Dinalarasa, 1109
Aku terpejam
Dan isi kepala mulai mengembara rekam masa
Bayang, kenang, angan
Membuat atmosfer ku berpaku pada pusat rotasi jiwaTerpandang secorak senyum berbalut rasa syukur
Kala itu ... ia tampak masih lengah akan sadar tak terukurNarasi ini prihal sebuah hari mengenai satu salah yang berakhir dengan kala
Aku yang kalah sebab terjatuh
Namun merasa menang, dengan hangat suatu genggam membentuk alasan yang utuh.Sabit di raut rotasi ku membuat isi kepala menjadi naif
Memicu dialog pertikaian bagi ingin yang bersinggungan dengan ketakutan yang sensitifPikirku bercakap pada sang kalbu
Aku tak boleh kalah lagi
Sedang kalbu bercakap pada semesta,
Jatuhkan aku ... kalahkan aku lagi,
Jangan biarkan hangat itu melahirkan nadir bagi genggam kuMereka bertikai mempertahankan tiap ingin
Layaknya akur menjadi hal mustahil bagi masing-masingBising membuat manik mataku terbuka
Panggung pertunjukan kala itu sirna berganti dengan cakrawala didepan mataSunyi tercipta oleh waktu yang tak pernah berhenti
Sedang senja sore ini seolah berkata kepada ku,"Sesak pada tiap detak jantungmu, tercipta sesal atas lengah dan pertikaian mereka yang berlangsung terlalu lama.”
Diilhaman Ku
Waruga Kanyaah— widditsme
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinalarasa
Poetry[ BUKAN NOVEL !!! ] Berisi catatan-catatan acak yang akan membuatku teringat pada sebuah perjalanan di Negeri Fana. - Diilhaman Ku Waruga "Kanyaah"