William Hakase Lore Story

61 1 0
                                    

    Benua eropa pada abad ke-14, saat dunia perlahan berkembang dengan berbagai pengetahuan baru, apa yang paling membekas dari sang pria sampai sekarang adalah pernyataan yang menjadi awal mula malapetaka; pernyataan dengan suara bersorak hebat dari sosok berpengaruh, penuh dengan rasa percaya diri--- memandu masyarakat eropa untuk percaya dan mengikuti. Apakah manusia seperti itu? Mereka lebih mengikuti arus konyol tanpa sisi intelektual pasti, memercayai informasi yang tidak bisa dibuktikan secara sains. Tidak logis. Pembodohan publik. Apa yang diuntungkan hanyalah ketenaran kelompok tertentu. Jika saja kebenaran mudah dikejar dari satu mulut manusia, mengapa kita masih saja menderita?

Sang pria mengalami pengulangan memori kejadian lalu, pada saat salah satu tokoh agama menyampaikan deklarasi konyol, ia langsung dirasuki ketakutan setiap malamnya. Bukan karena nyawa pribadi sedang dalam ancaman, tetapi nyawa beberapa binatang yang mati-matian ia sembunyikan di dalam rumah sederhana milik keluarga. Masyarakat bergantian mengelilingi jalanan dengan obor di tangan mereka, berteriak dengan satu kalimat bermakna sama setiap harinya, yaitu

'Kucing adalah jelmaan iblis, media mereka untuk hidup di dunia! Penyihir memelihara mereka untuk ilmu hitam!'

Tidak, tidak, kalian tidak salah dengar.

Itulah kenyataan sejarah pada masa lampau, karena mulut pemimpin gereja menciptakan teori tidak masuk akal, entah takut pengaruhnya diragukan atau dengan alasan lain, ia mengatakan bahwa seluruh kucing harus dibunuh karena berkaitan dengan iblis dan penyihir. Mulai saat itu, seluruh kucing jalanan ditangkap; ada yang membunuh dengan cara memukul dengan batu, membakar secara massal, menggorok dengan senjata tajam, dan--- Ah, sang pria tidak mau mengingatnya, walaupun tidak bisa menyelamatkan semua, sang pria dan keluarga sempat membawa 3 ekor kucing masuk ke dalam rumah, menyembunyikan binatang tidak bersalah dengan usaha mati-matian.

"William." Sang pria teringat dengan suara yang ia rindukan, panggilan dari sang ibu dengan suara dan senyuman lebut, penuh dengan kasih sayang--- menatap simpatik sosok anak dengan tiga kucing dipangkuan. William memang mencintai kucing sejak kecil, mungkin kejadian tersebut adalah trauma memberatkan baginya. "Sayang, Ibu memang berat mengatakan ini, tetapi kita tidak bisa terus menerus menyembunyikan mereka. Tetangga mulai memeriksa seluruh isi rumah atas persetujuan pemimpian gereja."

William menggertakkan gigi, masih membuang pandangan karena tidak mau memerlihatkan wajah penuh emosi kepada sang ibu. Salah satu tangan terkepal erat seiring satu tangan lain mulai mengusap ketiga kucing secara bergantian. Sang ibu sendiri menyimpan kesedihan di dalam hati, berjalan ke arah William hingga berakhir duduk di pinggir kasur; memandang sang anak yang sedang setengah berbaring. Tangan bergerak, mengusap puncak kepala William. Helai rambut hitam terasa lembut pada setiap usapan.

"Ayahmu dicurigai oleh tetangga sebelah karena ia tidak menyadari terdapat bulu kucing pada pakaiannya." Sang ibu hampir menangis, tetapi saat William memandang dengan tatapan berat, tangisan tersebut berusaha ditahan semaksimal mungkin. William sendiri terkikis saat sang ibu berusaha memberikan senyuman penuh paksaan serta kedua sudut bibir yang bergetar berkat kesedihan mendalam. Apa ada yang salah? William pun memohon dalam hati agar ketiga kucing di atas pangkuannya mendapat keselamatan.

Walaupun begitu, satu kalimat yang terakhir William ingat sebagai serpihan memori membekas, menjadi dendam tersirat yang tidak pernah ia sadari dalam hidupnya---

"Besok mereka akan memeriksa rumah kita dan kita harus menyerahkannya--- karena anak tetangga sebelah melihatmu bermain dengan ketiga kucing dari jendela luar rumah lalu melaporkan. Maafkan Ibu, Sayang, seharusnya tidak ada celah di jendela rumah kita, tapi---"

!!!

William terbangun mendadak dengan detak kencang pada jantung, merasa syok berat berkat mimpi bagaikan alam neraka tanpa ujung--- tubuh refleks memosisikan diri duduk saat ia pada awalnya sedang berbaring di atas kasur dalam posisi tidur. Napas terengah diikuti kedua mata membelalak. ia sangat tidak menyukai sensasi pagi hari seperti ini. Mimpi dengan ingatan buruk seakan seperti kutukan kecil, mengapa kecil? Karena sekarang ia mendapat kutukan yang jauh lebih besar dan mengerikan. 

William Hakase Lore Story → Commission PortofolioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang