Cum adsunt testimonia rerum, quid opus est verbist
(Deeds or facts are more powerful than words)
Irene berenang ke arah gadis itu, mengalungkan lengannya ke tubuhnya, menarik tubuh Ruka ke arah swim platform di sisi kiri yacht. Irene memapah gadis itu dan menyandarkannya. Gadis bernama Ruka itu terbatuk-batuk memuntahkan air dari mulutnya, sungguh akting yang menakjubkan.
Irene beranjak dari tempatnya dan masuk ke kabin, ia membawa handuk dan memberikannya pada gadis itu.
"Terima kasih" ucap Ruka pada Irene, perempuan itu tersenyum kemudian duduk kembali ke dekat pancingannya, tanpa mengucapkan apa pun pada gadis itu.
Ruka melirik ke arah Irene sambil mengeringkan tubuhnya dengan handuk, ia mendapat perlakuan yang tidak seharusnya. Wanita ini tak punya empati atau bagaimana? Bukankah seharusnya wanita itu khawatir padanya?? Bukankah seharusnya ia bertanya apakah dia baik-baik saja atau tidak? Pikiran-pikiran buruk itu tak bertahan lama.
"kau butuh sesuatu?" ucap Irene menatap Ruka itu.
"Aku harus kembali ke daratan, aku meninggalkan yacht sewaanku karena tiba-tiba mesinnya mati dan teleponnya rusak" ucap Ruka mulai berakting lagi.
Irene tersenyum pada gadis itu dan mengambil softdrink di dekatnya.
"Aku mau membantumu jika kau jujur padaku," ucap Irene lalu meneguk softdrink.
"aku mengatakan yang sesungguhnya" balas Ruka.
"Kau tahu setiap yacht atau boat yang ada di sini selalu diperiksa setiap akan disewakan. Tidak akan mungkin ada kerusakan apa pun" ucap Irene.
"Aku sungguh berkata jujur" Ruka menjawab ucapan Irene dengan penuh percaya diri seolah ia bisa memutar balikkan kejujuran. Ucapan Ruka membuat Irene tersenyum, ia seolah tengah melihat kembali dirinya saat muda.
"kau bisa gunakan telepon di sini, atau aku bisa pinjamkan ponselku" balas Irene menatap gadis itu, ingin melihat seberapa jauh gadis itu akan berbohong.
Ruka mengigit bibir bawahnya, tak ada gunanya lagi ia melanjutkan kebohongannya. Strategi selanjutnya adalah menceritakan cerita bohong tentang keluarganya, semoga saja ceritanya bisa menarik simpati dari perempuan cantik di depannya.
Gadis di awal dua puluhan itu menghela nafas dalam-dalam sebelum mengarang bebas cerita.
"aku berbohong, peralatan di yacht itu dalam kondisi normal semua, aku pun tidak tenggelam, aku berakting tenggelam agar eonni menolongku" ucap Ruka.
"aku sudah lelah hidup di keluargaku, secara fisik dan mental aku sangat lelah. Aku diperlakukan tidak semestinya, ibuku mencampakanku, keluarga ayahku selalu menekanku, dan_" gadis itu tiba-tiba diam, sungguh gadis manipulatif, jelas dia tahu cara memainkan emosi orang lain.
"..aku mendapat pelecehan dari seseorang di keluarga besarku" air mata buayanya menetes, ia mengusap dadanya seolah peristiwa itu benar terjadi.
Irene sedikit terhenyak, lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Ruka. Ada bagian dalam dirinya yang terpicu setelah mendengar ucapan gadis itu.
"Jika eonni menjadi aku? Apa eonni akan bertahan tinggal di neraka?? Setiap aku bicara tidak ada yang mempercayaiku. Mengatakan jika aku hanya mencari perhatian mereka. Coba bayangkan jika eonni ada di posisiku?" Ruka melanjutkan fiksi penuh kebohongannya, ia tahu perempuan cantik di depannya sudah mulai terpengaruh.
"aku takut dan lelah, aku tidak memiliki kekuatan apa pun untuk menariknya ke penjara. Tidak ada yang percaya padaku, aku berpikir apakah aku mati saja??" Irene menelan ludahnya, ia tahu betapa takutnya gadis itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal & Validate (ON HOLD)
Fanfiction"Is it better to destroy others to heal yourself??", kalimat yang dalam beberapa tahun terakhir berputar di benaknya. Dirinya memang bukan orang baik apalagi suci,tapi jujur saja ia juga tak seburuk itu_tapi.....