01

9 2 0
                                    

Jam menunjukkan 15.20 namun pria yang menjadi kekasih hatinya belum juga menampakkan diri. Hari Minggu yang semestinya dipakai untuk bermesra berlalu begitu saja. Dia sadar bahwa pria itu berusaha menghindarinya. Jika dia ada di kamar maka pria itu pergi ke lantai satu untuk menonton tv, tetapi saat Rania ikut duduk di ruang tamu pria itu kembali ke kamar, dan suaminya itu sudah di kamar sejak dia menempati ruang tamu yang biasanya menjadi tempat tidur pria itu.

Ah, terus menghindar. Namun Rania terus mencari kesempatan menunggu pria itu keluar dari kamar, Matanya tak henti menatap ke arah pintu kamar, sesekali kembali menatap tv yang menampilkan drama Korea yang setiap hari dia tonton.

Semua keluarganya tahu bahwa dia hanyalah seorang ibu rumah tangga, istri dari Raka Sayudha Mahendra. Pria yang dia paksa untuk menikahinya, bahkan memanfaatkan semua kesempatan untuk mendapatkan hati pria itu. Namun sejak usia pernikahan mereka dua tahun pria itu mulai bersikap dingin kembali.

Mestinya sejak awal dia tidak memaksa pernikahan itu, sehingga sedikit demi sedikit mulai lelah dengan 3 tahun yang terbuang sia-sia hanya untuk meluluhkan hati suaminya kembali.

Kisah yang sejak awal yang mestinya tidak dimulai, namun dipaksa menjadi satu kisah yang menyedihkan. Bukan kisah cinta yang hangat yang selalu dia harapkan, hanya kisah dingin yang memuakkan.

Matanya melebar saat mendengar pintu kamar terbuka, menampakkan pria tinggi dengan kulit putih keluar dari sana menuju dapur, dengan segera Rania bangkit dari duduknya mengikuti pria itu, tidak lupa tersenyum tipis seperti biasanya.

"Kamu mau makan?" Pria itu hanya berdehem pelan kemudian kembali sibuk mengambil peralatan makan, mengacuhkan Rania yang berusaha membantu menyiapkan makan malam pria itu.

"Aku bantu." Dia memegang lengan pria itu menahan setiap gerakan yang akan dia lakukan.

Pria itu mendesah pelan, kemudian menyerahkan piringnya, duduk dengan tenang tanpa menatap wanita yang sibuk menyendokkan lauk ke piring.

"Makan yang banyak, sayang."

Dia menikmati dalam diam makanannya tanpa menatap sedikit pun sang istri, berbanding terbalik dengan Rania yang terus menatap dari awal hingga pria itu selesai makan.

"Apa makanannya enak?" tanyanya saat melihat pria itu telah selesai menyantap makan malamnya, namun yang dia dapat hanya anggukan tipis.

"Karena makanannya enak, boleh minta peluk?" tanyanya manja.

Pria itu menatap lamat, kemudian memeluknya sebentar, pelukan yang begitu dingin, dan tidak ikhlas.

Wanita itu dengan sigap menangkap lengan suaminya, mengusap dengan lembut kemudian tersenyum. "Peluk aku lebih lama," pintanya. Namun pria itu melepaskan genggaman Rania tanpa mengucapkan satu kata pun. Penolakan yang dingin dan memuakkan.

"Apa kamu sudah tidak mencintaiku?"

Tidak menggubris, dia sibuk membersihkan peralatan makan dan langsung melengos pergi melewati Rania yang masih berdiri di dekat meja, menanti jawaban pria yang dia cintai.

"Mahen, jawab aku!" teriaknya, namun pria itu semakin menjauh. Tetapi tetap saja dia tidak mendapatkan jawaban.

"RAKA SAYUDHA MAHENDRA!" teriaknya frustasi. Pria itu berhenti sejenak, berbalik menatap Rania dingin.

"Memangnya kamu pernah cinta sama saya?"

Nafas Rania menggebu dengan langkah cepat dia menghampiri suaminya, berdiri di hadapan pria itu menatap nyalang tidak terima dengan pertanyaan sang suami. "Aku bertanya Mahen! Kenapa kamu malah kembali bertanya? Jawab saja pertanyaan ku!".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang