CHAPTER 10 - MELODI YANG MEMATIKAN

619 81 10
                                    

"MELODI YANG MEMATIKAN"

°•°•°•°•°•°

Piano adalah salah satu alat musik yang seolah telah menjadi bagian dari diri Sae. Sejak kecil jemarinya tak pernah bosan menekan-nekan baris tuts monokrom hingga menciptakan alunan nada dengan berbagai macam emosi yang terkandung didalamnya.

Sae sangat mencintai piano. Saat sedang senang, sedih, ataupun kecewa, Sae akan melarikan diri menuju piano lalu menekan-nekan tuts-nya.

Piano bagi Sae di ibaratkan sebagai obat penenang yang sudah menjadi candu. Andaikan rasa cemas itu adalah bentuk berbagai emosinya, maka Sae akan spontan menuju piano bak sedang menenggak butir obat agar emosinya reda dan stabil.

"Jangan, ya... Suasana hati abang lagi ga bagus." Sae menolak permintaan Rin.

"A-ah, maaf. Rin lupa." Rin berucap demikian atas penolakan yang diberikan oleh Sae. Jelas, Rin sangat kecewa di buatnya. Perannya sebagai adik kecil muncul, dan Rin mencari-cari cara agar Sae mau bermain untuknya.

Begitu menyedihkan jika harus mengingat masa lalu yang kelam. Sae yang tidak pernah bisa melepaskan diri dari piano, harus menjaga jaraknya dengan alat musik itu sejak beberapa tahun yang lalu.

Permainan piano tak lagi di anggap menyenangkan oleh Sae. Atau sebenarnya, ia ingin dekat kembali dengan piano tapi dirinya tidak mampu.

Sae selalu melarikan diri.

"Tapi, Rin pengen denger Bang Sae main piano. Sebentaaarrr aja~" Rin sedikit merengek, sambil bediri di belakang Sae yang kala itu sedang memcuci piring di wastafel.

Walaupun sudah beberapa tahun tak tinggal bersama, Sae masih hapal betul kelakuan Rin yang pasti menekan keinginannya agar segera di turuti.

Usai menghela napas kasar, Sae mematikan keran wastafel lalu mengeringkan tangannya dengan lap yang tergantung di sana. Kedua kaki Sae melangkah ringan menuju piano yang ada di dekat pintu masuk rumah mereka.

Dengan sumringah di wajahnya, Rin langsung mengekori Sae yang sekarang sedang duduk di hadapan piano usang itu.

"Suaranya udah nggak bagus loh..." Sae menekan beberapa tuts, mencoba memberitahu kepada Rin kalau alat musik di hadapannya tidak akan menciptakan nada-nada yang indah masuk kedalam telinga.

"Gak! Pokoknya Rin tetep mau denger Bang Sae main piano!" Celetuk Rin dengan segala kekerasan kepalanya.

Sae lagi-lagi mendengus, menatap deretan piano yang seakan mengeluarkan aura hitam. Jujur, Sae selalu takut tiap kali melihat sesuatu yang hanya bisa dilihat olehnya. Seperti piano itu merasakan apa yang dirasakan oleh Sae.

"Ah, ini terjadi lagi... Gue gasuka ini..." Sae membatin, sejenak menutup matanya. Tidak bisa dihindari olehnya, kalau saat itu ia jengkel dengan sifat keras kepala Rin. Pada Sang Adik yang tak menghargai penolakan baik dari Sae.

Alunan nada mulai terdengar saat jemari Sae menari-nari di atas tuts piano. Mulai dari nada yang ringan, hingga terdengar melompat-lompat dari tuts ujung ke bagian ujung lainnya.

Mungkin bagi pendengaran Rin, itu adalah alunan musik yang indah. Anak ini tidak begitu mengerti tentang seberapa dalamnya perasaan yang terkandung dalam permainan musik Sae.

Angel's like you - Blue lock X Haikyuu [ REVISI - UP ULANG ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang