Luca memegang lehernya seperti akan menghabisi nyawanya sendiri. Ia terbangun dari mimpi buruknya, nafasnya tidak beraturan, ia melihat sekelilingnya dan memastikan bahwa ia baik-baik saja. Luca teringat mimpinya semalam, ia melihat sepasang kekasih yang berusaha menghabisi nyawanya satu sama lain. Di dekatnya terdapat seorang anak kecil yang berumur 5 tahun berdiri di belakang mereka, ia hanya menangis sambil memeluk boneka kesayangannya. Luca hanya bisa diam tak berkutik sedikitpun. Ia ingin menolong anak itu tetapi tanpa sadar ada pisau yang telah menancap di tubuhnya. Seseorang telah menusuk Luca dari belakang. Luca terjatuh saat melihat darah mengalir dari tubuhnya. Ia menutup matanya lalu seseorang memegang lehernya dan menekannya sehingga kesadaran Luca melemah, lalu seseorang itu mengatakan sesuatu pada Luca.
"kamu tidak pantas berada disini"•••
Luca terbangun dari tidurnya yang pulas. Ibu tersenyum hangat saat Luca turun menuju ruang makan. Ayah tengah membuat sarapan, beliau membawakannya roti lapis dan susu ke atas meja makan.
"Jangan lupa ya sayang nanti bekalnya dimakan"
"Pulangnya nanti Ayah yang jemput ya"
"Iya Bunda, Ayah"
Seperti biasanya, suasana di rumah Luca terasa sangat hangat dan harmoni. Orang tuanya sangat peduli dan sayang dengan Luca sebagai anak semata wayang mereka. Jika Luca menginginkan sesuatu, selalu dikabulkan oleh orang tuanya. Mereka selalu makan bersama di meja makan, saat Luca berangkat sekolah, ia diantar oleh ayahnya, hidup Luca bisa dibilang sangat sempurna.Tepat saat Luca memasuki kelas, dia langsung disapa oleh teman temannya. Di mejanya terdapat bunga dan coklat yang sangat banyak. Bagi Luca ini adalah hal biasa. Lalu Luca mengembalikan bunga dan coklat kepada pemiliknya, sebagai tanda bahwa Luca menolak perasaan mereka. Sebagian laki-laki diluar sana pasti sakit hati karena ditolak dan sebagian tetap menyukai dan mengagumi Luca walaupun mereka tertolak olehnya. Saat bel pulang sekolah berbunyi, Luca merasa ada yang aneh karena tebakan saat ujian tadi meleset, biasanya ia tidak pernah meleset sekalipun, ayahnya yang berjanji untuk menjemputnya kini tak kunjung menjemputnya, pesannya juga tidak dibalas, ia mencoba untuk menghubungi ibunya tapi ponsel ibunya tidak aktif. Saat ia hendak menelepon ayahnya, tiba-tiba ayahnya datang.
"Luca, maaf ayah terlambat, ada urusan di kantor"
"Gapapa kok yah, oiya ponsel bunda tidak aktif, aku meneleponnya berkali-kali tetapi tidak diangkat"
"Kalau begitu lebih baik kita segera pulang saja"Sesampainya dirumah, ibunya tidak seperti biasanya yang membukakan pintu rumah lalu menyapa Luca dan Ayahnya saat pulang. Pintu rumah sudah diketuk beberapa kali tapi tak ada jawaban sama sekali. Ayahnya mencoba mendobrak pintu rumah dan akhirnya terbuka. Luca bergegas masuk dan mencari keberadaan ibunya.
"Bunda.. aku dan ayah sudah pulang"
Tidak terdengar adanya respon sama sekali.
Luca mendengar pecahan kaca dari lantai 2 kamar orang tuanya, iya bergegas kesana lalu melihat ibunya yang lemah tak berdaya diatas kasur.
Luca lalu bertanya, "Bunda kenapa?"
"Bunda hanya butuh banyak istirahat sayang, lebih baik kamu istirahat saja di kamar", jawab ibunya dengan nada yang sangat halus nan lembut.
"Baik bunda, cepat sembuh ya"
Luca pergi dan menutup pintunya.
"Besok aku akan pergi keluar kota karena urusan pekerjaan, siapa yang akan merawat anak itu? Bagaimana kalau kita tunjukkan saja keadaan yang sebenarnya?"
"Terserah, lakukan saja sesukamu asal jangan sakiti perasaannya"Keesokan harinya, saat Luca berdiri di depan pintu rumahnya, ia mendengar suara tawa dari ruang tamu. Ternyata ibunya sedang bertelepon dengan seseorang di handphonenya, tetapi suaranya seperti laki-laki. Luca mengira bahwa itu hanyalah teman ayahnya atau sekedar menanyakan soal bisnis. Tapi seiring berjalannya waktu, hampir setiap menit, jam, hari, Ibunya selalu bertelepon dengan laki-laki itu, semenjak kehadirannya datang, Ibunya mulai tidak peduli terhadap Luca, apa yang Luca lakukan selalu diabaikan oleh Ibunya. Saat hari mulai gelap, Ibunya juga sering pergi dari rumah tanpa berpamitan dengan Luca, saat ayahnya menelepon Luca dan bertanya soal kabar ibunya, Luca hanya bisa membohonginya bahwa Ibunya sedang sibuk atau sedang istirahat di kamarnya, jika Luca mengatakan hal yang sebenarnya ayahnya pasti akan kecewa.