prolog

256 33 0
                                    

Semesta itu lucu sekali, dia selalu mengajak seseorang untuk bercanda pada takdirnya masing-masing. Sementara yang menjalaninya, mati-matian untuk menaklukkan takdirnya sendiri.

Memang benar adanya, semesta tidak tahu apa-apa. Dia hanya memperlakukan semua orang sesukanya saja. Tidak benar-benar peduli akan sebuah luka. Menyakitkan sekali sebenarannya. Akan tetapi banyak sekali yang berusaha untuk baik-baik saja.

"Kenapa lagi? Kau cuma makan nasi goreng tuh?" Tanya Matara yang baru saja datang, dan memilih duduk disebelah Arata.

"Mamaku ribut lagi sama papa, jadi terpaksa masak sendiri. Mana asin lagi nasi gorengnya, eh btw kau bawa bekal apa?" Kata Arata yang bersikap biasa-biasa saja. Seolah-olah memang tidak terjadi apa-apa pada hidupnya itu.

Sementara Matara yang mengetahui banyak hal tentang kehidupan Arata, tentunya merasa iba. Dia tidak bisa melakukan apapun. Namun, dia berjanji untuk berusaha mengerti tanpa diberitahu sepenuhnya.

Satu-satunya orang terdekat Arata hanyalah Matara. Mereka sudah berteman lama sekali, dan kebetulan juga mereka tetangga.

"Mau makan bareng?" Matara memperlihatkan bekalnya hari ini pada Arata. "Kau suka masakan bundaku. Jadi ayo kita berbagi, kebetulan banget juga aku bawa banyak."

Dengan senang hati Arata pun membuka bekal milik Matara. Dia memang sangat menyukai masakan bundanya Matara, karena kenyataannya pun. Arata tidak pernah merasakan makanan buatan dari mamanya sendiri.

Akan hal itu Arata tidak pernah memberitahukannya pada Matara. Setelah mengetahui jika dia memiliki kehidupan yang menyedihkan, rasanya tidak pantas jika Arata pun membiarkan hal seperti itu terlalu sering terjadi.

Dia tidak boleh terlihat menyedihkan bukan? Dia memang seharusnya baik-baik saja pada hidupnya sendiri.

"Semestamu kelihatannya baik-baik aja ya, Matara," ucap Arata yang beberapa saat yang lalu memilih diam. Kini justru mengatakan kalimat sedemikian.

Yang seharusnya pun tidak dia ucapkan sama sekali di depan Matara secara terang-terangan. Anak itu bahkan sampai tersedak saat mendengarnya. Arata yang panik langsung memberikan air mineral miliknya.

"Maaf pasti itu ngebuat kau terkejut," tuturnya yang merasa bersalah. "Lupakan aja, lain kali aku enggak bakalan ngomongin hal kayak gitu lagi."

Matara hanya menatapnya dengan sorot mata yang berembun. Dia tahu banyak hal. Tapi, tidak ada satupun yang bisa diringankan nya. Jujur saja, Matara merasa sangat tidak berguna sama sekali.

Maka dari itu, sebisa mungkin. Dia akan mengusahakan yang terbaik. Agar semesta milik Arata tidak bercanda lagi.

TBCTerimakasih sudah berkunjung untuk membaca karya sederhana ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC
Terimakasih sudah berkunjung untuk membaca karya sederhana ini. Aku tahu bukan seseorang yang luar biasa, aku masih banyak kekurangannya. Tapi dalam berkarya, aku bebas melakukan apa saja.

 Tapi dalam berkarya, aku bebas melakukan apa saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semesta Bercanda [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang