Seperti memiliki naluri yang kuat, dengan mata tertutup pun aku berhasil menarik selimut untuk menyelimuti tubuh yang terasa menggigil ini. Aku sangat ingat tidak menghidupkan pendingin ruangan sebelumnya, tubuhku ibarat tidak mengenakan penutup—dinginnya begitu menusuk tulang. Aku menggeliat sebentar ketika merasakan getaran nada alarm dari arah ponsel, tanpa membuka mata untuk menghentikannya, tanganku masih mencoba menggerayang untuk mencari keberadaan benda pipih tersebut. Setelah berhasil menemukannya, aku hanya perlu menekan tombol asal untuk membuatnya berhenti.
Kembali memejamkan mata cukup tenang—mencoba beristirahat karena merasakan sekujur tubuhku yang begitu lelah, letih, dan capek, sulit diungkapkan. Meski aku merasa tubuhku berkeringat, lengket. Aku mencoba tetap melanjutkan tidurku.
Belum sampai lima menit aku memejamkan mata—melanjutkan mimpi indahku, pergerakan dari arah punggungku membuatku terpaksa membuka mata perlahan. Okay. Aku mencoba untuk tenang, tidak mungkin ada iblis di kamar Mama, jika seharusnya aku lah iblisnya.
Aku tidak bergerak dari posisiku, hanya sempat menunduk ketika melihat sebuah tangan halus memeluk pinggangku—naik secara perlahan ke atas dadaku. Jari-jarinya terlihat panjang, kuku-kukunya terlihat mengkilap terawat, kulitnya terasa halus dan lembut. Aku menahan napas ketika kurasakan pemilik tangan itu mendekat, mengeratkan pelukan sampai kurasakan dengkuran halus menerpa leher belakangku.
Jika demikian, mungkinkah ini bukan jiwa seseorang yang sudah tiada? Rasanya, tidak mungkin senyata ini.
Namun, ini kamar Mama. Aku tidak pernah masuk ke dalam kamar ini, membiarkan para jasa pembersih yang masuk lalu pergi setelah selesai membersihkan. Jangankan datang ke makam-nya, untuk menyambangi kamar-nya saja, aku tidak berani. Mungkin saja ini adalah sebuah arwah—shit!! Bukankah aku berhalusinasi bercinta dengan Build tadi malam? Mataku terbuka sempurna mengingat potongan memori indah yang kuanggap sebagai halusinasi.
Sial—fuck!!
Aku menelan saliva sebelum akhirnya kucoba melepaskan pelukan manis itu, dadaku berdegup kian cepat. Ya. Aku takut jika membawa seorang jalang ke rumah dan bercinta dengannya. Dengan kata lain, aku mengkhianati Build yang belum sempat kujadikan hak milik.
Aku menghela napas, menetralkan degup jantung yang liar tidak terkendali.
Aku takut jika—
"What the hell is this!!!" Mataku semakin melebar, melihat tubuh cantik yang terbaring tanpa busana ke arahku. Silau matahari membuat tubuhnya semakin terlihat indah. Kurasa, bukan hanya sinar senja yang mampu menambah kontras indahnya.
Aku mendekatinya—memperjelas pandanganku, mungkin saja aku masih berhalusinasi. Aku menepuk pipinya dengan lembut. "Hey, Biu, wake up, baby!! Biu!!!"
Aku menggeleng kuat, apa yang Build lakukan di dalam kamarku pagi ini, dengan—tubuh tanpa busana!! Banyak ruam merah pada perut hingga ke leher. Sialan! Aku menampar pipiku dengan cukup keras, bukan saatnya berpikiran kotor. Kutarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Biu, bangun Biu."
"Eung—" Build mengucek kedua matanya dengan pelan. "Hm? Morning."
"Tidak ada morning, morning!!" Aku berteriak cukup keras, menyebabkan matanya perlahan terbuka. Aku tahu, sangat tahu, matanya yang sembab, bahkan suaranya yang parau terdengar sehabis menangis. Apa aku menyakitinya? "Biu. Apa yang kamu lakukan di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang Naluri [SUDAH TERBIT]
FanfictionBible tidak tahu jika pria yang baru saja pindah ke sebelah rumahnya adalah sebuah narkoba yang menjelma manusia, membuatnya kecanduan setiap saat. "What do you think about me? Tentang ... Seseorang yang akan menjadi pasanganku nantinya, apa bisa ak...