Singkat Cerita

89 4 0
                                    

Brakkk. Pagi-pagi suara itulah yang terdengar di sekitar perumahan warga. Aku dengan bermodal tekat memboncengkan Ayah untuk pergi ke sekolah baru yang sejak lama menjadi idaman para remaja di kotaku. Namun sepertinya hari ini sedikit terlambat karena insiden kecelakaan kecil didepan rumah. Kakiku berlumuran darah karena tergores aspal jalanan.

"Adeeva, kenapa kakimu seperti itu?" tanya Bunda terlihat histeris melihat aku yang berjalan terpincang.

"Tadi Adev aku suruh belajar naik motor tapi mungkin karena tidak kuat jadi jatuh." jawab Ayah yang berjalan masuk teras dengan terpincang juga tapi tidak separah lukaku.

"Iya tuh Ayah nyuruh aku naik padahal perasaanku udah ga enak duluan eh malah dipaksa." kataku sambil meringis karena obat luka yang diberikan Bunda.

"Ayah lain kali jangan begitu lagi, terus sekarang Adev gimana ini masa mau berangkat MOS juga? Kamu ijin aja ya Adev." kata Bunda yang cemas melihat lukaku yang cukup parah padahal aku menangis pun tidak.

"Ih Bunda mau aku gak sah masuk SMA-nya? Kan itu wajib. Aku mau tetap berangkat. Lagian kan tinggal dua hari lagi." Jawabku yang ngotot masuk sekolah.

***

Hari ini aku diantar Ayah naik mobil dan masuk sekolah. Aku bergegas menuju lapangan yang memang untuk kegiatan orientasi siswa baru. Ayah yang mencoba bicara kepada ketua panitia meminta ijin agar aku dapat ikut. Namun karena kondisiku tidak memungkinkan untuk kegiatan, maka aku hanya diperbolehkan duduk di teras aula bersama anak lainnya yang juga sakit sepertiku.

"kamu duduk disini aja ya Adev, karena kamu ga mungkin ikut kegiatan sekarang karena kegiatan kali ini cukup melelahkan. Gak apa kan?" tanya seorang lelaki yang aku tau dia adalah ketua OSIS di SMA ini. Namanya Toni.

"iya kak gak apa kok" jawabku sambil tersenyum meringis.

"hehe itu kamu kakinya ngeri banget ya kok bisa sampe kayak gitu, gak sakit apa? Kok ga nangis." tanyanya lagi.

"hehe sakitlah kak, cuma kecelakaan kecil tadi pagi karena kenekatanku" jawabku santai.

"lah kan lain kali harus hati-hati ya, kamu aku tinggal gak apa kan Adev?" tanya kak Toni memastikan.

"eh iya gak apa kak beneran deh, hehe aku strong kok kak tenang aja" jawabku meyakinkan.

Akhirnya aku sendirian di teras aula sekolah bersama barang bawaanku untuk kegiatan hari ini. Semilir angin membuatku sedikit mengantuk tapi tidak juga bisa tertidur karena ini tempat umum dan juga kakiku mulai perih terasa. Aku lihat kakiku yang penuh dengan darah merah dan plasma darahnya. Siapapun yang melihat lukaku ini pasti ngeri juga. Tiba-tiba seseorang datang membawa sebuah kertas kardus berukuran kecil.

"Hai, gimana kakinya? Masih terasa sakit ya?" seorang lelaki tampan duduk disebelahku dan aku langsung terpesona dengan pembawaannya yang kalem. Ini siapa sih malaikat ya? Aku gak mati kan? Ini kan kakak yang akan aku kasih surat untuk tugas terakhir besok. "Namaku Javas, kamu?" tanyanya tiba-tiba yang membuatku tersadar aku harus menjabat tangannya.

"Aku Adev" jawabku sambil menggenggam jabatan tangannya dan langsung melepaskannya. Dan langsung memegang rambut panjangku yang diikat setengah dengan pita merah karena gugup.

"Hehe sini lukamu aku kipasin biar cepet kering, itu masih basah banget" tawarnya dengan menampakkan senyum manisnya dan langsung mengipasi lukaku.

"Eh kak, engga usah hehe makasi banyak ya" jawabku. Tapi sebenarnya dengan dikipasi lukaku ini jadi dingin dan mengering. Aku sangat berterima kasih pada kak Javas yang mengerti kondisiku ini.

Tak berapa lama datang dua orang panitia MOS, yang satu bernama kak Kenes dan satu lagi bernama kak Irsyad. Mereka tersenyum dan langsung menyapaku saat itu juga.

(Fail) Love First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang