00.01

2 0 0
                                    


"Gugus 12 udah?"

Arin tak mengubris begitu teman-temannya yang lain mulai mengabsen gugus yang mereka bimbing. Arin memang masuk susunan kepanitiaan PKKMB tahun ini, namun tugasnya hanya sebagai tukang foto-foto seluruh kegiatan aja. Diam-diam gadis itu bersyukur, bagiannya tidak serumit teman-temannya yang saat ini kewalahan memisahkan data kelompok maba.

Setelah selesai memasang baterai pada kameranya Arin lekas bangun. Ia menyampirkan tali kamera dibahu kemudian keluar dari sekret UKM. Berhenti sebentar didepan pintu sekret, ia memandangi anak-anak berpakaian hitam putih yang baru masuk tahun ini.

Jadi ingat dia setahun lalu.

Arin tersenyum, ia bergegas memakai sepatunya. Setelah menepuk-nepuk debu ditangan, Arin lekas berdiri. Tapi kini tubuhnya ikut menegang. Mata cewek itu menangkap orang lain didepannya, sosok yang selalu ia hindari.

Dilain sisi Wira juga ikut terdiam, ucapan Marten disampingnya tidak ia gubris, justru dengan tenangnya menatap Arin dalam diam.

"Hai Arin."

Wira dan Arin sama-sama tersentak. Mereka  berusaha menormalkan diri kemudian membalas sapaan dari Marten barusan.

"Hai kak Ten... aaah kak Wira juga." Sapa Arin meski sempat memelankan suara saat menyapa Wira. Namun sapaannya masih mampu terdengar, terbukti dari Wira yang merespon dengan memberi anggukan kecil atas sapaannya.

"Aku harus buru-buru kelapangan. Duluan kak." Pamit Arin, ia mengeratkan tali taskemudian berlalu dengan langkah cepat menuju lapangan.

Dia gak bisa lama-lama disana. Rasanya masih tidak nyaman. Meski kejadian itu sudah setahun yang lalu, tetap saja masih ada perasaan mengganjal dihatinya. Wira berhasil membuatnya sakit hati sekaligus malu. Arin gak yakin dia bisa diam dengan tenang jika berlama-lama disana.

Arin berhenti di sisi lapangan, letaknya dibelakang para maba berbaris. Dengan pelan ia mengelilingi lapangan itu, mulai merekam dan menangkap foto kegiatan PKKMB kampusnya. Cewek itu berhenti dibelakang gugus 23 begitu Jayden berbisik memanggilnya.

"Heh kak Arin." Arin tak menggubris, masih fokus mencari spot-spot bagus untuk dia foto. "Heh jelek, foto gue juga dong."

Arin menurunkan kamera, berganti menatap Jayden dengan malas. Emang begini kelakuan asli Jayden, gak ada sopan-sopannya sama yang lebih tua. Arin memilih untuk mengabaikan, kembali fokus pada kegiatannya sebagai pubdekdok.

Langkah cewek itu membawanya pada gugus 19. Ia kembali membidik begitu ada suara lain yang menyapanya.

"Pagi kak Arin."

Arin tersenyum, respon yang jelas berbeda dengan respon yang ia berikan pada Jayden tadi.

"Jen, jangan kayak Jayden ya. Kamu jadi kayak gini aja, jangan banyak tingkah kayak dia." Nasehat Arin dengan sungguh-sungguh. Mata kecilnya melirik Jayden yang kini juga menatapnya kemudian kembali lagi kepada Jeno yang menyipitkan mata akibat senyum.

"Kak Arin lanjutin tugas lagi ya." Jeno mengangguk membuat Arin akhirnya menjauh dari sana. Ia sedikit membalikan badan, memberi isyarat jari tengah pada sahabatnya yang mulai menatapnya menggoda dibarisan belakang.

Arin melihat itu, tersenyum seakan biasa melihat adiknya Jayden dan sahabatnya senang sekali berselisih. Gak ada persahabatan yang lempeng-lempeng aja, justru yang banyak gulat kayak Jayden sama Jeno nyatanya lebih awet daripada mereka yang keliatan adem-adem aja.

























Sesuai jadwal, sebelum makan siang akan ada bimbingan kerohanian, membuat beberapa gugus itu diatur lagi. Arin memberikan kameranya pada Della, bergantian karena sedari pagi dia sudah keliling. Cewek itu berniat kembali ke sekret awalnya, namun melihat anak konsum yang masih memindahkan box box makanan membuat Arin berhenti. Cewek itu seakan lupa tujuan awal justru melipir begitu saja ke depan GSG membantu seksi konsumi.

SALAH TARGETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang