Niken Novalia Anjani sebentar lagi menginjak usia 23 tahun. Beberapa bulan belakangan ini ia memasang aplikasi kencan di perangkatnya.
Awalnya memang iseng, tapi ia merasa tidak ada salahnya jika sesekali ketemuan dengan pria yang berinteraksi secara intens dengannya.
Contohnya sekarang … Niken sedang duduk menunggu pria yang sepakat untuk bertemu langsung dengannya dan saling mengenal lebih jauh.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Niken ketemuan dengan pria yang dikenalnya melalui aplikasi kencan, tapi tetap saja rasa deg-degan pasti selalu ada.
Namanya Aslan Danendra, entah nama asli atau palsu, yang pasti pria ini berhasil menarik perhatian Niken selama satu bulan belakangan ini. Meskipun hanya via chat, Aslan tak jarang memberikan perhatian pada Niken. Niken merasa perhatian yang Aslan berikan tidak lebay dan cukup untuk membuatnya tersenyum.
Obrolan mereka pun selalu nyambung. Itu sebabnya Niken penasaran pada sosok Aslan lebih jauh sehingga tanpa ragu mengiyakan saat pria itu mengajaknya bertemu.
Sayangnya, ekspektasi Niken terhadap Aslan yang terlalu tinggi buyar seketika saat seorang pria ‘tua’ menghampirinya dan memperkenalkan diri sebagai Aslan.
Baik, wajahnya memang tampan dan tubuhnya pun atletis. Masalahnya adalah … sosok Aslan yang Niken bayangkan itu berusia 30 tahun dan masih muda. Sedangkan Aslan yang kini mengambil posisi duduk di hadapannya ini jauh lebih dewasa dari yang Niken bayangkan sebelumnya. Mungkin tiga puluhan akhir atau jangan-jangan empat puluh lebih? Oh tidak!
Selama berkomunikasi, Niken memanggil Aslan dengan sebutan Mas. Setelah bertemu langsung, Niken merasa lebih cocok memanggil Om Aslan atau bahkan Pak Aslan.
Jujur, Niken ingin langsung kabur saja. Ia rasa pertemuan ini tidak ada gunanya dilanjutkan karena Niken sudah tidak berminat lagi untuk mengenal Aslan lebih jauh.
“Sial. Seharusnya aku tidak menolak setiap kali pria ini mengajak video call!” batin Niken.
“Niken, kamu baik-baik aja, kan?” Suara bariton membuyarkan segala lamunan Niken.
“Eng-nggak apa-apa, kok. Memangnya kenapa?” gugup Niken. Bagaimana caranya melarikan diri tanpa menyinggung Aslan?
“Kamu sepertinya tidak nyaman. Apa saya membuatmu tidak nyaman?”
Niken langsung menggeleng. Baiklah, ini akan menjadi pertemuan pertama sekaligus terakhir mereka. Jadi, Niken tidak perlu kabur dan hanya perlu berpura-pura ramah sebelum mengakhiri interaksi mereka.
Ya, Niken berjanji setelah ini akan memblokir kontak om-om di hadapannya ini. Bila perlu ia harus meng-uninstall aplikasi kencannya juga.
Tampan, sih, tampan. Tapi kalau terlalu jauh usianya sudah pasti bukan tipe Niken!
“Kamu pasti terkejut,” kata Aslan lagi.
Niken pura-pura tersenyum. “Ya, lebih tepatnya aku merasa ditipu,” jawab Niken jujur. “Kenapa memalsukan usia Om … atau Bapak?” Meskipun pelan dan ramah, tapi Niken tidak sudi memanggil pria di hadapannya dengan sebutan Mas lagi.
“Kenapa di aplikasi usia Bapak tertulis 30 tahun?” tambah Niken.
“Karena saya sedang mencari perempuan di bawah usia tiga puluh tahun. Kalau saya tulis usia saya sebenarnya … tentu saja sistem akan merekomendasikan perempuan yang usianya tidak berbeda jauh dengan saya,” jelas Aslan. “Dan yang pasti perempuan seusiamu mungkin akan berpikir ribuan kali untuk berkenalan dengan saya yang dinilai terlalu dewasa. Kamu akan berpikir saya terlalu tua sehingga tidak akan mau ketemuan begini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN TIDUR (Gadis Bayaran Tuan Aslan)
Romantik"Kamu menolak saya?" "Maaf." "Tapi saya tertarik padamu, Niken." "Tapi aku tidak tertarik pada Bapak." "Tidak perlu tertarik untuk tidur bersama, kan? Hanya perlu gairah." "Ma-maksud Bapak?" "Setidaknya tidurlah dengan saya. Saya sedang butuh teman...