13. Tragedi Bakso

30 7 0
                                    

"Kok bisa tau aku di sini?" Ujar Felix heran.

Changbin tersenyum simpul "yaa, feeling aja sih"

Feeling apanya. Padahal Changbin memutari satu sekolah mencari adik kelasnya ini. Seperti satpol pp sedang razia pasar, ia tadi menyisir seluruh sudut sekolah demi menemui Felix. Makanya mereka baru bertemu saat langit mulai menjingga.

"Ayo pulang, nanti keburu gelap, kena angin malem nanti makin bengek aja lu"

"Aku nggak bengek!"

"Ya, ya. Udah, ayo pulang. Emangnya mama lu ngga nyariin?" Changbin terkekeh sambil menjulurkan tangan.

Akhirnya Felix menerima uluran tangan yang lebih tua sambil mendengus kesal.

Jantung Changbin lompat sedikit ketika tangan mungil Felix berada di dalam genggamannya. Tangannya terlihat menggemaskan dibalut jemari Changbin.



"Boleh mampir makan dulu ngga, kak?" tanya Felix.

"Boleh aja sih, tapi nanti nyampe rumah lu bisa malem, loh. Minta izin dulu sama nyokap lu"

Felix mengerucutkan bibir, tapi tangannya tetap tergerak untuk mengirimkan pesan pada sang mama.

"Udah nih, ayo"

"Kok tumben ngajak duluan? Modus ya lu sama gua?"

"SEMBARANGAN! Yang ada kakak yang modus ke aku, kali! Aku lagi ngga mood ke rumah"

"Berantem sama ortu?"

"Ngga, cuma lagi ga pengen aja. Ayoo"

Changbin akhirnya hanya bisa mengiyakan, membantu Felix naik ke atas motornya. Dan tebak siapa yang tidak bisa menahan senyuman sepanjang perjalanan?

Setiap ada kesempatan, matanya melirik ke yang lebih muda lewat spion. Secantik itu seorang Felix, sampai kalau ia beralih sedikit saja rasanya sayang sekali.

"Kita mau makan apa?"

"Baso mau? Gue tau tempat yang enak"

Yang lebih muda mengangguk setuju. Pasti enak menyeruput kuah panas setelah harinya yang lumayan buruk.














Bayangan Felix tentang kuah bakso yang enak langsung luntur ketika mereka tiba di tempat makan bakso yang dimaksud Changbin. Ini tempat makan kesukaan Chan. Dan Felix benci fakta bahwa ia berada di sini, bersama seorang lelaki yang jelas sangat baik, sangat lembut, lelaki yang menjadi idaman semua orang, dan dengan bodohnya malah teringat dengan Chan yang sekarang mungkin hidup tanpa peduli apakah Felix punya perasan padanya atau tidak.

"Lix? lu gapapa?"

"Hah? Iya, gapapa. Ayo deh masuk, laper aku"

Changbin diam-diam menatap ragu kepada yang lebih muda. Tapi ia juga tidak mau menghancurkan mood Felix yang sudah lumayan terlihat buruk sejak mereka tiba di warung bakso pilihan Changbin. Apakah Felix tidak terbiasa makan di warung? Sepertinya bukan itu masalahnya.

'TOLOL' Teriak Changbin sekeras-kerasnya dalam hati ketika sadar kalau warung ini juga tempat kesukaan Bang Chan. Mungkin ada sedikit, yah, sedikit memori terkait Chan di sini... What's the worst that could happen?

"Lah, Felix? Changbin? Kebetulan banget ketemu di sini. Lagi bakso date niih ceritanya? hahahaha"

'hahaha bapakmu' Jerit Changbin tanpa suara sejadi-jadinya. Karena the worst shit happened. Dunia sedang bercanda rupanya.


//To Be Continued🌸

lil fix hehe, tunggu next chap yaa

Aconite💐 ((Chanlix)) - OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang