Prolog

17 0 0
                                    

Kedua tubuh tanpa busana itu menghempaskan diri pada kedua sisi tempat tidur dengan nafas terengah-engah.

"kamu lelah?" tanya seorang pria yang ada disampingnya. Peluh yang mengalir di tubuhnya menjadi saksi bahwa bagaimana permainan panas keduanya setengah jam yang lalu. Ia tak mendapatkan jawaban. Sepertinya dengan itupun pertanyaannya sudah terjawab.

"mau aku pijat?" tawarnya sambil membelai rambut orang yang ada di sampingnya. Lagi-lagi ia tak mendapatkan jawaban apapun. Laki-laki itu mulai curiga. Seperti ada sesuatu yang salah.

"kamu kenapa? apakah aku ada salah?" pikirannya mulai menebak-nebak. Pasalnya setengah jam yang lalu saat foreplay terjadi semuanya berjalan dengan baik, bahkan cenderung lebih bergairah dibanding biasanya. Selama permainan berlangsung pun tak ada keluhan apapun. Ini pasti bukan soal itu, pasti hal lain, tetapi entah apa.

"Boleh aku memelukmu?" tiba-tiba saja orang itu bersuara sambil menghadapkan tubuhnya. Tentu tanpa kata-kata lagi, ia langsung memeluk tubuh itu. Pelukan yang mungkin bisa membuat perasaan orang disampingnya lebih tenang meskipun ia tak tahu persis apa yang sedang ada dalam pikirannya yang pasti hanya itu yang bisa ia lakukan.

Kulit mereka bersentuhan kembali. Lebih terasa hangat dibanding sebelumnya.

Setelah ia ingat, baru kali ini hal ini terjadi. Biasanya justru orang yang ada dipelukannya ini yang membuat orang lain merasa tenang dan terhibur.

Dering ponsel tiba-tiba berbunyi. Refleks ia mengambilnya di atas meja yang ada disamping tempat tidur tanpa melepaskan peluknya. Di layar ponsel tertulis nama orang yang sudah ia tebak. Dengan santai ia menjawab telpon itu.

"Ya Mah," Sapanya.

Benar, Mah yang dimaksud adalah Mamah, sebagaimana ia biasa memanggil istrinya.

Pembicaraan itu hanya sekenanya, tidak ada sesuatu yang penting. Hanya berisi ke khawatiran sang istri terhadap suami yang sedang bertugas jauh. Menanyakan apakah sudah pulang kerja atau belum, lalu apakah sudah makan malam, dan lain sebagainya. Semuanya sudah terjawab dengan baik. Hingga ada satu pertanyaan yang membuat ia sedikit lebih lama menjawab.

"Kamu se kamar dengan Andra, Pah?"

"I--iya, Mah. Tapi Andranya sudah tidur."

"Oh ya sudah kalau begitu, nanti kalau ada apa-apa kabarin ya Pah," kalimat dari kejauhan itu menjadi penutup pembicaraan keduanya. Ia tidak berbohong. Andra memang sedang tertidur dipelukannya. Dan istrinya tak pernah menaruh curiga apapun. 

Kalandra, sering dipanggil Andra. Adalah salah satu pegawai yang juga bekerja di perusahaan yang sama dengannya. Saat ini keduanya tengah melakukan perjalanan dinas di Singapura. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KALANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang