SERENDIPITY | 4

45 8 0
                                    

Enjoy the story, happy reading!
.
.
.
.
.

Hari sabtu. Hari yang di tunggu-tunggu oleh banyak orang karena di hari itu Weekend di mulai. Biasanya jalanan lebih padat dan tempat wisata lebih ramai.

Seperti saat ini, taman kota yang terkenal begitu luasnya sudah penuh dengan beberapa orang yang berlalu lalang. Ada yang sedang jogging, main, dan lain sebagainya.

Di taman kota juga terdapat banyak makanan yang bisa membuat beberapa orang kalap karena mereka beli terus.

Elnora, perempuan itu sekarang tengah duduk di hamparan rumput yang membentang luas. Satu tangannya mengenggam roti yang masih hangat dan dengan santai memakannya dengan lahap.

Rutinitas sabtu paginya adalah jogging keliling taman kota. Sudah beberapa minggu ini ia lakukan dan sepertinya ia kecanduan. Terbukti ketika setiap hari sabtu ia datang ke taman kota untuk jogging atau sekedar jalan-jalan.

Hidup sendirian tanpa di temani siapa pun membuatnya terbiasa. Melihat beberapa orang yang berjalan bersama sedikit membuatnya iri tapi ia tidak apa-apa.

Tiba-tiba saja seseorang duduk di sebelahnya. Seorang perempuan dengan rambut di gerai panjang, rambut ikal indah itu mampu membuat siapa saja terpesona termasuk Elnora yang melihatnya.

"Hai. Boleh gue tau nama lo?" ucap Perempuan itu dengan senyuman manisnya.

Elnora tentu membalas dengan senyuman yang tak kalah manis. Selama hidup di kota Jakarta ini hanya beberapa yang peduli padanya termasuk perempuan berambut ikal ini.

"Boleh. Nama saya Elnora, kamu bisa panggil saya Elnora." jawab Elnora.

"Oh wow nama yang indah."

"Terima kasih, mama saya yang kasih nama Elnora. Oh ya, nama kamu siapa?" tanya Elnora yang sekarang jadi penasaran.

"Nama gue Cassandra. Lo bisa panggil gue Cassa. Semua orang sering bilang gue si ikal, ya karena rambut gue yang ikal." jawabnya seraya terkekeh kecil.

"Lo sendirian?"

Elnora mengangguk, "Saya memang selalu sendirian."

"Temen?"

"Ngga ada yang mau temenan sama saya, Cassa." jawabnya, senyuman pahit itu tercetak jelas di wajahnya, ada raut wajah sedih disana.

Cassandra tersenyum, ia mengulurkan tangannya membuat Elnora bingung.

"Ayo temenan sama gue." tawarnya.

Awalnya Elnora ragu, namun Cassandra mencoba untuk meyakinkannya dan pada akhirnya Elnora menerima uluran tangannya itu.

Mereka berdua resmi menjadi teman. Ini kali pertama mereka bertemu tapi sudah akrab dan berbincang hangat satu sama lain. Membicarakan banyak hal sampai lupa waktu.

Elnora menceritakan bagaimana kehidupannya dan bagaimana ia bisa berada di kota Jakarta ini padahal hidupnya biasa di desa. Seketika itu Cassandra salut dengan perjuangan Elnora yang mampu bertahan sampai titik ini.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang yang artinya Elnora sudah harus siap-siap ke cafe.

"Saya harus bekerja. Lain kali kita ketemu lagi." ujar Elnora.

"Nanti gue mampir ke cafe lo. Oh ya minta nomor lo sini biar gue gampang hubungin lo."

Elnora pun mengetikkan nomornya pada ponsel Cassandra. Setelahnya mereka pun berpisah. Cassandra pulang dan ia pun pulang.

Sepertinya hari ini akan lebih banyak kerjaan dari biasanya. Clien yang akan menyewa cafe membawa banyak orang dan sepertinya hari ini sibuk tak tertolong.

🦕

Berbeda halnya dengan Orlando yang kini tengah rebahan di kasur empuk miliknya. Dengan ponsel yang berada di tangan dan baju yang tidak di pakainya membuatnya merasa nyaman dan enggan meninggalkan kasur.

Sintya, mami Orlando sudah angkat tangan dengan kelakuan Orlando. Jam sebelas belum juga turun untuk sarapan padahal biasanya anak itu paling tidak bisa menahan lapar.

Sintya memutuskan untuk menyuruh adik Orlando, Olivia untuk memaksa Orlando agar turun dan sarapan. Walaupun sebenarnya sekarang bisa dikatakan makan siang.

"Kamu suruh abang kamu turun gih, Liv. Mami pusing dari tadi dia ngga turun-turun." suruh Sintya yang membuat Olivia menghela napas. Urusan menyuruh Orlando, Olivia selalu angkat tangan karena Orlando tidak pernah mau mendengarkan ucapannya, sama dengan maminya.

Dengan langkah lesu Olivia menaiki tangga satu per satu kalau saja abangnya itu tidak menurutinya, Olivia bersumpah akan menonjok wajah tampan nan rupawan itu!

Brak!

Pintu terbuka, Olivia menendangnya, hal itu membuat Orlando kaget bukan main. Wajahnya merah padam, dengan segera Orlando menghampiri adik perempuannya itu.

"Maksud lo apaan?!"

"Kalo disuruh turun sama mami tuh cepetan turun bukan malah rebahan main hp. Mana ngga pake baju lagi. Malu tuh sama Asep. Pagi-pagi udah produktif nyiram tanaman di depan rumah." Olivia tidak bisa menahan kekesalannya. Dengan asal ia berkata demikian.

"Bacot."

"Ntar gue turun."

"Sekarang atau gue lempar hp lo sampe ancur!" ancamnya.

Ah baiklah Orlando sudah tidak bisa menjawab ucapan adiknya lagi. Salah satu kelemahan Orlando selain menyangkut maminya adalah Olivia.

Sekali saja Olivia marah, Orlando akan ketar-ketir. Dan lagi marahnya Olivia sepuluh kali lipat dari maminya yang artinya lebih parah dari maminya. Tapi walaupun begitu Orlando tetap menyayangi Olivia dan wajib melindungi adik kesayangannya itu.

"Gue pake baju dulu." setelahnya Orlando menutup pintu. Membiarkan Olivia di luar.

"Takut kan lo sama gue." gumamnya sebelum turun ke lantai bawah menemui Sintya lagi.

Mood Olivia menonton pun jadi berantakan gara-gara Orlando. Jika bukan abangnya sudah pasti Olivia hajar sekarang.

Di dalam kamar Orlando komat-kamit. Acara rebahan yang berencana tidak akan keluar kamar malah sekarang terpaksa keluar kamar gara-gara adiknya.

"Kalo bukan adek gue, udah gue ketekin lo, Liv."

🦕

To be continue

Update malem minggu semoga bisa nemenin malem minggu kalian yakkk

Orlando toples

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang