."

"Sumber kehidupan itu.. datang dari sini." Samu mengusap kelopak mataku, membuat aku menutup mata sejenak. Dan membukanya setelah kurasakan laki-laki itu telah memelukku erat.

"Jadi, cahaya itu.. aku?" Kubalas pelukannya, dan berbisik.

Samu tidak menjawab, tetapi ia menggeram, membuat tubuhku terasa geli.

"Keys, jangan katakan pada siapapun. Bahwa aku menginginkanmu lebih dari pada kematian."

Saat itu aku masih belum tahu, bahwa kalimat terakhir yang Samu katakan, menandakan ia akan melakukan hal yang lebih mengerikan untuk mengikatku bersamanya lebih dari pada kengerian atas kematian.

Aku mengusap wajahku dengan gusar, tidak sadar sudah termenung terlalu lama di atas kasur, memandang foto kecil yang menampilkan diriku, Samu, dan anak anak kelinci pada saat itu.

Kutaruh foto itu di atas nakas di sampingku, lalu aku membaringkan tubuhku di samping Samu yang tertidur.

Samu sudah sadarkan diri, begitu cepat setelah aku membisikkannya beberapa kalimat, dan ia langsung menerjang ku dengan pelukan.

Ia meminta untuk aku tetap di sini, menemaninya. Tanpa membahas kejadian mengerikan yang baru saja terjadi.

Aku menemaninya, memeluknya untuk menyalurkan kehangatan hingga ia tertidur.

Mungkin Samu tidak terbiasa, Ia selalu dibiarkan sendiri dalam proses pemulihannya. Mengurung dirinya sendiri, dan memaksakan sembuh dengan sendirinya.

Samu harus tetap istirahat, aku tidak akan membahas apapun sampai Ia benar-benar pulih.

Mungkin ini terlalu dramatis, tetapi baru mengetahui suatu proses mengerikan dalam hidup seseorang yang telah bersama-sama dengan kita dalam jangka panjang itu.. menimbulkan sedikit perasaan bersalah.

Sore itu kupeluk tubuhnya dalam tidur, dan kunyanyikan lagu kesukaanku.

Samu tidak pernah memberitahuku lagu kesukaannya, tetapi Ia selalu mengatakan bahwa apapun yang menjadi kesukaanku, akan menjadi kesukaannya juga.

"Selamat tidur, Samu."

• • •

Keys,
Cursed.

TBC.

KeysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang