Taman dan Senja

137 22 4
                                    

Khaotung as Jingga
First as Senja


°

Happy Reading ~



°°







Taman dan Senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taman dan Senja




" Sandykala itu hilang dari cakrawala, bersama dengan Bagaskara yang kian temaram. Seperti nayanika itu yang kian menghilang, bersama dengan sang empu. Menyisakan magata yang begitu aksa, menjadi renjana yang tak berujung. Membuat asa yang semula kentara, kini serasa fana. Apakah, kita terlalu lengkara untuk menjadi dua atma dengan harsanya. Selayaknya kilau Jingga nan nirmala menghiasi bentangan cakrawala ketika sang sandykala mengadu. Tak bisakah kita mengharap kan amerta?"


°°












Keputusannya untuk menenangkan diri dan sekali lagi bolos kelas adalah pilihan tepat untuk saat ini, setidaknya ia tak semakin menambah beban pikirannya setelah seisi otaknya semuanya tentang perpisahannya dengan Nirmala.

Sejujurnya mengikhlaskan dan di tinggalkan itu lebih sulit dari jatuh cinta dan mencintai. Kenapa?? Tentu saja semua orang akan setuju dengan hal ini. Siapa memangnya yang menginginkan sebuah perpisahan? Meski siklus dalam hidup adalah "people come and people go". Meski demikian Jingga benar-benar tidak mengira jika dirinya akan kehilangan dan ditinggalkan begitu cepat. Siapa yang akan tau?? Selain mengikhlaskan, memang apa lagi yang bisa Jingga lakukan? Tidak ada.

Melihat dirinya begitu menyedihkan, lantas haruskah Jingga move on? Tentu saja. Ia tak ingin terus berlarut dalam kesedihannya. Mungkin untuk saat ini ia bisa membiarkan dirinya bersedih. Dan tentunya hanya untuk hari ini. Mungkin.

Jingga terus membawa langkah menyusuri setiap tempat yang pernah menjadi kenangannya bersama Nirmala. Ia tidak berniat untuk membuat hatinya semakin remuk redam. Ia hanya ingin untuk terakhir kalinya menyusuri tempat saat-saat dimana ia bersama Nirmala. Mengingat bahwa dirinya pernah menjadi orang paling bahagia, sekali lagi mengingat dirinya pernah merajut impian masa depan bersama orang yang ia sayang. Dan kini? Semua angan dan kenangan indah seolah semakin membuat dadanya penuh sesak, yang kapan saja bisa meledak.

°°

Sepasang mata membidik tajam cakrawala. Sayatan luka menyisakan derai derita. Senandung asmara mengalun, mengiring lembayung senja yang kian menjingga.

Disinilah Jingga, duduk termenung sendiri di taman penuh kenangan dan dihadapkan oleh mentari Senja. Di tempat ini, di taman inilah semua kenangan seolah merengkuhnya tak membiarkan semuanya pergi begitu saja dengan mudah. Mustahil rasanya. Ia sering mengunjungi taman ini, walau hanya duduk menikmati Senja bersama Nirmala. Mungkin kali ini ia hanya datang sendiri, bahkan dirinya sudah duduk di taman dari berjam-jam yang lalu. Jingga hanya terlalu malas untuk kembali ke kampus atau sekedar pulang kerumah setelah dirinya dihadapan dengan kata perpisahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JINGGA DAN SENJA | KhaoFirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang