Keputusan orang tua

5 2 1
                                    

"Itu benar, Shofia, Semua ini untuk kebaikan kamu," sahut sang mama yang tengah menyiram tanaman, kegiatan kesukaannya.

Seorang gadis tengah terdiam dengan bibir tertutup rapat, ia diam seribu bahasa, bibirnya keluh hanya untuk mengeluarkan suara. "Kenapa harus Hixcen? kenapa tidak sekolah lain, Mah, Pah?"

"Disana ada Nak Anka yang bisa mantau kamu, sayang. Kalau yang lain kan tidak ada."

"Kenapa harus dipantau? aku baik-baik aja kok," kilah Shofia sungguh-sungguh.

"Baik-baik gimana? kamu dua hari ini aja udah jatuh dari tangga kelas, kejatuhan pot bunga, kepleset di kantin, dan banyak lagi. Lihat kening kamu, memar karena terbentur dinding. Mau tidak mau kamu akan pindah ke Hixcen! Hixcen atau homeschooling." Sang papa pergi setelah mengatakan itu. Shofia hanya dapat menghela napasnya gusar.  Ia berlari kearah kamarnya untuk menelfon temannya.

"Iya, Ken, tunggu ya aku jemput sekarang." Setelah sambungan tertutup, Shofia lantas cepat-cepat bersiap. Memakai sunscreen, cushion, lip cream dan ditimpa lip gloss serta sedikit eyeshadow pink cerah tipis. Tidak lupa dengan mencepol rambut rapih dengan diberi aksesoris berupa jepit lucu.

"Mama aku mau ke rumah Niken, mau ke mall," ucapnya seraya menyalimi tangan sang ibu.

"Ngga perlu beli seragam sekolah, udah papa siapin nanti malam mungkin diantar sama Pak Ade," kata sang ibu memberitahu.

"Ho'oh, oh iya Papa mana, Mah?"

"Tadi berangkat ngecek lokasi sama klien."

"Yauda aku berangkat ya, dah."

Menaiki mobil Jeep Wrangler Rubicon berwarna pink kesukaannya.

"Aku udah didepan rumahmu, kamu dimana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku udah didepan rumahmu, kamu dimana?"

"Oh, iya sebentar ya aku lagi ambil sepatu diatas lemari."

"Perlu bantuan?"

"Kamu sama aku aja, tinggian aku loh, Shof."

"Iya-iya, ih ini body semriwing deh."

"Body shamming anjir, body swimming ndas kau."

"Hehehe peace, udah buruan kalo ngga dateng dalam waktu satu detik kamu aku kutuk jadi Shiva berkepala Hulk liat aja."

Tut

Tidak sampai dua menit setelah panggilan suara tersebut mati, Niken datang dengan dress selulut bermotif terumbu karang cantik berwarna biru, nuansa dress yang digunakan memiliki nuansa kehidupan laut.

"Halooow bestie-ku, lihat tidakkah kamu bersyukur mempunyai sahabat semanis, secantik, se-beautiful diriku?" celoteh Niken panjang lebar.

"Ayo buruan masuk," perintah Shofia tidak mengindahkan celotehan absurd temannya. Setelah Niken menaiki mobilnya, Shofia menjalankan mobilnya membelah jalanan yang lumayan ramai dengan kecepatan sedang, tujuan mereka hari ini adalah mall, pusat pembelanjaan yang tidak kenal sepi setiap harinya. Kurang lebih dua puluh enam menit mereka sampai ditujuan.

"Kamu mau beli apa, sih, sebenernya?" tanya Niken heran, karena mereka sudah berputar dilantai satu sebanyak dua kali namun belum menemukan barang yang akan dibeli oleh Shofia.

"Mau beli cadigan, sepatu, aksesoris rambut, alat make-up, sama body care."

"Body care Thailand?"

"Yoi."

"Aku tau gerainya dimana, ayo ikut aku," ajak Niken langsung menarik tangan sang sahabat tanpa mendengar balasan dari sang lawan, hal ini sontak membuat Shofia kesusahan untuk mengejar langkah Niken yang cepat.

"Kalo jalan jangan cepet-cepet, setan!" maki Shofia

"Kamu aja jalannya lambat kaya siput," balas Niken dengan ejekan.

"Kamu aja jalannya kecepatan, kaya dikejar rentenir." Tidak terima, Shofia membalas ejekan yang dilontarkan oleh sang sahabat. Perdebatan pun tidak dapat terelakkan.

