8. Don't Cry Yuuji

907 93 31
                                    

"Astaga tuan muda!". Mahito dengan wajah panik menghampiri tuan mudanya yang sedang duduk meringkuk dikursi taman yang terbengkalai seorang diri." Saya mencari tuan sedari tadi". Bagaimana Mahito tidak mencari apalagi panik. Setelah menyelesaikan urusan yang ia lupakan dan keluar, tuan mudanya sudah hilang.

Dan pastinya Mahito tahu tuan mudanya juga tidak mungkin menuju kepesta. Dan akhirnya setelah lama mencari dan tak kunjung ketemu pilihan terakhir adalah taman yang sudah terbengkalai ini.

Ya taman terbengkalai karena taman inilah yang membuat tuan mudanya menenangkan diri. Jika tak terkena hukuman atau diacuhkan oleh keluarganya maka diam-diam ia akan kesini sendiri tanpa sepengetahuan Mahito.

Grep!

"Ma-Mahito Nii...". Lirihnya dengan mempererat pelukan dari Mahito.

"Saya mencemaskan anda... Karena tiba-tiba menghilang".

"Maafkan Yuuji... Yang telah membuat Nii-san cemas".

"Sudah-sudah... Apakah tuan terluka". Mahito memeriksa tubuh mungil itu dari atas sampai bawah. Saat melepaskan pelukannya.

Dan tentu saja dirinya menemukan luka dengan darah yang sudah mengering dibagian kaki sang tuan muda.

Yuuji yang merasakan tatapan tajam dari Mahito, hanya bisa terdiam takut tentu saja. Dia sudah membuat orang yang menyayangi dirinya cemas. Karena tiba-tiba menghilang dan sekarang terluka.

"Kemana pantofel yang anda pakai? Apakah anda juga tidak tahu jika udara malam ini dingin". Suara Mahito kentara sekali jika sedang menahan amarah, apalagi saat tubuh mungil dihadapannya ini sedikit bergetar menahan hawa dingin." Jawab dengan jujur! Jika tidak maka lebih baik saya pergi dan tidak mau melihat anda lagi". Ancamnya karena jika tidak. Pasti tuannya tidak akan jujur.

"Ma-maaf... Hiks!".

"Saya tidak mau mendengar kata maaf lagi. Saya hanya ingin mendengar jawaban anda". Bukan jawaban yang didengarnya malah tangisan tuan mudanya yang semakin menjadi. Dan sebelum amarahnya yang dia tahan sedari tadi keluar.

Maka Mahito segera berbalik meninggalkan tuan mudanya. Tanpa sepatah katapun .

Dia hanya ingin mendengar jawaban bukan tangisan itulah yang Mahito mau.

Dan seketika membuat Yuuji panik saat melihat Nii-san yang menyayanginya pergi meninggalkan ia tanpa menoleh.

Dengan masih berurai air mata ia pun beranjak dari kursi untuk mengejar. Tapi naas saat kaki yang tak beralaskan pantofel itu menginjakkan tanah berbatu,kembali berdenyut sakit yang mengakibatkan dirinya jatuh tersungkur dengan wajah terlebih dahulu menghantam tanah begitu keras.

"Hiks... Sa-sakit". Yuuji berharap Mahito menoleh dan menghampiri dirinya, apalagi sekarang wajah beserta sekujur tubuhnya sakit. Tapi tidak sesakit hatinya saat orang yang ai kasihi tidak kunjung berbalik.

"Ma-mahito ... Nii–". Lirihnya dengan pandangan yang mulai memburam dan setelahnya menggelap.

Sedangkan Mahito yang mendengar dentuman keras  itu tidak perduli, ia dengan egoisnya berjalan tanpa menoleh kebelakang." Tuan sudah membuat saya marah. Jika tidak dikerasi seperti ini maka anda tidak akan pernah jujur dan akan menutupi apa yang terjadi tadi".

.

.

.

"Sukuna". Bisik Satoru ditelinga adiknya.

"HN".

"Sepertinya itu tuan Fushiguro". Dengan menunjuk sesosok pria yang terbilang tampan dengan badan atletis seperti dirinya. Sedang berbicara dengan kolega yang lain.

[BL] Don't Cry YuujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang