Hari ini, aku berjanji akan menemui seseorang. Lelaki yang kukenal saat berkuliah dulu. Namanya, Nugraha Putra, atau biasa kupanggil Nug.
Pertemuan kami berawal saat ada acara kampus. Kala itu, Nug pertama kali mengajakku berkenalan. Nug mengulurkan tangannya, "Halo, aku Nug, salam kenal. Semoga kita bisa menjadi teman, ya!"
Betapa terkejutnya ternyata kami satu jurusan. Katanya, dia terpaksa masuk ilmu komunikasi atas saran kakak iparnya karena dia bisa jadi apa saja di masa depan, seperti jurnalis, kru TV, atau penyiar radio. Sementara aku? Aku hanya ingin menjadi seorang dosen karena memang aku suka mengajar orang lain.
Waktupun berjalan membuat kami dekat, kami kerap duduk bersebelahan di kelas, makan siang di kantin, sampai belajar bersama di perpustakaan sampai mau tutup. Satu dua kali, kami pernah menghabiskan waktu pergi dari museum ke museum di Bandung, beli komik langka di Pasar Palasari, hingga berkendara nyaris tengah malam sampai ke Lembang. Teman sekelas kami kerap kali bertanya bila kami tidak datang bersama, "Eh, Nug mana? Kok kalian gak barengan?"
Saat itu, aku merasa bangga punya Nug, Dia adalah sahabat pertama dalam hidupku. Ingin rasanya menghabiskan banyak waktu bersama Nug, sampai aku menyadari kalau aku menyayanginya.
Keakraban kami merenggang kala dia kerap menyendiri di sudut kelas. Dia juga jadi sering menolak makan siang bersama atau belajar di perpustakaan. Entah apa yang merasukinya, Namun saat aku mendekat, dia berteriak, "Tolong jangan ganggu dulu! Gue enggak butuh lo lagi!"
Entah apa salahku saat itu, namun air mataku menetes perih. 'Aku gak akan tahu apa yang kamu rasakan kalau kamu tidak cerita, Nug!'
Seandainya dia tau, aku siap menjadi sandaran saat dia butuh pelukan dan telinga saat dia butuh teman dengar dari setiap masalah yang dia alami. Namun, dia tak pernah tahu hal itu.
Akhirnya, kami memilih berpisah untuk kebaikan kami masing-masing. Akupun mulai melanjutkan hidupku sendiri, sementara Nug? Aku jarang melihatnya berada di lingkungan kampus.
Tak lama berselang, aku menerima kabar Nug telah mengundurkan diri. Padahal dia tinggal mengambil skripsi saja.
Ingin sekali aku menanyakan di hadapannya, 'Ada apa denganmu saat ini, Nug? Ceritalah jika kamu mau'. Namun, dia tak pernah tahu hal itu.
Pada akhirnya, aku mengetahui kabarnya dan sebentar lagi akan bertemu dengannya. Aku menemui pusaranya, rumah terakhir dan terindah bagi Nug. Dia sudah meninggalkan dunia ini satu decade silam akibat penyakit meningitis yang tak pernah dia ceritakan padaku.
Akupun meletakkan buket bunga yang dia suka, menyingkirkan bunga kering di tanah pusaranya. Tidak terasa air mataku menetes mengenang sosok Nug dan berbagai kenangan yang pernah kuhabiskan bersamanya. Mulutku tergugu sembari mengucapkan sebait dua bait doa untuknya.
Aku harap, semoga kamu bahagia di alam sana. Doaku selalu teriring untukmu, meskipun dia tak pernah tahu hal itu.
Bekasi, August 19, 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis dan Celoteh-Celotehannya
Short StoryAku, Gadis, akan menceritakan berbagai cerita yang sekelebat lewat dalam pikiranku. Kuharap cerita ini dapat memberikan secercah harapan dan menghibur bagi siapa yang membacanya. Geminian's Short Stories in 2023 Selamat membaca