Win sudah bersiap dengan jas Fakultas nya. Rapi dan bersih. Dia harus selalu tampil menawan sebagai contoh untuk juniornya, paling utama untuk adiknya sendiri.
"Mau ke mana?" tanya Win pada Gema yang baru saja keluar dari kamar.
"Kok lebih terlihat kayak mau ke mall, yah ... Ganti!"
Gema yang baru saja mengenakan kaos putih celana jeans kebesaran dan tas selempang, harus mengganti segera. Kalau tidak Win akan meninggalkannya.
"Bagaimana?" tanya Gema. Dia mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku, bajunya dibiarkan di luar, celana kain hitam, tas selempang, tidak lupa rambut yang berantakan.
"Okelah, walau jatuhnya kelihatan senioran kamu dari Kakak," ucap Win santai lalu segera meninggalkan apartemen disusul Gema.
"Lagian kok kamu bisa pakai baju kayak gitu?" tanya Win yang sedang mengenakan sabuk pengaman.
"Disuruh panitia ospek,"
"Mana ada begitu, Kakak kan salah satu panitia! Enggak pernah dengar tuh, pakai baju bebas!"
Tidak mau terlambat, Win segera melajukan mobilnya berwarna putih itu ke kampus. Seperti katanya, dia adalah anggota panitia, pastinya tidak boleh terlambat. Walau pun perannya di sana tidak begitu terlihat.
Mobil mewah Win terpakir sempurna di parkiran kampus. Tepatnya di gedung Fakultas Ekonomi, gaya gedungnya, seperti gedung biasa yang membedakan hanya F. Ekonomi memiliki air terjun yang sangat indah dan di sekelilingnya masih ada hutan kecil dan taman yang menyegarkan mata.
Win dan Gema berpisah, Win segera menuju ke ruang panitia untuk membantu. Sampainya di ruangan, Lan sudah tersenyum padanya dengan sangat lebar. Terlihat seperti tipikal orang-orang yang ada maunya.
"Win, help me please!" Ucap Lan sambil memohon, kedua telapak tangannya menyatuh, seperti sedang berdoa.
"Apa?"
"Please, cari Brian, yah."
"Hah? Kenapa harus aku?" tanya Win tak terima. Mencari Brian sama saja, dia sedang mencari orang yang bakal bikin mood-nya jelek.
"Please, yang lain pada banyak kerjaan, aku juga. Nah, kamu yang baru datangkan belum ada kerjaan. Jadi tolong cari manusia itu, yah?" Lan memasang wajah penuh penderitaan, berharap itu akan berhasil. Dan, yah berhasil Win mengangguk akhirnya.
Dengan setengah hati Win mulai mencari manusia yang bernama Brian. Dia sudah menelepon nomor manusia itu, tapi tidak diangkat. Sudah ratusan kali ujung-ujungnya suara mbak-mbak operator yang dia dengar.
Setelah yakin, Win menuju tempat yang di maksud di tweetnya tadi. Sejak kapan manusia itu belajar Kimia, belajar ekonomi yang nyata-nyata jurusannya dia enggan.
Win membuka pintu perpustakaan. Perpustakaan nampak sepi, biasanya perpustakaan itu hening. Artinya ada orang tapi tidak berisik, tapi ini tidak ada satu pun orang yang Win lihat.
Win mulai ragu, dia akan menutup pintu perpustakaan kembali. Mencari Brian di tempat lain saja. Tempat sepi pasti rawan makhluk halus mengganggu. Kan tidak lucu kalau Win mati karena hantu.
Niat Win untuk menutup pintu diurungkan ketika dia mendengar seseorang sedang mengeluhkan nama Brian dengan desahan. Win mengumpulkan keberanian, dia berjalan ke pojok belakang tempat ke mungkinan Brian berada. Semakin dekat langkahnya ke pojokan belakang, suara desahan yang menggelitik telinga Win sangat jelas.
Aagghh ...
Eemmm ...
"Brian ciuman kamu sangat panas" suara perempuan berucap dengan begitu manja.
Mendengar itu Win memutar bola matanya jengah. Tanpa menunggu lama dia segera mengetuk rak buku yang sedikit bergerak karena ulah dua manusia tidak tahu malu.
"Bri, lo dicari! Ketua macam apa yang bukannya stand by malah bermesum ria di sini!"
Suara Win membuat pergulatan dan desahan itu berhenti. Merasa sudah tidak melakukan hal itu lagi, Win menghampiri Brian untuk menyeretnya.
Namun hal yang enggan dia lihat harus menodai mata sucinya, "lo gila yh berdua!" teriak Win kesal. Dia reflek menutup matanya dengan kedua tangannya. Suara tawa Brian justru membuatnya makin kesal.
"Cupu lihat gituan aja enggak berani!" ucap Brian sambil menarik tangan Win yang sedang menutupi matanya. Win menarik tangannya.
"Sudah belum?" tanya Win yang enggan melepas tangannya.
"Sudah!" seru Brian.
Win menurunkan tangannya, lalu bergegas pergi meninggalkan perpustakaan, disusul oleh Brian yang masih tertawa.
"Cuma begitu aja, loh!"
"Gitu aja? Eh, manusia laknat, anak orang sampai begitu lo bilang biasa aja! Kalau gua gak datang bisa kali tuh lo buntingin." Cerocos Win, dia sangat kesal.
"Wooohh, santai, bro! Aku cuma batas kiss hot doang, yh, remas-remas deh dikit. Kalau masuk enggak dulu, mau disimpan buat orang spesial." Brian berjalan mendahului Win yang berhenti habis mendengar pembelaan dari Brian.
"Lo punya someone special?" tanya Win KEPO, Brian mengangguk. Win hanya ber-oh, lalu melajukan langkahnya agar segera sampai lapangan.
...
Lupa infoin, FF ini bakal ada AU nya. Enggak banyak tapi bakal campur narasi dan ss-an key ...
Enjoy
Happy reading
Salam hangat, Nara 👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
The Partner / BrightWin X GeminiFourth FANFICTION
FanfictionWin dan Brian selalu berselisih, mereka tidak pernah akur sampai orang-orang bingung melihat mereka. Justru itu membuat mereka makin terasa dekat, apalagi ketika mereka harus saling mengawasi adik masing-masing. Fian yang naksir Win membuat Brian h...