Michael menatap khawatir sosok yang tengah diperiksa oleh dokter terpercaya di wilayah tersebut.
"Sepertinya Mr. Huxham keracunan. Untung saja efek racunnya tidak begitu intens, sehingga tidak terlalu membahayakan. Saya menduga racunnya berada dalam sebuah larutan penetral. Walaupun begitu, efeknya cukup membuatnya tak berdaya," jelasnya sambil menurunkan stetoskopnya dari telinganya.
Dokter tersebut meraih koper genggamnya, lalu mengeluarkan tabung berisi obat obatan.
"Saya akan memberikan obat penetral untuknya. Mungkin saat Mr. Huxham sadar, ia akan memuntahkan segala isi perutnya. Saya sarankan untuk menyediakan wadah untuk menampung muntahannya."
Michael dan Inspektur Blyton mengangguk bersamaan.
Begitu sang dokter memasukkan sebutir pil ke dalam mulut Asher, Michael segera meraih gelas berisi air dan meminumkannya kepada rekan kerjanya itu. Hanya sekedar langkah untuk memastikan obat tersebut benar benar tertelan olehnya.
"Baiklah sudah, biarkan ia berisitirahat sejenak. Jika ia tak sadar sadar, anda bisa berikannya satu teguk brendi."
Lagi lagi keduanya mengangguk paham.
Dokter tersebut kemudian kembali ke tempatnya setelah memeriksa Asher. Sementara itu, Asher sendiri dibaringkan di atas sofa dekat dengan tempat terjadinya pembunuhan. Kamar milik Mrs. Trevor dan anaknya digunakan untuk meletakkan mayat yang tewas dengan mengenaskan itu.
"Begitu banyak yang terjadi di satu waktu yang bersamaan," komentar Inspektur Blyton saat melihat Michael menyelimuti Asher dengan mantel malamnya yang panjang.
Michael mengangguk sambil menghela napas berat. "Banyak yang terjadi hari ini, bagaimana dengan besok?"
"Mungkin bisa lebih berat lagi," jawab si lawan bicara sambil mengedikkan kedua bahunya. "Jujur saya masih bingung, bagaimana bisa Mr. Huxham ini keracunan?"
"Ada yang mengelabuhi kita, Inspektur."
"Anda tahu siapa pelakunya?"
Michael mengangguk. "Saya tahu, dan mungkin anda juga tahu."
Ia tatap sejenak sosok yang terlelap tenang di atas sofa itu sejenak, sebelum menatap kembali sang Inspektur.
"Jujur saja saya tidak mengira hal ini akan terjadi. Saya kira hanya saya yang terancam, namun si bajingan tengik itu ternyata memperkirakan Asher sebagai seseorang yang mengancam keberadaannya dan malah meracuninya. Sialan."
"Penjahat memang seperti itu. Sekalipun orang tersebut tak tahu menahu apapun, pasti tetap ia curigai sebagai sosok yang mengancam. Naluri penjahat pada umumnya, yang serba ketakutan."
Michael mengangguk membenarkan.
"Baiklah, sudah cukup berbincangnya. Mari kita lanjutkan pekerjaan kita yang tertunda ini," ucap Michael, mengalihkan pembicaraan.
"Ada yang anda dapatkan sejauh ini, Inspektur Blyton?" tanya Michael sambil menelisik tumbuhan yang berada di bawah jendela yang baru saja ia teliti.
"Tidak banyak sebenarnya. Kami menemukan petunjuk bahwa sang pembunuh kabur tepat sebelum anda dan Asher menyeruak masuk melalui jendela, dan ia tak sengaja meninggalkan jejak di atas rerumputan dan tanah yang basah di sana. Kebetulan tadi pagi baru saja turun hujan, jadi masih ada tanah yang basah di sini."
Michael menggeleng, tanda tak setuju. "Tidak mungkin ia berhasil kabur dalam waktu yang begitu singkat, Inspektur. Paling tidak dibutuhkan 4 menit baginya untuk kabur. Sedangkan jeda antara teriakan dan dobrakan pintu hanya berkisar 2 menit saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crime Chaser [Minsung]
FanfictionAsher Huxham merupakan adik kembar dari Arthur Huxham, seorang Earl yang menguasai wilayah pinggiran London. Ia tinggal bersama dengan kakaknya di Manor House sebagai penjaga setia Arthur dan juga pembasmi kejahatan di seantero Inggris Raya. Sebenar...