"Nama gue Jessica. Gue dari Amrik. Karena ortu pindah kerja ke Indo, gue ikut. I could not lie to myself that USA was a place for my free life."
Jessica menutup perkenalan singkatnya yang mengundang bisik-bisik kecil dari teman sekelas. Ya, dialah Jessica. Cewek blasteran yang lama tinggal di Amrik, dan sekarang berada di komunitas yang mungkin tidak pernah Dia bayangkan. Jessi memilih untuk tidak berinteraksi dengan banyak orang. Setiap hari sejak Dia datang, Dia habiskan waktu dalam kesendirian, ditemani ipod-nano ungu berstiker kupu-kupu pink.
Senyumannya yang menggoda membuat banyak hati luluh, di tambah paras cantik terawat, mengundang decak kagum cowok-cowok. Satu pertanyaan yang pasti dipendam dua, tiga atau lebih cowok yang menyukai Jessi, "siapa yang sepadan dengannya, karena selain cantik dan cerdas, Dia memiliki semua yang membuat orang sungkan mendekatinya."
" kata gue, Kalo gak punya modal banyak ngak usah deh deketin tuh Cewek."
Sebuah kalimat yang sering diucap komunitas cowok-cowok penggandrung cewek metropolis sejenis Jessi. Tapi, Jessi tetaplah Jessi. Seorang gadis yang memiliki integritas kokoh.-GENK-
"Berapa banyak cewek yang berhasil gue deketin? Lo pasti ngertikan maksud gue. Bukannya sombong, mau gimana lagi, gue diciptain sempurna. Hahaha..."
Seorang cowok tinggi tegap dibalut baju sekolah, dengan lintingan rokok menggantung di bibirnya, sedang asik bicara dengan teman se-genk-nya.
"Jangan narsis Lo, mentang-mentang banyak cewek yang kesegem Sama lo, lo jd belagu gitu."
"udah gue bilang kan, gue bukan narsis, Tapi sadar diri."
"gue yakin lo bakal tambah sadar diri Kalo lo bisa ngobrol sama cewek itu."
Seorang diantara mereka menunjuk ke pojok sekolah.Mata cowok itu mendarat tepat pada satu pemandangan menarik. Seorang cewek berambut panjang tergerai tampak sedang sendiri, tanpa ada orang yang mendekatinya. Lintingan rokok yang tadi menggantung di bibir mereka, kini jatuh ketanah.
"berani gak? Katanya lo bernyali gede? Mana buktinya??"
"lo nantang Gue, men?"
Karena ditantang, ia menggulung lengan bajunya sambil melangkah kedepan. Belum jauh ia melangkah, ia mundur lagi.
"Tapi tuh cewek siapa sih?"
"lo tanya aja sendiri, temen sekelasnya bilang, sejak datang ke sekolah, dia cuma komunikasi sekali pas perkenalan pke bahasa inggris yang sok-sok-an gitu. Katanya sih pindahan Amrik. Tapi gue gk peduli, mau pindahan Amrik kek, wonosobo kek. Tuh anak keliatan songong banget. Udah 2 bulan di sini, Tapi belum ada yang nempel sama dia."
"kenapa gak ada yang mau sama dia? Apa karena suka makan hot dog kali, jadinya suka guk... Gukk..."Tawa riuh sekelompok anak itu mengumbar, mengundang tatapan dari pojok sana. Jessi tak menyadari kalau dialah yang menjadi bahan perbicaraan anak-anak itu.
Tampak Seorang dari mereka berjalan dengan gaya selangit menuju tempat duduk cewek itu. Dari jauh, sapuan angin sedikit kencang menjadi efek kedatangan anak lelaki yang tersenyum sok imut. Orangnya tinggi, tegap, berbadan atletis dan memancarkan aura kharismatik dari wajahnya yang bersinar bersih. Senyumnya mengarah ke Jessi. Siapa lagi kalau bukan Jessi yang duduk di situ. Jessi memandang sekejap, tak membalas senyuman itu dan kembali larut dalam alunan musik dari balik cangkang earphonenya.
Dear readers,
Makasih sdh baca ceritaku, ikuti terus part selanjutny. Hope you're vote :D
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Stories
RomanceBanyak yang bilang cinta itu buta, kata siapa? Kataku, katamu, atau semua orang. But, love is not blind. Kata siapa? Kata 'Cinta'