Butterfly Repose - (Tausol)

1.2K 48 7
                                    

Taufan adalah seorang polisi yang bekerja di divisi Humas. Ia polisi yang ceria dan supel sehingga ia mudah bersosialisasi dengan masyarakat.

Ia tidak hanya disenangi anak-anak. Namun, juga orang dewasa dan lanjut usia karena kepribadiannya yang menyenangkan.

Tidak ada warga yang merasa tertekan dengan pelayanannya. Ia menjalin berbagai relasi hingga dijuluki sebagai sahabat anak di tengah statusnya sebagai pelayan masyarakat.

Suatu saat ia mengetahui adanya laporan kekerasan pada anak laki-laki berumur 16 tahun dari rekannya. Itulah pertama kalinya ia melihat Solar di rumah sakit.

Solar terluka parah karena disiksa ibunya selama bertahun-tahun sehingga harus dirawat. Taufan yang selama ini dekat dengan anak-anak teriris hatinya melihat keadaan Solar seperti itu. Maka dari itu, ia memutuskan untuk menjenguk Solar ketika Solar sudah sadar.

Awalnya Solar histeris begitu diberitahu setelah sadar bahwa ibunya dipenjara. Ia terus menangis dan memohon agar ibunya dibebaskan, tapi pihak kepolisian menolak. Beberapa hari kemudian ia mulai tenang.

Meskipun Solar telah menerima kenyataan, Taufan tahu kalau ia masih tidak rela ibunya dipenjara. Terlebih lagi ibunya juga memutuskan bahwa ia tidak ingin berurusan dengan Solar lagi setelah keluar dari penjara.

Selama masa perawatannya, Solar selalu terlihat sedih. Namun, Taufan, si sahabat anak berseragam polisi tidak akan menyerah untuk membuat Solar tersenyum. Suatu hari ia terkejut melihat Solar berdiri di dekat jendela ketika datang menjenguk.

"Jangan, Solar!" Taufan langsung menahan Solar. Dipeluknya tubuh ramping itu erat-erat agar tidak terjun bebas dari jendela lantai 7 gedung rumah sakit itu. "Tolong jangan lakuin itu!"

"Ngelakuin apa, Pak?" Solar menoleh.

"Ya lompat dari sini! Jendela dibuka lebar biar udara masuk, oke?! Bukan buat bunuh diri!"

"Aku cuma liat kupu-kupu di luar," terang Solar sambil menunjuk seekor kupu-kupu yang hinggap di bingkai luar jendela.

"Oh, kupu-kupu, ya." Taufan menarik napas lega setelah melihat kupu-kupu yang ditunjuk Solar, kemudian melepaskan Solar. "Hadeh, syukurlah. Bapak kira kamu mau lompat. Rasanya jantung turun ke perut pas buka pintu."

Ketika Solar terdiam menatap Taufan yang terlihat begitu mengkhawatirkannya, kupu-kupu itu terbang memasuki jendela dan hinggap di baju Taufan.

"Wah, kayaknya kupu-kupu ini suka aku." Taufan terkekeh. Ia merentangkan tangannya dan kupu-kupu itu hinggap di jarinya. Ia pun mengarahkan jarinya yang dihinggapi kupu-kupu keluar jendela. Akhirnya kupu-kupu itu terbang jauh. "Bapak pengen kayak kupu-kupu, bisa terbang sebebas-bebasnya. Kamu pernah nggak mikir kayak gitu juga? Biasanya kalo ngeliat hewan terbang kayak burung atau kupu-kupu, bawaannya pengen ikut terbang juga. Pasti seru."

"Mungkin seru juga, tapi aku bukan kupu-kupu." Solar melihat nanar kupu-kupu yang semakin menjauh itu.

Tak lama kemudian ia duduk di ranjang, sedangkan Taufan berjongkok di depannya. Mata birunya memandangi luka-luka Solar yang diperban.

"Bapak denger dari dokter, katanya kondisi kamu udah membaik." Taufan mengusap lengan Solar yang diperban sambil tersenyum. "Bapak harap kamu cepet sembuh. Kalo kamu udah sembuh, kita bisa—"

Sret!

Tiba-tiba Solar menarik lengannya yang dipegang Taufan, sedangkan tangan sebelahnya meraih vas bunga di meja dan memecahkannya.

Prang!

"Solar! Kamu kenapa?!" Taufan terkejut.

Solar tidak menjawab dan mengambil pecahan vas, kemudian menyayat lengannya yang dipegang Taufan hingga perban yang membalut lukanya robek dan terlepas diiringi darah yang mengalir dari luka baru yang dibuatnya.

SolariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang