1

5 1 0
                                    

Seorang mahasiswa akhir yang tengah sibuk menata masa depan yang cemerlang demi membahagiakan satu-satunya malaikat tak bersayap yang begitu dicintainya. Ya, hanya satu sayap yang membawanya terbang terseok-seok setiap harinya. Satu sayap lagi? sudah menghadap kepada sang pencipta beberapa tahun silam.

Dia adalah Aiza, sosok kuat untuk dirinya sendiri karena baginya merepotkan orang lain adalah hal yang tidak mengenakkan. Kini Aiza disibukkan oleh tugas-tugas kuliah yang semakin mendesak karena semester ganjil akan berakhir. Mengejar target agar tidak mendapatkan nilai C lagi Aiza berusaha untuk tidak telat mengumpulkam tugas walau kemyataannya masib banyak yang telat. Bukan malas, Aiza hanya seorang gadis biasa yang mempunyai kemampuan belajar standar-standar saja, tapi tetap nekat mengambil jurusan yang hanya bisa dijalani oleh otak-otak cerdas.

Aiza sebenarnya anak yang mudah bergaul, namun seiring berjalannya waktu dan karena lain hal membuatnya berubah drastis. Aiza susah sekali untuk mempercayai orang baru sehingga masuk pada tahun ketiga perkuliahan pun Aiza tetap merasa asing berada dikelas sendiri walaupun bertemu setiap hari. Menjawab pertanyaan dari teman-temannya sekenanya, mengisi polling hanya mengikuti suara terbanyak, dan ikut foto bersama hanya bentuk sebuah formalitas saja agar tidak disebut anti sosial.

Aiza memiliki hanya satu teman dikelas, namanya Ella, memiliki kepribadian yang sama, sama-sama susah bergaul. Mungkin teman-teman dikelas menganggap mereka berdua adalah dua orang cupu yang tidak siap menghadapi dunia. Nyatanya memang iya, ketika malam datang Aiza selalu mengutuk dirinya mengapa tidak bisa menerima orang baru disekitarnya. Hidupnya yang jauh dari perantauan membuat hidupnya semakin sunyi. Sangat berbanding terbalik dengan kehidupan masa SMAnya yang begitu berwarna. Aiza sering bermonolog pada dirinya sendiri ketika malam menyapa, apa yang terjadi? hingga ia begitu keras kepada dirinya sendiri.

Hari-hari yang Aiza jalani begitu berat. Tugas kuliah yang begitu hebat ditambah lagi tidak ada teman dekat. Semua Aiza lakukan sendiri di perantauan ini. Aiza baru bisa merasakan rasanya kehidupan. Begitu banyak orang asing, begitu ramai, namun terlalu sepi.

"Aiza, kamu udah selesai ngerjain tugas yang dipertemuan 13?" Pertanyaan Ella membuyarkan lamunan Aiza. Melamun sepertinya sudah menjadi rutinitas bagi Aiza, karena dia merasa hanya dirinya sendiri yang bisa terhanyut oleh imajinasinya.

"Belum, aku ga ngerti. Aku cari buku referensi juga banyak bahasa Inggrisnya yang kalo aku terjemahin artinya bikin makin pusing" jawab Aiza dengan putus asa. Salah satu soft skill Aiza berbahasa Inggris pun sangatlah buruk. Bahasa Inggris cukup baginya hanya percakapan sehari-hari tanpa pernah mau belajar bahasa baku dari bahasa Inggris yang pada akhirnya membuatnya jadi susah sendiri.

"hmm, tapi katanya sih si Naura udah selesai" sahut Ella sambil mengingat-ingat.

"ya katanya itu kata siapa Ella" balas Aiza sedikit menaikkan nada suaranya. Pasalnya Aiza tidak pernah suka kepada Naura. Alasannya karena bagi Aiza, Naura adalah sosok yang haus validasi walaupun tidak bisa dipungkiri banyak yang mendekati Naura karena kepintarannya. Entah iri yang menbuat Aiza begitu benci kepada Naura yang menjabat sebagai wakil ketua kelas, tapi di pandangan Aiza, Naura lah yang berlagak menjadi seorang ketua kelas.

"Aku cuma baca di grup kelas aja sih" sahut Ella mencicit paham karena Aiza begitu tidak menyukai Naura.

"Gabut banget ya kamu kayanya sampe mau bacain grup kelas yang tiap hari isinya ratusan itu, padahal gaada manfaatnya juga cuma omongan orang-orang caper gajelas" Komentar padas Aiza sudah biasa bagi Ella. Itulah yang membuat Aiza betah berteman dengan Ella, dia mau mengerti segala gejolak emosi yang ada pada dirinya.