"Woahh," decak Shofia mengagumi arsitektur dari gerai yang menjual banyak produk Thailand.

"Biasa aja, jangan alay," tegur Niken merasa jengah dengan sikap Shofia yang kadang alay menurutnya.

"Apaan sih, sewot aja sukanya. Ini tokonya memang bagus banget, vibesnya kaya di Thailand, banyak banget patung gajah disini, ya?"

"Iya, Thailand memang iconic sama patung gajah. Kamu pernah ke Thailand, memang?"

"Pernah, dodol. Kan perginya sama kamu." Shofia menyikut lengan sang sahabat dengan tatapan sinis.

Niken tampak berfikir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, setelahnya ia menampilkan cengiran lebar. "Oh iya, lupa."

"Dih, padahal baru dua bulan yang lalu."

"Ya maaf, lupa."

"Pikun, mangkanya jangan gamon terossss," ejek Shofia dengan tawa renyah, tidak lupa ia bertepuk tangan merasa berhasil membuat sang sahabat kesal.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu kak?" Instruksi dari seorang pekerja membuat Niken urung untuk melayangkan ejekan balasan.

Kurang lebih dua puluh menit mereka baru keluar dari gerai yang unik, dan indah tersebut. Dua paper bag sudah berada di lengan masing-masing, Niken yang niatnya tidak ingin belanja pun akhirnya kalap sendiri melihat produk-produk Thailand yang lucu-lucu, entah nanti akan berguna atau tidak. Khas perempuan sekali jika belanja.

"Abis ini beli cardigan, aksesoris rambut setelah itu ke sepatu ya," jelas Shofia. Mereka memasuki lift agar dapat naik ke lantai berikutnya. Didalam lift tersebut berisi empat orang, dua orang perempuan dan dua orang laki-laki.

Shofia memberikan kode-kode pada sang sahabat, mulai dari batuk, mencolek, memukul pelan, hingga menendang kaki sang sahabat agar mendapatkan perhatian sang sahabat penuh. Akhirnya perjuangannya tidak sia-sia, sang sahabat menoleh dan menaikan sebelah alisnya.

"Kamu kaya merasa aneh nggak, sih?" bisik Shofia pelan, kedua matanya memberikan kode samping yang menunjukkan bahwa ia tengah membicarakan dua orang laki-laki dibelakang mereka berada.

Kedua laki-laki itu memiliki pandangan yang sayu, keduanya pun merancau tidak jelas, seperti orang sedang mabuk. "Mungkin mabuk," kata Niken ikut berbisik.

"Hih, serem. Kita harus cepet-cepet keluar dari sini," ajak Shofia yang diangguki oleh Niken.

"Hey, jangan bisik-bisik atuh manis." Salah seorang dari mereka menyeletuk yang dibalas kekeh an oleh temannya.

"Namanya siapa, Neng? Belanjaannya banyak sekali, mau Abang bantuin?"

Begitu pintu lift terbuka, baik Niken dan Shofia langsung berjalan dengan tergopoh-gopoh. Mereka berfikir kedua pemuda tadi tidak akan mengejarnya namun perkiraannya salah, justru pemuda tersebut kini berada lumayan jauh dibelakang mereka.

Bruk

"Eh maaf, maaf." Shofia tidak sengaja menabrak punggung seorang perempuan hingga barang mereka berceceran. Mereka berdua sigap mengambil kembali barang-barang yang jatuh dengan dibantu oleh Niken.

"Hm, mangkanya kalau jalan lihat-lihat dong!" marah perempuan tersebut.

"Kok kaya kenal, ya? apa mungkin?" batin Shofia bertanya-tanya.

"Maaf ya mbak, teman saya nggak sengaja. Ayo Shof lari." Niken turun tangan untuk membela sang sahabat lalu menarik tangan Shofia menjauh agar terbebas dari dua orang pemuda tidak jelas yang sempat mengejar mereka.

"Woi, tunggu," teriak salah satu pemuda tersebut setengah berlari, hal itu sontak membuat Niken dan Shofia semakin menambah kecepatan berlari mereka. Niken menarik tangan Shofia untuk bersembunyi dibelakang gerai yang sepi.

"Dimana mereka tadi?"

"Nggak tau, cepet banget larinya."

"Ah, sial!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia semestaku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang