This is not fair, pikir Sunny. This isn't fair at all, that I'm the only one who thinks that what we have is special, that even the smallest thing you did for me is remarkable. Buatku itu istimewa, sementara untuk dirimu? Nggak sama sekali and it's the saddest thing ever, us is only happen in my imagination.
Sebenarnya Sunny adalah tipe yang mudah move on, apalagi hubungan yang hanya berupa fling atau crush sesaat. Namun sepertinya itu tidak berlaku untuk perasaannya pada Sooyoung. It hits different when it's her. Dan Sunny benci itu.
Sunny benci jantungnya selalu berdebar seperti dikejar-kejar oleh sesuatu ketika Sooyoung hanya lewat di depannya. Sunny benci saat dia tidak sengaja tersenyum melihat kelakuan aneh dan kocak Sooyoung. Sunny benci ketika hanya dia seorang yang selalu menunggu chat dari Sooyoung, yang mungkin tidak akan pernah membalas chatnya jika ia tidak melakukan double sent bubble chat. Jujur saja, Sunny merasa dirinya benci semua hal tentang Sooyoung. Karena hanya Sooyoung yang bisa membuat dirinya yang acuh tentang apapun menjadi peduli, peduli terhadap Sooyoung. Walau itu hanya berjalan satu arah, dirinya ke Sooyoung. Perhatian Sooyoung ke Sunny hanya sebatas teman saja.
Sunny tidak pernah sepeduli ini pada orang lain. Tapi Sooyoung berbeda. Bagi Sunny, Sooyoung bukan orang lain. Sooyoung adalah mataharinya Sunny. Walau Sunny tau namanya artinya matahari yang bersinar, nyatanya hidup Sunny lebih seperti hujan mendung yang tiada habisnya, dan Sooyoung datang seperti matahari yang tiba setelah hujan reda, mengubah kehidupan monoton Sunny menjadi sesuatu yang tidak terduga.
Salah satu ketidakterdugaan ini yaitu jatuh cinta pada Sooyoung. Sunny yakin, atau mencoba meyakinkan dirinya, kalau ia tidak jatuh cinta, hanya tertarik. Namun ia tidak bisa mengingkari fakta bahwa hatinya panas saat Sooyoung akrab dengan kawannya, bertukar rangkulan dan pelukan, Sunny cemburu karena dia tidak bisa seperti mereka. Melakukan PDA walau hanya sebagai teman.
Patah hati terbesar Sunny adalah ketika tahu bahwa Sooyoung sudah memiliki pacar, lelaki. Sunny merasa dirinya hanyalah candaan bagi Semesta, Tuhan, atau siapapun di luar sana. Bayangkan, Sooyoung datang tak diundang memberi kebahagian di hidup Sunny, membawanya terbang tinggi sampai langit ketujuh, lalu menjatuhkannya tanpa pelindung apapun langsung ke permukaan bumi. Sakit. Perih. Hancur. Sunny tidak tau patah hati bisa membuat hidupnya sehancur ini. Ia merutuki dirinya sendiri, lebih baik aku tidak mengenalmu dari awal jika akhirnya akan seperti ini, Soo. Bahkan menangisimu rasanya tidak cukup untuk meredam sakitnya tercabik-cabik, aku harus bagaimana?
Pertanyaan Sunny bukan tanpa alasan, karena ia sudah tidak tahu harus seperti apa. Hidupnya tanpa Sooyoung seperti anak itik kehilangan induknya. Hilang arah. Lebih parah dari sebelumnya. Sooyoung tidak meninggalkannya, tidak pernah. Sunny yang menjauhinya. Sunny mau tidak mau harus mengakui bahwa hidupnya sangat bergantung pada Sooyoung, dan ia harus mengubah itu. Move on, I will find someone who's better than her, semangatnya pada diri sendiri.
Namun Tuhan berkata lain. Ia menghendaki Sunny yang sedang bersepeda pagi kesusahan untuk melakukan perjalanan pulang karena ban bocor, dan bertemu dengan Sooyoung dan Kyungho yang sedang jogging date. Kesialan yang sangat tepat.
YOU ARE READING
Fall (Sooyoung x Sunny Girls' Generation au)
FanfictionWhen Sunny fall in love with Sooyoung but Sooyoung can't love her back, but Sunny still love her unconditionally.