"Ya gapapa sih, kali aja ada informasi dari ketua kelas. Kan kamu ga pernah baca grup, kalo aku ga baca grup juga takutnya kita ketinggalan informasi" sahut Ella lagi dengan wajah sedikit sedih karena Aiza selalu mengeluarkan nada yang keras ketika membahas tentang kelasnya sendiri. Aiza sangat sensitif dengan pembahasan teman-teman kelas. Bagi Aiza perkuliahan ini adalah neraka dan harus segera menyelesaikan hukuman agar cepat keluar dari tempat yang menyakitkan ini.

"Tapi kali ini informasi kamu ga penting banget La. Udah jadi rahasia umum kalo dia pasti udah selesai tugasnya karena emang pinter, dan selalu pamer di grup kelas!" Ketus Aiza, membuatnya semakin tidak mood untuk mengerjakan tugas dan kembali melamun mengap tidak ada satu orang pun yang mau menerima kehadirannya. Kenapa tidak ada seorang pun yang menganggapnya teman kecuali Ella. Baginya kini dirinya hanya pecundang kelas. Sangat miris sekali rasanya jika mengetahui apa yang Aiza rasakan.

"Aku udah nyerah sama tugas yang satu ini Za, besok malem lho deadlinennya dan kita belum ada kemajuan apa-apa" jawab Ella kembali membawa Aiza pada kenyataan.

"Masih ada satu hari lagi buat belajar, biasanya juga gitu kan sehari deadline langsung encer otak kita" jawab Aiza santai, walaupun dalam hatinya juga begitu khawatir.

"Aku mau minta tugas Naura aja deh, sekalian belajar dimananya kita ga bisanya" balas Ella dengan putus asa. Jalan satu-satunya agar bisa mengumpulkan tugas tepat waktu dengan cara nyontek.

"Trus kamu mau ngechat si Naura sok cantik itu? kalo aku sih ogah ya minta-minta sama orang narsis kaya dia. Yang ada dia makin gede kepala karena ngerasa semua orang butuh dia" Aiza tetap berusaha meyakinkan Ella untuk tidak perlu meminta tugas Naura. Baginya meminta tugas kepada Naura seperti menjual harga diri demi sebuah nilai.

"Aku sih mau-mau aja, asal tugas yang menyebalkan ini segera selesai" jawab Ella dengan entengnya. Inilah bagian sifat yang kurang Aiza suka, antara polos sama bodoh beda-beda tipis.

"Terserah kamu aja" balas Aiza menyerah, susah memang berbicara dengan kepala batu. Selagi tidak merusak pertemanannya, Aiza fine-fine saja dengan siapapun Ella berkomunikasi walau pada akhirnya tetap kembali kepada Aiza.

Seperti mendapat restu, Ella segera mengirim pesan kepada Naura. Entah apa yang di ketikkannya Aiza tidak peduli. Bagi Aiza dibalas ya syukur ga dibales cukup tahu diri aja. Usai mengirim pesan, Ella memanfaatkan waktunya untuk bersantai sembari menunggu balasan dari Naura sementara Aiza masih bersikukuh dengan buku referensi bahasa Inggrisnya. Aiza melihat Ella gelisah menatap ponselnya berkali-kali, namun Aiza sangat malas mengomentari perilaku Ella jadi ia membiarkannya saja sibuk dengan dunianya sendiri. Ella memilih untuk melanjutkan menoton drama Korea favoritnya yang sempat tertinggal karena tugas hingga akhirnya Ella tertidur di depan laptop yang masih menyala dengan menampilkan adegan-adegan yang begitu romantis.

Setelah merasa lelah dengan buku bahasa Inggrisnya, Aiza sedikit menemukan titik terang tentang tugas yang diberikan dosennya. Aiza telah mendapatkan beberapa hal yang mungkin menjadi jawaban dari tugasnya. Dan sebelum beranjak tidur Aiza mencatat semuanya agar apa yang ia kerjakan malam ini dengan keras tidak terlupa besok. Aiza mematikan laptop milik Ellas serta mematikan lampu kamar kostnya yang mungil. Tidur di kasur satu berdua dengan Ella sudah biasa karena Aiza sering mengajak Ella menginap di kamar kostnya.. Aiza dan Ella tertidur begitu pulas setelah melewati hari yang melelahkan.

DIAM GEMURUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang