"Gimana dok?"
Bersamaan dengan dokter yang keluar, beberapa dari mereka melontarkan pertanyaan mengingat keadaan yang berubah genting.
"Teman pasien?" semua mengangguk.
"Saya pacarnya dok," ucap Erlan. Menggunakan kata pacar karena sekarang kondisinya sedang ada pak Damar, guru yang memanggil dokter kemari.
"Untung saja cepat di tangani, kalo tidak pasti bisa berakibat keguguran pada kandungannya." dokter itu menghela napas bersyukur bisa menyelematkan nyawa seseroang.
"Hah? Kandungan?"
Lexa dan Agnes saling pandang, sama sama bingung maksud ucapan dokter tersebut. Apalagi Erlan, dia mengerutkan keningnya bertanya tanya.
"Maksudnya gimana, dok?" tanya Erlan.
"Iya, mbak Anin sedang mengandung, usianya sudah memasuki empat bulan. Kenapa kalian kaget? Memangnya dari kalian tidak ada yang tau satu pun?"
Semua menggeleng bersamaan.
"Anin, dia sekarang gimana?"
"Sudah sadar, hanya saja dengan kondisi tubuh yang lemas. Pasien butuh banyak istirahat, dan jangan biarkan kecapean."
"--Kalau begitu saya pamit karena masih ada banyak pasien yang harus saya tangani, mari."
"Baik dok, terima kasih banyak, untuk biaya nanti saya yang urus ya," balas pak Damar.
Selepas kepergian sang dokter, pak Damar langsung menyidang Erlan soal Anin, dimana Erlan yang notabe-nya adalah pacar dari perempuan tersebut, kabar yang sungguh membuat kesalahpahaman.
"Erlan, saya tau kamu tidak pura pura gak tau soal Anin, apa yang di katakan dokter barusan apa benar Anin sedang pregnant? Apa kamu yang menghamili dia?"
Glek
Erlan menelan saliplvanya susah payah. Apakah ini saatnya dia memberitahu pak Damar soal hubungannya dengan Anin? Bahkan bukan hanya sekedar pacaran, tapi ini stataus pernikahan.
"Jadi bagaimana Erlan? Saya tidak mau ada anak yang hamil di luar nikah. Kalo memang itu benar, saya bisa saja mengeluarkan surat pengeluaran dari pihak sekolah untuk kalian."
"Jangan pak! Jangan keluarkan kami. Saya pasti akan membenarkan semuanya." Erlan menahan pak Damar.
"Baik kalau gitu. Sekarang juga kamu ikut saya, kita bicara empat mata."
Erlan mengangguk dan langsung mengikuti pak Damar menuju tempat sepi untuk mengobrol berdua.
"Kalian kan sahabatnya Anin, masa gak ada yang tau soal masalah ini?" tanya Devan.
Mengingat Anin yang akhir akhir ini memang jarang terbuka, Lexa dan Agnes pun menganggap itu hanya hal biasa. Karena mereka tau, ada kalanya Anin cerita kalo memang di titik cape, tapi soal ini Anin benar benar disembunyikan dari semua orang.
"Gue gak tau, dia gak pernah bilang Van. Anin yang gue kenal sama kayak biasa, dia bakalan terbuka sama kita kalo memang dia mau cerita aja, jadi kita gak pernah nyuruh nyuruh dia buat cerita semua hal tentang rumah tangganya sama Erlan, apalagi soal dia lagi pregnant ini, gue bener bener gak pernah nanyain soal ini, Anin sendiri yang bilang, kalo dia memang belum siap hamil muda kok."
Lexa menungguk setuju. "Gue gak nyangka, bisa bisanya Anin nyembunyiin hal sebesar ini dari kita, apa dia gak nganggap kita ada?"
"Bukan gitu Sa, mungkin ada hal lain yang ngebuat dia nutup rapat rapat soal kehamilannya. Kita kan gak ada tau," balas Mahen mengusap punggung Lexa.
![](https://img.wattpad.com/cover/330074446-288-k49469.jpg)
YOU ARE READING
ERLANGGA | END
Подростковая литература‼️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ‼️ Sesama anak tunggal kaya raya yang di satukan dalam sebuah ikatan sakral? *** "Lo nyuruh gue buat berhenti ngerokok? Berati bibir manis lo itu siap jadi pengganti rokok gue." "Satu hal lagi, gue gak suka penolakan!" I...