P R O L O G

5 2 0
                                    

Perempuan itu berlari sempoyongan di trotoar jalanan yang sepi. Tidak ada lalu-lalang kendaraan karena saat ini memasuki waktu para manusia beristirahat, dini hari. Pun wilayah ini termasuk pelosok, rumah warga masih jarang-jarang. Tetesan darah mengalir dari luka menganga hasil tebasan pisau di kedua lengannya. Baju putihnya robek sana-sini memperlihatkan perut dan punggungnya yang penuh luka. Sedangkan celana panjang yang ia kenakan sudah kotor oleh tanah.

Entah sudah sejauh mana ia berlari menghindari kejaran sekelompok orang yang benar-benar tidak dikenalnya. Mereka menghadang begitu saja di depan rumah kontrakan dengan membawa beberapa senjata tajam. Tanpa berkata apapun, mereka membekap dan menyeretnya masuk ke dalam perkebunan. Bahkan ketika ia mempertanyakan apa salahnya, mereka justru mulai menyiksanya.

Suara derap langkah dari arah depan membuatnya terdiam. Buliran peluh dan air mata bersatu turun melewati pipinya yang memar. Ia meringis, merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan meminta diobati segera. Napasnya kini tercekat, kala sesosok bayangan hadir di sampingnya. Dari bayangan itu, ia tahu sosok tersebut membawa sebilah pedang yang siap menebas tubuhnya.

"Kau mati malam ini, iblis!" ucap sosok itu dengan berdesis. Terselip nada kebencian tiada tara di sana.

"Aku bukan iblis ... Aku hanya manusia, hanya seorang ... Seanna tanpa ada julukan ... iblis!" Ia membalas dengan susah payah. Perempuan ini, Seanna, mengamati para lelaki di hadapannya yang baru saja sampai satu-persatu. Mereka kian mendekat dan mengacungkan senjata tajamnya.

"Sebenarnya ... siapa kalian? Kenapa-"

Ucapan Seanna terputus, sesaat setelah pedang menembus perutnya dari belakang. Tubuhnya sontak menegang. Pupil matanya membesar, ketakutannya akan mati kian bertambah saat sebuah pisau dilembar dan mengenai dada kirinya.

Beginikah cara Seanna mati?

The Cursed WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang