Meskipun tidak tinggal serumah, hubungan Kakek Aba dengan ketujuh cucunya tetap baik. Ia juga mampu mengurus kedainya di masa tuanya.
Namun, terkadang ia meminta trio ori yang merupakan ketiga tertua untuk membantunya di kedai jika ia sedikit kesepian. Bagaimanapun orang yang sudah tua sepertinya kerap membutuhkan pendamping di masa tuanya.
"Jadi, aku jaga sendiri hari ini?" Halilintar menyilangkan tangannya di dada.
"Maaf, Hali. Soalnya aku ada kerkom," jelas Gempa.
"Sori, nggak sabar pengen nyobain skin baru," jelas Taufan.
"Aku maklum kalo emang urgent, Gempa,"-Halilintar menyeret kerah belakang baju Taufan dengan gusar-"tapi perkara kamu sama sekali nggak urgent, Taufan."
"Plislah, Hali." Taufan menyatukan kedua tangannya, memohon. "Aku udah nabung 7 bulan buat beli. Nggak asoy kalo nggak diicip sekarang."
"Nggak bakal ada yang nyuri skin dempulmu itu. Udah, ntar mainnya!" suruh Halilintar.
"Tidaaaaaaaak! Skinku sayang ... Skinku malang ...." Taufan meronta rewel.
Ketika Gempa hendak melerai mereka, Solar memasuki ruang tamu sambil memanggil, "Kak Gempa."
"Ah, iya, Solar?" Gempa menoleh.
"Glitter pen aku udah dibalikin?" tanya Solar.
"Maaf, Solar. Aku masih perlu buat poster kelompok aku. Apa kamu mau pake?" tanya Gempa.
"Ah, nggak, kok. Kakak pake aja. Yang penting bilang kalo mau minjem lebih dari sehari," pesan Solar.
"Iya, maaf bikin kamu nyariin." Gempa jadi merasa tidak enak.
"Nggak usah minta maaf, Kak. Aku ngertiin, kok." Solar tersenyum untuk meyakinkan Gempa bahwa ia tidak menyalahkan Gempa. Beberapa saat kemudian pandangannya beralih pada Halilintar dan Taufan yang masih bertengkar. "Ini ada apa, Kak?"
"Hali nggak terima Taufan skip jaga kedai cuma buat ML. Kalo aku emang nggak bisa karena kerkom." Gempa menghela napas, kemudian bergegas melerai mereka. "Udah, kalian berdua! Kalian ini berantem nggak malu apa dilihat adek kalian?"
"Abis alasan ni bocah nggak berfaedah! Pokoknya dia harus tetep jaga kedai!" Halilintar menunjuk Taufan dengan kesal.
"Sesama player ML nggak berhak bilang skin baruku nggak berfaedah! Mentang-mentang kamu dapet skin baru lebih awal dari aku!" protes Taufan.
"Gimana kalo aku yang jaga sama Kak Hali?" tawar Solar.
"Hah?" Pandangan ketiganya tertuju pada Solar.
"Mending nggak usah deh, Solar. Kalo kita kan emang udah biasa. Blaze sama Ice aja nggak pernah disuruh jaga, apalagi kamu, adek bungsu kita. Ntar kamu kecapekan, terus sakit," ujar Gempa.
"Aku sih setuju!" Taufan mengacungkan tangannya dengan penuh sukacita. "Gantiin aja, Solar! Aku ber—" Belum selesai berbicara, Halilintar sudah mengunci leher Taufan.
"Berani-beraninya kamu numbalin dia buat gantiin kamu." Halilintar menatap Taufan geram.
"Ih, tapi kan dia yang mau! Kamu yang berpikiran sempit sama adekku yang mau nolongin kakaknya yang punya urusan mendesak ini!" tuduh Taufan.
"Urusan mendesak katamu? Akan kujual HP-mu biar kamu nggak punya urusan lagi!" ancam Halilintar.
"Kak Hali, udah. Emang aku yang mau, kok." Solar memegangi tangan Halilintar yang mengunci leher Taufan, kemudian beralih menatap Gempa. "Kak Gempa tenang aja. Aku bisa nanganin kedai dengan baik. Aku punya manner dan kemampuan berbicara yang perfeksionis, gerakku cekatan, dan kemampuan berhitungku juga di atas rata-rata. Jadi, aku bisa ambil posisi apa aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Solaria
Short StorySolar si kutu buku narsis kembali lagi! Tentu saja dengan para seme yang mengincarnya. Bisakah mereka mendapatkan hatinya? P.S: Maaf kalau ada kesalahan atau hal-hal yang tidak berkenan dari cerita ini. Terima kasih 🙏❤️