One - Choi Yeonjun

85 10 0
                                    

Dari jauh, terlihat seorang pria yang sedang menatap lurus ke arah barista yang sedang membuat kopi. Ini, sudah kelima kalinya dalam sebulan ia mendatangi tempat ini, tempat yang akhir-akhir ini menjadi spot favorite nongkrong terbaiknya untuk me time. Selain tempatnya yang nyaman, barista di depan sana juga sungguh menarik perhatiannya dan sudah mengganggu pikirannya sejak awal ia menginjakkan kaki di sini.

Ia tidak tahu namanya, terlalu malu untuk bertanya. Melihatnya tersenyum kepada setiap pelanggan saja sudah cukup untuknya, cukup untuk membuat harinya senang karena ketika barista itu tersenyum maka akan terlihat dua lesung pipi dipipinya.

Lucu 'kan?

Oh iya, perkenalkan, yang sedaritadi sibuk menatap paras wajah seorang barista tampan di depan sana adalah Choi Yeonjun, seorang mahasiswa baru jurusan Hukum yang masih menjalani masa ospek. Di sini, ia merantau dan sama sekali tidak punya kenalan atau kerabat dari orang tuanya maupun dirinya sendiri, keputusan merantau yang sejak awal tidak direstui oleh kedua orangtuanya ini adalah keputusan yang sudah Yeonjun pikirkan matang-matang sejak kelas 11. Setelah banyak drama yang ia lalui untuk meminta izin restu dari orangtuanya, akhirnya ia mendapatkan restu tersebut dengan syarat harus memasang CCTV di tempat kostnya—lebih tepatnya di luar pintu kostnya agar orangtuanya tetap bisa memantau dari jarak jauh.

Karena terlalu asik melamun, ia tidak sadar bahwa sedaritadi ada yang memanggilnya.

"Mas?"

"Maaf, mas?"

"Hallo, earth to mas lucu yang ada di sini? Bisa dengar suara saya?"

Tersentak, malu... Entah malu kenapa, apa karena ia dibilang lucu...? Yeonjun tersenyum kecil kala menyadari ternyata mas barista yang tadi ada di depan sana sekarang berada di sampingnya.

"Eh... Maaf saya melamun, ada apa ya?" tanya Yeonjun sedikit kaku.

"Saya sudah lihat masnya datang ke sini sekitar 5 kali dalam seminggu, jadi saya mau kasih reward cheesecake ini untuk mas, gratis dari saya, karena mas sudah mau mampir terus ke sini, silahkan dinikmati!"

Semburat merah terlihat dikedua pipinya, tidak tahu apakah itu malu karena kepergok datang ke tempat ini terus atau senang karena akhirnya ia bisa mengobrol dengan mas barista itu selain memesan menu?

Entahlah... Hanya hatinya yang tahu dan merasakannya.

Sial! Ia lupa bertanya siapa namanya!



***

Hai...

Trying | SoobjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang