Dua

28 4 0
                                    

Jarum panjang masih menunjuk angka 9, tapi Gemini sudah duduk dengan tenang di salah satu kursi di kantin Fakultas Teknik. Dia masih fokus pada benda pipih di tangannya, menggeser naik turun. Waktu bertemunya dengan Fourth masih lima belas menit lagi, tapi dia memilih untuk datang lebih awal. Tidak mau menjadi pihak yang ditunggu. Beberapa gadis cantik meliriknya berminat, tapi Gemini tidak menanggapi. Dia ke kantin untuk menjemput Fourth, bukan mencari teman kencan.

"Gem, sorry. Udah nunggu lama?" Akhirnya setelah lima belas menit menunggu, suara Fourth berhasil mengalihkan fokus Gemini dari ponselnya.

"Lima belas menit. Tapi ini emang baru jam dua. Kamu nggak telat. Tenang aja." Gemini menelisik Fourth yang bernafas lebih cepat, mungkin dia berlari dari kelasnya.

"Oke. Bentar, aku nafas dulu." Fourth menghirup nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Hmm." Gemini hanya menanggapinya dengan gumaman, memilih memperhatikan gerak-gerik Fourth dengan diam.

"Yuk Gem, berangkat. Jadi ngerjain di apart kamu kan?" Fourth berdiri dan membenarkan letak tas di bahunya.

"Jadi." Gemini berdiri dan berjalan mendahului yang kemudian diekori Fourth.

Mereka berjalan tanpa bicara satu sama lain dalam diam. Fourth hanya memandangi punggung Gemini hingga tempat parkir kampus. Fourth hampir membuka mulutnya lebar saat melihat Gemini berjalan menuju salah satu mobil sport berwarna hitam seperti milik batman. Pertanyaan mengenai seberapa kaya Gemini segera muncul di kepala Fourth. Fourth bukannya tidak tahu kalau Gemini adalah anak orang kaya, hanya saja Fourth tidak menyangka bahwa Gemini sekaya itu. Selama ini Gemini terlihat biasa saja dimata Fourth, bukan sejenis anak orang kaya yang suka memamerkan barang-barang mahalnya pada orang lain. Gemini adalah orang yang tenang dan serius menurut Fourth.

"Masuklah." Gemini mengisyaratkan Fourth untuk membuka pintu mobilnya.

"Ah, iya." Fourth segera masuk dan menyamankan dirinya di kursi samping kemudi.

"Sabuk pengaman." Gemini berkata datar sambil menghidupkan mesin mobil.

"Maaf, mobilmu terlalu menakjubkan sehingga membuatku bodoh tiba-tiba." Fourth terkekeh kecil dengan perkataannya sendiri.

"Berangkat sekarang." Gemini melajukan mobilnya tanpa menanggapi perkataan Fourth sebelumnya.

Perjalanan menuju apartemen Gemini juga begitu hening. Hanya deru mesin mobil terdengar di telinga Fourth. Sesekali dia melirik Gemini yang menyetir dengan tenang, matanya fokus melihat kendaraan di depan mobil mereka. Gemini yang merasa diperhatikan mengalihkan atensi sejenak kepada penumpang disampingnya. Dia berpikir mungkin saja Fourth bosan diam sedari tadi.

"Kau boleh menyalakan musik jika bosan." Gemini melihat Fourth tersenyum kecil saat mendengar perkataannya.

"Nggak kok. Aku cuma lihatin kamu nyetir aja." Fourth mengalihkan pandangannya dari Gemini.

Gemini mengernyitkan dahinya. Takjub dengan Fourth yang bicara begitu jujur. Lebih takjub lagi dia tidak menemukan maksud lain dari perkataan Fourth. Jika kalimat itu dikatakan orang lain, Gemini yakin bahwa mereka berniat menggodanya tapi lagi-lagi Fourth memang berbeda. Gemini hanya berakhir menggelengkan kecil kepalanya, merasa Fourth sebagai salah satu anomali.

Sekitar sepuluh menit mereka sudah sampai di apartemen Gemini. Fourth lagi-lagi hanya mengekori Gemini dari tempat parkir sampai ke depan pintu apartemen pemuda itu. Fourth sudah bersiap kalau saja dia akan menemukan isi apartemen yang begitu mewah, namun begitu pintu apartemen Gemini terbuka Fourth dibuat lebih kagum lagi.

Matanya hanya menemukan warna hitam dan putih diseluruh ruang. Tidak ada barang mahal yang terlihat berkilau atau sejenisnya. Semua furnitur dan pajangan memiliki warna monokrom. Apartemen Gemini terlihat simpel, rapi, dan berkelas. Fourth juga cukup takjub dengan tampilan rapi dan bersih apartemen yang baru dikunjunginya itu. Baginya cukup mustahil untuk menemukan kerapian dan kebersihan pada tempat tinggal teman laki-lakinya.

"Duduklah dimanapun kau merasa nyaman. Aku mau ganti baju dulu." Gemini memecah lamunan Fourth dan masuk ke salah satu kamar.

"Okay." Fourth melepas tasnya dan duduk dengan nyaman di sofa panjang di ruang tamu yang cukup luas itu.

Setelah Fourth perhatikan lagi, warna monokrom di apartemen Gemini memberikan kesan dingin dan misterius. Tak mau ambil pusing, akhirnya Fourth mengeluarkan ponsel dari tasnya dan melihat ada satu pesan dari Winny.

Fourth, apakah kau sudah sampai ke apartemen Gemini?

Ya.

Bagaimana di sana? Apakah berantakan seperti apartemen Ford?

Tidak. Apartemennya sangat bersih dan rapi.

"Fourth." Suara Gemini membuat Fourth hampir menjatuhkan ponselnya.

"Ya?" Fourth segera memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas, tak perduli jika Winny mengiriminya pesan lagi.

"Apa kau sudah makan?" Gemini bertanya dan duduk di sofa yang sama dengan Fourth.

"Sudah tadi siang. Tapi kalau kamu belum makan, kamu bisa makan dulu. Aku tungguin nggak papa." Fourth tersenyum berusaha meyakinkan Gemini.

"Aku sudah makan, aku hanya takut kau melewatkan makan siangmu karena mengerjakan tugas denganku." Gemini mulai membuka laptop yang dibawanya dari kamar.

"Aku tidak lapar. Tapi bolehkah aku minta minum?" Fourth tersenyum hingga matanya menyipit dan ditanggapi Gemini yang menepuk dahinya pelan.

"Sorry, aku nggak biasa nerima tamu. Biasanya Mark ngambil minum sendiri di kulkas kalau ke sini. Mau minum apa Fourth?" Gemini segera berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kulkas.

"Apa aja. Asalkan nggak kopi." Fourth mengeluarkan buku yang mereka butuhkan dari dalam tas.

"Minuman soda nggak papa kan?" Gemini membawa dua kaleng minuman soda dan beberapa bungkus makanan ringan.

"Makasih." Fourth segera membuka satu kaleng dan meminum isinya.

"Hehe....oke, yok mulai kerja." Gemini ikut tersenyum melihat perilaku Fourth.

Gemini cukup tahu bahwa Fourth sebenarnya memiliki sifat polos dalam beberapa hal. Perilaku dan gerak-geriknya masih sering seperti anak kecil yang lucu. Tapi saat dia serius dia akan menjadi sosok yang dewasa, seperti saat ini. Gemini sedang mengamati Fourth yang mengerutkan alisnya sambil membaca buku di tangannya. Tangan kanannya memegang pensil mekanik untuk mencorat-coret, memberi tanda hal-hal penting yang perlu dituliskan ke dalam tugas mereka. Berkebalikan dengan Gemini yang saat ini hanya membiarkan jari-jarinya berdiam diatas keyboard laptop dengan mata yang fokus pada Fourth di sampingnya. Mungkin perlu ada Mark di sini agar dia bisa menyaksikan hal langka, seorang Gemini tertarik pada seseorang selain dirinya sendiri.

KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang