Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Guys, lima belas menit lagi kita mulai. Uniform harus lengkap ya," Aulia selaku ketua kelas berdiri di depan dan menyampaikan arahan, "alat masak sama alat hidangnya udah semua kan?"
"Udah."
"Sendok gue ga ada," teriak Christy.
"Rif, Lo bagian alat hidang kan? Kurang sendok satu."
"Serius?" Arif yang tengah memakai apron celingukan, "gue ambilin bentar."
"CHEF JACKET GUE SAPA YANG AMBIL?" Mega baru datang udah panik, "kok di loker gue nggak ada?"
"Bukannya kemarin Lo laundry?" Railey mengeluarkan barangnya dengan tenang memastikan semua bahan terbawa.
"Eh iya," Mega lari ke tempat laundry dan menemukan seragam chef nya disana. Kalau sampai hilang atu ketinggalan, bisa panjang urusan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meja Railey terletak paling belakang tepat di samping meja Arif.
Disini setiap anak mendapatkan satu mejanya sendiri lengkap dengan kompor, tempat cuci piring, oven dan colokan.
Gadis itu berjalan ke arah loker yang terletak di depan kitchen. Ia meemasukkan box miliknya. Tanpa sengaja, netranya menangkap segerombol anak tekhnik lewat di koridor yang juga tengah memakai baju praktek. Ruang praktek mereka bersebelahan dengan kitchen.
"Suka bikin gaduh," Rosi berdiri di samping Railey. Gadis itu juga meletakkan box nya di dalam loker, "Lo tau, soal denda yang kemarin belum di bayar sama mereka. Malah nyalain anak boga."
"Serius?" Railey menutup loker. "perasaan udah di bayar sama siapa tuh namanya.."
"Aiden?" Rosi menyebutkan ketua kelas anak tekhnik. "setengah doang dibayar."
"Heran." Cicit Railey. "sesulit itukah bayar denda, padahal mereka yang bikin kotor koridor."
Di SMK ini punya peraturan kalau koridor praktek juga harus di bersihkan. Jika ada sampah berserakan maka satu kelas akan kena denda lima puluh ribu rupiah.
