Perpisahan

558 20 5
                                    

Pagi itu..
Sinar mentari menyeruak membuka bungkus kelamnya..
06.15
Kebisingan sudah menjadi sarapan sehari-hari di kota itu.
Asap tak beraturan mengepul melalu celah bulat kendaraan bermotor tak ramah lingkungan.
Orang-orang disana sedang sibuk memulai aktivitas paginya, beberapa diantaranya masih berjalan menyusuri lorong indah dunia mimpi.

"Sarahhh.. bangun!! Ini sudah jam berapa! Kau ini dasar kerbau tak bertanduk!" Suara seorang ibu yang tak berdosa (sangat berdosa membangunkan orang yang tertidur lelap *plak* #author ditampar -_- ).

"Enghh.. don't please don't do that!.." gadis kecil itu tengah berbicara dalam tidurnya.

"Kau ini bicara apa? Come on wake up girl.. you have important activity today!" Ucap sang ibu lembut.

"Aaaaarrggghhh!! Don't do that!" Sarah terbangun dari mimpinya. Aneh. Keringat bercucuran menghiasi seluruh wajahnya.

"Sarah, are you okay?"

"Yes, mam.. i just got a nightmare.".dia sadar sedari tadi ibunya memanggil namanya.

Dia mengucek mata, memastikan dirinya berada dalam dunia nyata. Menampar pipinya sendiri hingga merah. Sakit. Ya itu yang dia rasakan. Lalu dia menengok ke arah jam dinding coklat besar di sebelah lemarinya.

"Aaarrghhh i am late! Mom.. why didn't you make me get up early!" Teriak Sarah.

Bergegas di mengambil handuk. Mandi dan dandan seadanya. Mengenakan pakaian. Kali ini dia memakai dress ungu dengan mini belt warna emas. Sarah mengemasi pakaiannya dan barang seperlunya untuk ia bawa nanti.
Sejenak dia memandangi dirinya di kaca. Terpaku cukup lama dia memandangi refleksi dirinya di cermin.

Mata hijau kecoklatan, rambut coklat kehitaman, kulit kuning langsat, bibir yang kecil namun tebal. Perpaduan yang aneh namun membuat dirinya tampak cantik.

Dia tersenyum.

Bergegas dia turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarga tercintanya. Keluarga aneh dengan berbagai bahasa. Yah begitulah. Namun Sarah sangat bahagia oleh keluarganya ini.

"Usiamu sudah genap 10 tahun Sarah, kamu harus ikut ibu ke Indonesia hari ini." Kata ibu membuka percakapan diantara kita.

"Mom, please I can't understand your speak. Just a little what I can understand from you."

"Your age is 10 years old. You must follow me. We will go to Indonesia now."

Sarah yang tak mengerti apapun menurut apa saja yang diucapkan ibunya. Yah dia harus pergi dari negara ini. Negara tempat asalnya, tempat Kakeknya dilahirkan.
Dan kini ia harus meninggalkan kota yang sudah 10 tahun bersama dirinya.
Sejak kecil Sarah dibesarkan dengan bahasa Inggris. Bahkan dia sama sekali tidak bisa berbahasa asal kotanya. Namun itu tidak membatasi Sarah untuk bergaul dengan teman sebayanya. Sebenarnya Sarah mempunyai banyak teman disini. Hanya saja mereka tidak mengerti apa yang Sarah ucapkan. Sehingga terkadang salah paham antara Sarah dan teman-temannya.

Namun begitu Sarah tetap mencintai teman-temannya.

---

Kerumunan orang yang berbaris di depan loket membuat Sarah jengah. Beberapa orang mondar-mondir tak jelas dengan barang bawaannya. Suara pengingat yang sedari tadi berisik membuat orang-orang menghentikan aktivitasnya sangat membosankan bagi Sarah. Dia hanya duduk di depan dekat pintu masuk menunggu kapan suara berisik itu mengucap nomor penerbangannya.
Ketika ia hendak membeli minum tiba-tiba..

Bruughhh..

"Sarahh hahhh hahhh.." ucap seorang anak laki-laki sebaya dengan Sarah dengan nafas tak beraturan.

"Oh Rey.. Hai.. What are you doing in here ? You're jogging in airport ?" Tanya Sarah pada anak laki-laki itu. Dia bingung mengapa Rey bisa sampai kesini.

"Why you're go to Indonesia? I still wanna play with you Sarah.." nada berbicara Rey menjadi pelan dan dia menunduk. Tak ada yang bisa disembunyikan. Rey menangis.

"Oh Rey.. I must following my mom. But don't worry, we will meet again. This is for you. Please don't forget me Rey!" Tangis Sarah meledak.
Sarah memberikan Rey sebuah kalung hitam berbandul batu hijau. (Mirip kalung pemberian Tsunade pada Naruto).

Kedua bocah itu berpelukan. Melepas kepergian salah seorang dari mereka.
Bocah laki-laki itu mencium kening Sarah lalu memeluknya sekali lagi sebelum suara berisik itu menyebutkan nomor penerbangan Sarah.

Terhenyak. Tak ada satu kata pun yang diucapkan kedua bocah itu setelah pelukan tadi.

Rey hanya bisa menatap punggung Sarah yang sedang berjalan disisi ibunya. Dia menunduk.

Wajah Sarah berpaling sebelum masuk ke boarding gate dan melihat Rey sedang menatapnya.

"Good bye Rey.. I will miss you.."
Ucap Sarah pada Rey dari kejauhan dan mengayunkan tangan seraya tersenyum.

Rey juga tersenyum tapi ia tak bisa menahan tangisnya. Dia menggandeng tangan kakaknya yang sudah disamping Rey untuk mengantarnya pulang.

Sarah POV

"Maafkan aku Rey. Aku harus pergi karna ini sudah direncakan sedari dulu oleh keluargaku." Batin Sarah dalam hati.

Kini aku berjalan menaiki tangga pintu pesawat.
Berjalan mencari tempat duduk sesuai dengan tiketku. Masih terbayang mimpi malam tadi dibenakku. Wajah Rey yang seakan tak mau melepaskanku.

Rey..
Satu-satunya temanku di kota ini yang mengerti bahasaku. Dia keluarga terpandang di kota kami. Tak heran jika dia dapat berbahasa sama denganku. Hanya saja dia dapat berbahasa Urdu.
Dia yang selalu melindungiku.
Menemaniku.
Mengajakku bicara ketika anak-anak lain tak mau berbicara denganku. Dia menjadi kamus bagiku.
Ah Rey.. senyumnya yang hanya sedikit membuat aku senang bermain dengan Rey.

Aku menatap ke jendela. Jengah melihat seorang wanita yang memeragakan hal aneh penggunaan barang di pesawat. Ketika itu pesawat sudah mulai lepas landas dan aku termenung beberapa saat melihat pemandangan kotaku yang ku tinggalkan.

"Good bye.. New Delhi.."

Aku tertidur.

I Want To NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang