Seorang pria yang tergolong pendek berjalan menuju bangunan tua di ujung suatu gang yang gelap. Dia berjalan, lebih kelihatan seperti mayat hidup dibanding manusia biasa, lunglai. Seperti tak punya jiwa. Seperti ada sesuatu yang berharga hilang darinya.
Saat Ia membuka pintu berwarna merah darah dari bangunan tersebut, dapat terdengar suara musik yang menggema dari segala arah. Ia tersenyum lemah ketika melihat teman-temannya di ujung meja bar, tempat mereka berkumpul memang di situ. Teman-temannya segera menyapanya dan menyodorkan gelas wine ke arahnya. Ia mengucapkan terimakasih sebelum meminum cairan itu dengan sekali tegukan. Ia dapat merasakan tenggorokannya yang seperti terbakar.
Teman-temannya yang melihat kelakuan anehnya merasa cemas, "Hei, kau tak apa?" tanya seorang pria tinggi berambut hitam sambil menepuk bahunya. Ia tersenyum, "Aku tak apa, Seunghyun. Hanya sedikit kesepian," jawabnya yang diakhiri dengan kekehan pelan.
"Seriously, you okay, Youngbae? You have us here, why would you feel lonely?" temannya yang lain kini ikut bertanya.
Youngbae, si pria malang, memutar matanya kesal, "Geez, Jiyong! Aku tak apa, sungguh. ____ hanya pergi meninggalkanku ke Australia, dan aku hanya kesepian ditinggalnya. Jadi tolong berhenti menanyaiku."
Sang bartender, yang juga merupakan teman mereka tertawa geli, yang disambut lirikan tajam oleh Youngbae, "Yang benar saja, ____ pergi sebentar dan kau sudah seperti orang mati begini? Youngbae yang kutahu adalah orang yang populer di antara wanita meskipun tingginya tidak melebihi anak SMA."
Youngbae hampir saja memukul wajah sang bartender, kalau tangannya tidak ditahan oleh pria yang tampak lebih muda darinya, "Lepaskan aku, Seungri!" teriak Youngbae.
Seungri menyelak, "Hyung! Kau tahu dia hanya bercanda. Dan, oh, tolonglah, Daesung Hyung, fokus saja pada pesanan-pesananmu. Dan tolong ambilkan minuman terkuat yang kau punya. Kurasa Youngbae hyung butuh pengalih rasa sepi yang kini ia rasakan."
Daesung, sang bartender, sedikit merasa bersalah, karenanya ia segera meracik minuman spesial untuk temannya itu.
Sebenarnya, mereka sangat heran kenapa seorang Youngbae bisa menjadi seperti ini hanya karena gadisnya.
Youngbae yang mereka tahu, bukan pria yang saat ini di ujung matanya terdapat bulir air mata.
Dong Youngbae adalah kekasihmu. Kau mencintainya. Meski ia tidak bisa mengutarakan perasaannya dengan jelas, dan sama sekali tidak romantis, kau tahu bahwa di dalam hatinya ia sangat mencintaimu. Berbeda denganmu yang terus menerus meyakinkannya akan keseriusan perasaanmu, Youngbae mempunyai masalah mengekspresikan dirinya.
Begitu pun dengan malam sebelum kau pergi ke Australia. Youngbae, yang pada saat itu moodnya sudah hancur, berteriak ke arahmu karena hal sepele. Kau bingung, tak dapat mengerti kenapa ia bisa sekesal itu. Dan- BOOM! Perang dunia ke-3 pecah. Kau yang biasanya pemaaf pun dibuatnya menangis.
Flashback
"Apa? Kau pergi ke Australia hanya berdua dengan managermu? Kau gila? Laki-laki itu serigala, ____. Aku tak akan mengizinkanmu pergi," sungut Youngbae ketika kau memberi tahunya tentang managermu yang akan menemanimu.
Kau mengerjap, kata-katanya sedikit menyakitimu, "Oppa, dia hanya akan menemaniku di pesawat saja. Selebihnya, kami akan berpisah, bahkan hotel tempat kami menginap pun berbeda," jelasmu sambil tersenyum.
Youngbae menatapmu marah, "Did I fucking stutter?" kau terkejut, Youngbae tak pernah bicara kasar sebelumnya, "Don't go. Unless you love him and you do want him to touch you, go ahead."
"Oppa, aku harus pergi. Perjalanan ini merupakan proyek kantor yang sangat besar. Bahkan aku bisa naik pangkat," ujarmu pelan, "Tolong, jangan buat aku semakin stress."
KAMU SEDANG MEMBACA
KPop One Shots
FanfictionBerbagai cerita tentang kamu dan idolamu, dengan situasi yang berbeda dan unik. Dikemas secara singkat, tapi cukup untuk membuatmu tersenyum, tertawa, bahkan menangis. Ditulis dalam Bahasa Indonesia. Kebanyakan dengan genre fluff. Tokoh / idol yang...