hehehehe aku lagi beres-beres laptop terus nemu salah satu cerita ini didraft yang mau kupublish. rencananya mau ada tiga chapter tapi aku udah lupa gimana ide yang kutulis ini jadi daripada sayang mendebu difolder laptop mending tetep kupublish.
Saat itu adalah musim dingin dan kalau tidak salah ingat cerita ini dimulai pertengahan desember. Satu-satunya pelacur laki-laki yang ada dirumah bordil Ogimoto kabur dari sana selama satu hari penuh. Sebenarnya itu bukan kabur sih dia hanya mengambil cuti satu hari untuk menghilangkan penat. Seraya berkeliling, Tanjiro-nama si pelacur tadi- melihat banyak hal mulai dari penjual yang marah-marah karena barang yang dia jual ditawar begitu murah atau suara cekikikan para gadis-gadis yang berniat mengundang pria-pria tampan yang berlalu lalang untuk bercengkrama bersama. Termasuk juga seorang pria tinggi dengan rambut mencolok dan sedikit...aneh? Tanjiro tersenyum menyaksikan itu tapi kemudian senyumnya berubah menjadi gelak tawa saat mengetahui si pria mencolok tadi kebingungan. Mungkin Tanjiro harus membantunya? Dia berjalan kearah gerombolan gadis-gadis yang mengelilingi pria itu
"Maafkan aku kakak-kakak cantik bisakah kalian menjauh dari tuanku? Dia ada janji kencan dengan pria manis ini...." suaranya centil tapi entah terdengar lembut ditelinga si korban.
Mendengar ini semua gadis itu bubar satu persatu dengan ejekan-ejakan yang biasa Tanjiro dengar setelahnya, dia dengan cepat menyeret si pria tadi ketempat yang lebih sepi bukan untuk meminta terima kasih tapi malah meminta bayaran atas apa yang telah dia lakukan. Ingat tidak ada yang gratis bukan didunia ini?
"Aku tidak minta uang kok," Tanjiro terlihat berpikir dan mengamati sekitar jalanan dari trotoar "Hari ini anda harus menjadi pacar satu hari saya" pria mencolok itu bingung.
"pacar satu hari?"
Tanjiro mengangguk dengan antusias saat si pria memberi pertanyaan kepastian sementara si pria terlihat ingin menolak dan menawarkan hal lain, Tanjiro tanpa persetujuan menarik tangannya untuk ikut pergi bersama menyaksikan tarian yang ada di seberang jalan
"Waaah ini manis sekali..." Tanjiro fokus menikmati tarian yang dilakukan oleh dua orang. Dimatanya itu terlihat seperti dewa dan dewi cinta tengah menari merayakan kebersamaan mereka selama ini "...apa tuan sudah punya pacar atau istri?" si pria sedikit terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba dan sedikit langsung pada intinya
"Belum dua-duanya"
Tanjiro mengangguk lalu berkata dengan mata yang penuh dengan keceriaan menatap ke dalam mata kuning yang membara "Sayang sekali! Tuan tidak bisa memahami makna tarian itu..katanya itu tarian doa untuk pasangan yang baru saja menikah... Apa tuan tau itu?" si pria menggeleng. Dia benar-benar tidak tau ada hal seperti itu
"Itu hanya terjadi disini! Karena disini sering terjadi perceraian... Kau tau 'kan alasannya?" si pria diam tapi dalam kepalanya dia mengerti apa yang dimaksud pria kecil yang saat ini berjalan disampingnya. Di Yoshiwara sebuah pernikahan mungkin menjadi penjara tak terlihat karena kebebasan dalam segala yang terjadi di tempat ini menuntut semua orang untuk bisa menjadi seperti binatang.
Keduanya tanpa sadar berjalan keluar dari distrik Yoshiwara dan menuju sebuah pemakaman lalu berhenti ditiga makam kecil. Si pria menyaksikan Tanjiro mulai berdoa dan membersihkan ketiga makam tersebut. Saat hendak bertanya makam siapa itu Tanjiro sudah mendahuluinya bercerita
"Ini adalah makam ketiga adikku yang mati karena kelaparan.." Tanjiro terdiam sejenak lalu melanjutkan "Keluargaku sangat miskin jadi kami kesusahan untuk mencari makan sementara ayahku yang sakit-sakitan tidak bisa berkerja. Aku dan adik perempuanku dijual ke rumah bordil untuk biaya hidup.." Tanjiro sekali lagi terdiam dan mengingat masalalu
"Bagaimanapun hidup itu memang susah ya? Adikku meninggal karena kelelahan melayani tamu. Saat dia pertama kali menjadi oiran dia banyak sekali menerima tamu karena wajahnya cukup cantik.." si pria sedikit sedih mendengar cerita Tanjiro. Membandingkan dengan hidupnya yang sedikit mewah dan masalah yang terhitung sepele