‘Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya...”’
QS an-Nur (24) : 31••••
Pandemi covid yang membabi-buta menyebabkan orang-orang, termasuk aku, harus diam di rumah sembari bekerja secara online. Waktu itu aku masih kelas dua di sebuah sekolah menengah kejuruan, tepatnya ketika sedang mengikuti Praktik Kerja Lapangan. Sungguh, hanya sisa sepekan sebelum PKL tuntas, virus mematikan itu tiba di negeri tercinta dan kami—aku bersama kawan-kawan—diperintahkan untuk tidak mengunjungi tempat praktik, alias stay at home. Yah, mau bagaimana lagi?
Sisa waktu menjadi murid pun kuhabiskan di rumah. Mengerjakan tugas-tugas yang melimpah ruah, belum lagi ditambah praktikum yang kian membuat runyam. Mau mengeluh juga bukan hal yang baik, bukankah Allah tak menyukai hambaNya yang gampang menyalahkan situasi?
Alhasil, kegiatan yang dilaksanakan secara online pun membuatku jarang sekali berjumpa dengan kawan-kawan. Saat itu aku berpikir, tidak terlalu buruk, sebab aku jadi tidak perlu berjumpa dengan teman laki-laki yang mana belum paham betul tentang syariat agama. Tidak ada ikhtilat apalagi khalwat. Hal itu cukup membuatku membuang napas lega.
Hingga akhirnya, hari kelulusan tiba. Tak kusangka akhirnya aku pensiun dari jabatan siswa, tapi kini justru menjadi seorang mahasiswa. Singkat cerita, aku diterima di sebuah PTN berbasic online. Tak ada kelas offline, tak ada datang ke kampus pagi-pagi, yang ada hanya mengerjakan tugas dari rumah lantas mengunggahnya di laman yang telah disediakan. Sungguh, hidupku benar-benar penuh dengan online.
Aku pun jarang bertemu orang luar, apalagi laki-laki random, kecuali jika pergi ke masjid atau berkeliling di sekitar rumah. Aku manfaatkan waktu itu untuk belajar menundukkan pandangan, jika ada laki-laki yang mengajak berbicara maka sebisa mungkin tak usah pandang wajahnya, bolehlah sesekali tapi jangan sampai keterusan! Begitulah aku memotivasi diri untuk senantiasa berusaha mengamalkan QS An-Nur ayat 31.
Lantas suatu ketika, aku menerima panggilan untuk menghadiri sebuah pertemuan yang mana berisikan ikhwan dan akhwat. Pertemuan petang itu tak bisa kuhindari, sebab aku diwajibkan untuk menjadi bagian dari tim tersebut.
Dengan sekuat mungkin aku mengamalkan ayat tersebut. Kutahan pandanganku agar tidak menengok barisan ikhwan, pun jika diajak mengobrol maka aku menatap objek lain. Alhamdulilah, Allah memberiku kemudahan.
Hingga ketika aku iseng menoleh ke sembarang arah, tak sengaja sorot mataku berjumpa dengan tatapannya. Aku bergegas memalingkan wajah dan ia pun juga demikian, sama-sama memandang objek lain. Ya Allah, kuatkan hamba.
Kupikir ketidaksengajaan memandang kala itu akan lekas tuntas, tapi siapa menduga?
🤍✨