Play over the video and imagine what if... Kamu nemenin si kembar tumbuh, kamu ada di sana waktu suara senar biola Jarek berhenti dan Jan jatuh dari kuda. Let it flow. Dari intro (masa-masa manis), chorus (masalah menjadi lebih rumit), sampai klimaks.
Work kali ini agaknya bakal full bromance sama brothership ya. Tantangannya ada di pembahasan elite global, dunia politik, sama survivalnya. That's burn me so bad, so... Jangan lupa tinggalkan jejak. Tenang aja, suara kalian enggak akan dibungkam😊
⚠️ Mention of : death, blood, gun, harsh word, etc. ⚠️
Bila dikiaskan Jarek bak arunika lembar pertama kala mahkota bunga bermekaran. Dengan kuas lembut batara yang menyembul diantara lipatan salju pegunungan Alpen, lengkung tawanya menawarkan kehangatan, mengalahkan jejak dingin musim sebelumnya yang berlangsung cukup lama ─Jarek berwarna jingga sementara Jan serupa chandra. Meski hanya terpisah sepuluh menit, Jan membawa kesan yang jauh berbeda dengan adik kembarnya.
Tak seperti Jarek yang kehilangan rona sebab sakit-sakitan, Jan memiliki postur serta pembawaan yang ketara mendominasi. Kulit Jan lebih maskulin ─salinan dari kromosom mama, alisnya hitam menungkik dengan bibir tipis yang hampir tak pernah vertikal. Jika bukan karena Jarek sering menyenggol lengannya setiap mereka berdiri bersama, Jan takkan mungkin sudi mengumbar senyum pada orang lain.
Dalam perspektif Jarek yang ─pernah─ menjadi saksi seberapa kencang tangisan Jan kala mereka masih bayi, seberapa rewel Jan sampai papa yang tengah menghadiri pertemuan Federal Palace di Bern harus pulang dan turun tangan... Jarek paham bahwa pertukaran karakter Jan bermula sejak kamar mereka dipisahkan. "Agar nanti jika ada ramai-ramai lagi Jan tidak terganggu tidurnya." Itu yang dikatakan mama. Namun rupanya yang berputar dalam kepala Jan 8 tahun justru bagaimana cara melindungi Jarek agar orang-orang itu tak kembali mencengkeram pergelangan tangan Jarek menancapkan suntikan setiap ia kesakitan di tengah malam.
Jan tak ingin Jarek merasa terbebani kala penghuni rumah memperlakukan mereka berbeda, kendati umur keduanya menginjak angka yang sama. Karenanya Jan berkonstelasi menjadi seorang kakak agar hak bungsu sepenuhnya jatuh pada rengkuhan Jarek.
Sepintas Jan memang nampak seperti bulan, dingin dan arogan. Namun bulan tak mampu bersinar tanpa pantulan cahaya matahari bukan? Serupa dengan Jan, ia takkan tahan dibiarkan jauh dari saudara kembarnya.
Jan sangat marah saat mendapat kabar bahwa Jarek tak ada di rumah. Bocah 8 tahun itu mengamuk, menangis meraung-raung sampai melempar biola milik Jarek yang baru pulang pukul 2 siang ─5 jam selepas mama mengatakan Jarek pergi ke Zakhar Bron untuk latihan.
"Bagaimana? Jan sudah tenang? Sudah bisa bicara dengan mama?"
Jan berbalik menghadap mama. Ia mengangguk, kembali mengusap cairan bening yang mengucur dari kelopak mata.
Setelah merusak biola, bocah itu langsung dijauhkan dari jangkauan Jarek. Petra menggendong Jarek masuk ke dalam kamar sementara Jan digiring ke lantai dua oleh mama. Di dalam ruangan bernuansa gotic dengan dinding beton berlapis tile granit itu mama membiarkan Jan berdiri sampai dapat mengenali emosinya sendiri. 10 menit pertama Jan masih mengamuk sampai memukul-mukul mama, 5 menit kemudian ia patuh kala diminta melakukan 'up tembok' sebagai hukuman ─meski tentu saja, Jan masih sesegukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVANTER || Jake Shim [OPEN PO]
Fanfiction[[ angst, sicklit, brothership, survival ]] Note : bagian yang ditarik (TMI) hanya berisi teori dan penjelasan dari Prolog sampai Epilog, jadi ALUR utamanya masih LENGKAP walaupun sedang dipersiapkan untuk terbit. ...