Aku tersesat.
Di tengah keramaian kota,
ada bayangan kau dan aku yang tersenyum di setiap sudut bangunannya.
Di jalan yang terbagi menjadi 12 lorong kecil,
ada kecupan kecil tanda kasih sayang di setiap ruasnya.
Di ujung musim panas yang menggebu,
ada bekas letupan cinta kita berdua yang kini sudah hilang.
Aku tersesat, di dalam memori kita berdua.
-
Aku terbangun dari lamunanku.
Oh, tidak, apa aku baru saja memikirkanmu lagi?
Haha, tak bisakah aku melupakanmu?
Atau, jika kita bertemu nanti, apa kau akan melupakanku?
Ini semua salahmu. Salah jika kau tiba-tiba menghilang tepat di depan mataku. Salah jika kau berani berkata kau mencintaiku saat sedetik kemudian kau menghancurkan duniaku. Salah jika kau menjanjikan bahwa aku adalah takdirmu, tapi kau malah berbalik seakan janji itu tak pernah ada.
Salah jika kau membuatku tersesat dalam kegelapan.
Aku tersenyum kecut memikirkan omong kosong tersebut, lalu mendongakkan kepalaku. Kulihat di depanku ada jalan setapak dengan banyak toko di kedua sisinya. Aku tak peduli lagi dengan kerumunan orang yang tersenyum bahagia. Aku terus berjalan dengan pikiran yang dipenuhi olehmu.
Aku kini sedang mencarimu kembali. Kata orang, jika kau memakai sepatu bagus, maka kau akan pergi ke tempat yang bagus pula. Jadi kini aku memakai sepatu merah pemberianmu, berharap bisa menemukanmu segera.
Sudah cukup lama semenjak kau menghilang. Waktu terus bergulir. Aku yang terbawa arus waktu juga sudah berkali-kali jatuh cinta. Tapi, apa daya, pada akhirnya aku akan kembali mencarimu. Hanya kau seorang yang bisa membuatku seperti ini.
Saat ini musim panas. Musim di mana kita bertemu, juga musim di mana kau pergi. Meski hawa panas yang menyelimuti kota membuat kulitku terbakar, aku tak peduli. Aku akan membawamu pulang ke dekapanku.
Kau tak akan tahu seberapa besar ambisiku untuk mencarimu. Setidaknya, sebelum aku mati, aku harus melihat wajahmu sekali lagi. Harus memeluk tubuhmu sekali lagi. Harus ketemu. Sampai ujung dunia pun, akan kucari. Sampai angin dingin berhembus pun, aku tak akan berhenti.
Tunggu.
Aku memang akan mencarimu sampai ujung dunia..
Tapi.. Ini di mana?
Bodoh. Terlalu lama merenung hingga tersesat. Kini, ke mana kau akan pergi, diriku?
Ini bukan jalan menuju rumahku; rumahmu; kafe tempat kita biasa kencan; atau bahkan tempat kau menghilang dan meninggalkanku.
Aku memutar badanku untuk melihat keseluruhan area ini. Bangunan-bangunan asing bergaya vintage, jalan aspal yang terbakar matahari, taman hijau yang seakan menjerit kepanasan, semuanya tampak asing bagiku.
Tak ada waktu untuk itu. Kakiku bergerak sendiri. Aku berjalan, lalu berlari, seakan dikejar monster mengerikan. Napasku semakin lama semakin menipis. Air mata mulai menggumpal di sudut kedua mataku. Aku tak akan terus menunggu, aku berlari mencarimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KPop One Shots
FanfictionBerbagai cerita tentang kamu dan idolamu, dengan situasi yang berbeda dan unik. Dikemas secara singkat, tapi cukup untuk membuatmu tersenyum, tertawa, bahkan menangis. Ditulis dalam Bahasa Indonesia. Kebanyakan dengan genre fluff. Tokoh / idol yang...