2:Obrolan Ngawur

6 0 0
                                    

Tidak ada pertemanan yang murni antara lelaki dan perempuan. Salah satunya atau bahkan keduanya jatuh dalam pesona masing - masing, setelah sekian waktu terbiasa bersama.

Tepat lonceng pulang sekolah berdentang, kesadaran Gita kembali kepada realita bahwa pelajaran bu Rukmini masih ada lima belas menit lagi. Waktu yang sangat lama saat melihat teman-temannya sudah menggendong tas menuju gerbang sekolah.

Gita terkikik geli saat melihat teman sekelasnya menunjukkan tanda-tanda bosan dengan pelajaran sejarah bu Rukmini. Bahkan terlihat jelas ada yang tidur berlindung dibalik buku sejarah, ada yang terkantuk-kantuk, main game, makan ciki..

"Gita, ibu minta tolong bantuan kamu ya, buatkan kelompok tugas sejarah. Tiap kelompoknya berjumlah 5 orang, yang membahas satu pertempuran sebelum kemerdekaan Indonesia dan tidak boleh sama antara satu kelompok dengan kelompok lainnya." 

Sontak titah bu Rukmini kepada Gita membuat teman - temannya terperangah. Pasalnya baru saja tadi pagi mereka mengumpulkan tugas tulis kepada bu Rukmini, sekarang diberi tugas lagi?

Telunjuk bu Rukmini mengayun keatas, "tidak boleh protes. Selasa depan ibu berhalangan hadir, jadi anggap saja perpanjangan waktu untuk mengerjakan tugas hingga kita bertemu lagi di pertemuan mendatang."

"Baik bu," 

Kelas berakhir dengan bu Rukmini meninggalkan kelas setelah memberi tugas. 

|Git, kita sekelompok aja ya? 

|Nanti gue jajanin mie  goreng Budhe Darmi seminggu deh

Gita mendesis keras supaya empu yang mengirim pesan tahu kekesalannya

Gak|

Gila kali ya makan mie seminggu, usus gue keriting ntar|

|Plis gittt

|Atau lo mau apa? soto buatan bunda?

Bibir Gita tertekuk kedalam saat Aru menyebutkan makanan favoritnya yang kerap bunda Aru buatkan untuknya. Anak ini sangat pintar merayu, namun ia tak boleh terjembab dalam perangkapnya.

Gak mau, ru|

Udah deh, nanti gue pasangin sama yang lain|

Dikira anak-anak gak adil ntar kalau gue sama lo sekelompok|

|Pelit lo, ntar kuburannya sempit :(

Meladeni bocah tantrum hanya akan menghabiskan tenaganya saja. 

Ia segera bangkit saat mendapat kabar bahwa kakaknya sudah di depan gerbang sekolah. 

"Bang Ielllll,"

Bukan, bukan ia yang berteriak. 

Aru, si bocah yang nahasnya adalah tetangga sekaligus teman sepermainannya itu berteriak dan berlari menuju kakak Gita. Bang Iel menggeleng kecil ketika mendapati kedua ekspresi dua anak remaja di depannya ini berbeda.

"Kenapa tuh muka di tekuk, dek? Aru usil lagi?" Bang Iel menyambut Gita ke pelukannya. Ia rindu adik bungsunya, terhitung ia tidak bertemu sekitar dua minggu karena sibuk perjalanan bisnis.

"Aru doain kuburanku bakal sempit," adunya.

"Ehe, lah dia pelit sih bang, makanya Aru doain gitu," Aru berusaha membela diri saat Bang Iel akan mendalil.

"Sudah,  ayo pulang. Kamu bawa motor kan, ru?" 

"Bawa kok bang,"

****

Es krim yang di beli Abang Amzar masih utuh dihadapannya. Ia tatap tak minat untuk kesekian kalinya. Andai giginya tidak sakit, es krim favoritnya itu sudah pasti ia tandas hingga habis. Efek memakan permen pemberian Hesta tadi pagi ia harus berakhir menahan sakit pada gigi bawahnya.

Angin malam berhembus sangat dingin. Ah, Gita lupa menutup jendela kamarnya.

Saat akan menutup jendela, Matanya menatap siluet lelaki di seberang rumahnya.

"Papanya Aru pulang?" 

Pria dewasa yang merupakan orang tua Aru itu melipir ke jendela dan mengulas senyum saat melihat di seberang sana ada 'calon menantu'nya. Gita membalas dengan membungkukkan badannya, sapaan wajib kepada yang lebih tua.

Notifikasi handphone-nya yang berada diatas meja mengalihkan atensinya. Buru-buru ia tutup jendela.

|Ehe, disapa calon mertua nih yeee

|Besok adek berangkat bareng calon suami yaa

Dih siapa lu?|

|Tata gak boleh gitu sama calon suami sendiri

|Sakit hati Kang Mas, dek

Bukan Endaru Caturangga kalau tidak dramatis. Lelaki bau kencur yang tak putus asa mengejarnya, mengejar cintanya. Dia punya banyak cara untuk mendapatkan hati Gita. Namun sangat disayangkan sangat susah memikat hati tetangga depan rumah.

 Arundaya Ike Basagita memiliki alasan. Ia tak akan mengungkapkannya sekarang.

Alay banget|

|Catur selalu bertanya-tanya

|Kenapa ya Tata mesti nolak kalau diajak pacaran sama Catur?

kita masih kecil, Catuuur|

|Gak lah, aku loh udah bisa buat dedek emess  

|Mau ta buat sama aku?

edan|

|Ndak lah, kalau aku edan nanti yang kawin sama kamu siapa coba?

orang lain lah|

di dunia yang luas ini cowok bukan cuma Catur doang ya|

|Et et

|berarti kalau aku gak edan, kamu mau kawin sama aku dong ?

|sikirinsut sikirinsutt

Kepalanya mendadak pusing membaca bubble chat Aru yang sudah ngawur. Meladeni ucapan Aru adalah sebuah hal yang sia-sia di hidupnya. Walaupun begitu, Aru mampu membuat seulas senyuman manis tercetak di wajah ayu Gita lewat candaan yang Aru kirimkan.

Lelaki edan itu memiliki pesona yang tidak dimiliki lelaki lain.

Ia matikan data. Matanya sudah menyipit, menahan kantuk yang sudah menyerang sedari tadi.

"Sleep Tight calon istrinya Catur,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hiraeth after Rain (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang