1

6 1 2
                                    

"Come on baby," bisik Ahren di telinga Gishqa lembut. Gishqa menahan rasa yang menggelitik. Kemudian ia tersenyum. Pertanda ia akan membiarkan dirinya menjadi milik Ahren lagi malam ini.

Ahren dan Gishqa, pasangan yang memiliki hubungan cinta yang telah terjalin empat tahun lamanya. Ahren sangat mencintai Gishqa, begitu juga sebaliknya. Namun komitmen mereka berbeda. Visi hidup mereka tak sama. Jika Ahren adalah lelaki yang ingin membentuk sebuah keuarga, Gishqa adalah wanita yang sama sekali tidak ingin menikah, atau membangun keluarga dengan lelaki manapun di bumi ini. Alasannya? Ia mengalami trauma yang sangat berat semasa ia kecil – perpisahan kedua orangtua nya yang menyisakan banyak luka.

"Ayolah kita menikah sayang," lagi-lagi Ahren mengucapkan kalimat permohonan itu.

"....." tidak ada jawaban dari Gishqa. Ia membenamkan wajahnya ke dada Ahren yang kekar sambil menikmati belaian Ahren.

"Aku nggak akan pernah berhenti memohon Gish," lalu Ahren memeluk Gishqa sangat erat.

"I love you, Ren. Tapi tidak untuk menikah." Tegas Gishqa yang masih berada dalam dekapan Ahren.

Setelah mendengar penolakan tersebut, Ahren hanya membisu.

(***)

Ahren memasuki kamar apartmentnya dan menemukan Ibu nya sedang menonton televisi.

"Mama kok nggak bilang sih kalau mau ke sini?"

"Loh sejak kapan Mama harus permisi dulu sebelum ke rumah anaknya?" Perempuan paruh baya itu tidak memberi jawaban.

"Kapan kamu menikah dengan Gishqa, Ren?" Tanya Ibu nya.

"Mama kan tau Ahren masih bujuk Gishqa. Sabar Ma..." jawab Ahren yang telah melepas sepatu, kemudian menuju pantry untuk mencuci tangannya. Ia ingin sekali melarikan diri dari Ibu nya.

"Mama beri waktu satu bulan. Jika Gishqa masih menolak, Mama akan tetap menjodohkan kamu dengan Aryani." Dengan nada tegas Ibu nya memberi peringatan kepada Ahren.

Ahren yang mendengar kata-kata itu kemudian membalas, "Ahren nggak mau nikah dengan perempuan lain Ma. Ahren cinta nya sama Gishqa."

Ibu nya menatap dengan sinis. Ia sudah sangat hafal dengan jawaban putra semata wayangnya tersebut.

"Iya. Silahkan kamu mempertahankan keputusan kamu. Tapi jangan menyesal nanti kalau Mama tiba-tiba memperingatkan Gishqa untuk menjauhi kamu." Ancam Ibu Ahren. Lalu ia berdiri, mengambil tas nya dan berjalan menuju pintu keluar.

"Ingat Ahren, ada Papa yang harus kamu rawat. Mama juga semakin tua. Kalau kamu mau kami meninggal, silahkan kamu melajang mempertahankan Gishqa yang tidak mau menikahimu." Ibu Ahren pergi begitu saja. Meninggalkan Ahren yang mematung dan kebingungan. Ahren yakin bahwa Ibu nya tidak main-main dengan ucapannya kali ini.

(***)

"Gish, ayolah kita menikah sayang." Bujuk Ahren.

"Kamu kenapa sih Ren?"

"Mama. Dia memaksa ku untuk menikah Gish. Kalau kamu nggak mau menikah denganku, aku akan di jodohkan dengan kolega Papa," Ahren menatap kekasihnya memohon, memelas.

Gishqa tidak menjawab lagi.

Hening.

Gishqa merasa sakit hati mendengar pernyataan dari Ahren. Tapi ia masih tidak bisa memutuskan untuk menikah. Ia tau, Ibu dan Ayah Ahren pasti ingin yang terbaik untuk Ahren.

Menikah. Sangat sulit bagi Gishqa.

"Ren... kamu pulang aja ya malam ini. Aku lagi nggak mau di ganggu." Gishqa bangkit dari posisi nya, memakai pakaian nya. Meninggalkan Ahren yang frustasi.

Ahren kemudian memakai pakaiannya, dan ia mencari Gishqa. Ia melihat Gishqa sedang menatap gemerlap malam lewat kaca jendela apartment nya. Sambil memegang segelas wine. Kebiasaan yang Gishqa lakukan ketika sedih dan pilu. Ia melangkah, memberanikan diri. Memeluk Gishqa, membiarkan kepalanya bersandar pada bahu Gishqa.

"Pulang Ren." Ucap Gishqa melepas pelukan Ahren. Ahren yang tidak berdaya hanya mengecup kening Gishqa, lalu ia pulang.

(***)

Akhirnya Ahren akan mendapat jawaban dari Gishqa perihal keputusan apakah Gishqa akan menikahinya atau tidak. Ahren dengan penuh semangat mengemudi menuju apartment kekasihnya. Sudah seminggu ia tak di izinkan menemui kekasihnya tersebut.

"Gish... I miss you..." ucap Ahren sambil memeluk Gishqa. Rindu. Gishqa membalas pelukan itu.

"Ren... mungkin ini terakhir kali kita bersama. Maafin aku. Aku nggak bisa menikah dengan kamu. Maafkan keegoisanku Ren..."

Suasana mencekam. Ahren mematung, perlahan melepaskan pelukannya dari kekasih hatinya tersebut. Ia menatap Gishqa, mata mereka berkaca-kaca. Ingin rasanya Ahren teriak dan memaki. Bagaimana tidak, ia sangat berharap bisa menikahi kekasihnya tersebut. Tapi, sejak awal Gishqa memang sudah menegaskan bahwa ia tak ingin menikah dengan siapapun, bahkan Ahren yang sangat di cintainya sekalipun.

"Aku janji sama kamu Gish, aku nggak akan mengulangi kesalahan yang sudah di lakukan oleh orangtua kamu. Aku sangat mencintai kamu Gish... Aku nggak bisa menikah dengan perempan yang sama sekali aku nggak cinta... Aku mohon Gish, menikahlah dengan ku..." Ahren mengemis, menggenggam kedua tangan Gishqa, mencoba segala cara agar bisa meluluhkan hati Gishqa.

Tangis Gishqa akhirnya pecah. Ia tak tahan lagi dengan semua keadaan yang di alami nya saat ini. Keputusannya sudah bulat. "Aku akan merelakan kamu, Ren... Aku yakin kamu akan memiliki kehidupan yang indah walaupun nggak bersamaku..."

"Seumur hidupku, aku akan selalu mencintai kamu Gish..." balas Ahren semakin erat menggenggam Gishqa. "Harusnya dari awal aku memang nggak memaksakan hal-hal yang sudah kamu tegaskan."

"Kamu nggak boleh mencintaiku seumur hidup Ahren. Cintailah istrimu. Janji ya Ren. Aku nggak mau kamu jadi lelaki jahat seperti ayahku. Bahagiakan istrimu, anak-anakmu kelak. Biarkan mereka merasakan kasih sayang yang tak terhingga... Aku melepaskan kamu agar kamu juga bahagia..." Gishqa menangis memeluk Ahren.

"Bisakah kamu hidup tanpa aku, Gish?"

"Aku nggak bisa Ren, tapi aku akan berusaha hidup tanpa kamu... Ini keputusan yang harus aku jalani."

(***)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIM & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang