"Mau sampai kapan kamu nangis?" tanya Robi yang sudah bosan melihat Bob menangis.
Robi bukan hanya bosan melihat Bob yang menangis di apartemennya. Tapi ia juga bosan karena Deon memutuskan hubungannnya karena harus menikah atas tuntutan keluarganya. Robi juga di tuntut untuk segera menikah sebenarnya, tapi ke empat kakaknya sudah menikah dan memiliki anak. Jadi ia tak terlalu terbebani dan bisa lebih santai.
Hanya saja, ini awal masalahnya di mulai. Sudah seminggu ia putus dengan pria yang selalu rela meminjamkan lubangnya sebagai tempat menyalurkan hasrat bagi Robi dan sekarang ia kehilangan itu. Selama itu pula ia tak pernah berhubungan intim dengan siapapun. Tidak dengan pria apa lagi wanita. Karena memang Robi tak memiliki ketertarikan pada para wanita jalang yang ia temui.
"Aku ga nangisin Clara! Aku nangis gara-gara sinetron!" ketus Bob dengan judes tak mau tersudutkan oleh pria baik hati yang mau menampungnya setelah di usir dari rumahnya dan terusir pula dari gerombolan anak punknya.
"Apa gak ada cewek lain selain Clara yang kamu deketin?" tanya Robi cuek ucapan ketus Bob yang tak mau tersudutkan itu.
Bob menegakkan duduknya lalu memandang Robi dengan alis berkerut. Begitu kesal pada pria itu karena menganggap enteng masalah asmaranya. "Dia cinta pertamaku Bang! Dia cewek pertama yang bisa bikin aku nyaman, bikin aku gak mau lepas dari dia!" jawab Bob membanggakan cinta pertamanya yang lebih memilih untuk menikah dengan pria pilihan keluarganya itu.
Robi tertawa mendengarnya, Bob yang begitu keras dan suka berkelahi ini ternyata begitu polos sedikit tolol dan rapuh bila di senggol soal hati.
"Elu jomblo mana paham!" sindir Bob yang makin membuat Robi terbahak-bahak.
Mengurus Bob memang mengesalkan dan melelahkan. Tapi Robi akui tinggal bersama pria ini bukan hal yang buruk juga. Bob menyenangkan, obrolannya juga cukup menarik, tampilannya saat pertama di pungut memang mengenaskan. Bau dan dekil, sangat dekil.
Tapi dengan mandi dan memangkas rambutnya ke barber dengan rapi. Foila! Bob berubah menjadi pria muda yang tampan dan bersih, wangi juga meyakinkan untuk menjalin hubungan dengan wanita manapun. Bila ia mau dan cukup waras untuk move on dari Clara.
"Bob..." panggil Robi setelah puas tertawa lalu tiba-tiba menatap Bob dengan serius dan memandang matanya dengan begitu intens yang membuat Bob jadi grogi.
"Napa?" sautnya masih ketus dan cuek seperti biasanya, paling tidak ia berusaha tetap terlihat normal seperti biasanya.
"Kamu dah coba sama cowok belum? Cowok juga bisa loh bikin kamu nyaman dan gak mau lepas, sama kayak punya hubungan normal. Dah pernah coba belum?" tanya Robi sedikit menantang dan terdengar bagai ejekan bagi Bob.
"Najis! Maho!" cibir Bob yang langsung menolak apapun tawaran Robi setelah pertanyaan sialan itu.
Robi mengangkat sebelah alisnya lalu tersenyum mengejek melihat reaksi Bob. "Heleh, bilang aja gak berani. Sok-sokan bilang najis segala," ejek Robi lalu tertawa kecil.
"Ngapain juga berani buat gituan sama laki! Dah gila lu Bang!"
"Ya kalo misalnya kamu selama 30 hari aja nih, kuat ga nyandu sama aku. Ku kasih hadiah..."
"Apaan hadiahnya?!" potong Bob yang langsung tertarik dengan tawaran pria mapan di hadapannya itu.
"Kamu mau apa?" tanya Robi menawari Bob.
Bob tersenyum penuh arti. Jelas ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini untuk mengeruk kekayaan Robi. Toh ia tak punya tepat tinggal dan pekerjaan. Hanya dengan menahan jijik untuk berpura-pura menjadi gay selama 30 hari apa susahnya? Selain itu Robi juga tampan dan orang yang cukup higienis. Ini hanya masalah sepele.
"Apartemenmu ini sama isinya buat aku, gimana?" tawar Bob.
"Deal!" Robi langsung menyanggupi tanpa pikir panjang toh sebentar lagi ia akan pindah ke Jerman dan tentu saja dengan adanya Bob yang menempati apartemennya akan menjadi keuntungan untuknya karena tak perlu membuang biaya perawatannya.
"Deal?" tanya Bob kaget yang langsung di angguki Robi sambil tersenyum dan langsung menjabat tangan Bob dengan begitu mantap.
"Kenapa? Tidak berani ya?" tanya Robi dengan nada mengejek, lagi.
"Berani! Mau di tusuk apa nusuk nih?" jawab Bob dengan suara lantang menanggapi tantangan juga ejekan Robi.
"Persiapkan saja lubangmu itu selama 30 hari kedepan, harganya akan sepadan dengan apartemen ini," jawab Robi santai lalu masuk ke ruang kerjanya sementara Bob langsung panik dan mencari tau di internet soal segala macam tentang gay.
***
Bersambung
YOU ARE READING
Mad Love
RomanceRobi seorang pria kantoran mapan yang jatuh cinta pada Bob, seorang anak punk berandalan yang di usir keluarganya dan baru saja di tolak cintanya oleh gadis pujaan hatinya. Robi yang iba pada Bob tanpa pikir panjang langsung mengajak Bob tinggal ber...